Mohon tunggu...
Felix JFS
Felix JFS Mohon Tunggu... Desainer - Tukang Rangkai Kata

Pemuja indomie goreng

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ruang Publik Untuk Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat

29 September 2015   16:40 Diperbarui: 29 September 2015   16:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tiap minggu pagi, Pemerintah Kota Denpasar memberlakukan program Car Free Day yang bertempat di lapangan Niti Mandala, Renon. Beberapa ruas jalan yang mengelilingi lapangan ditutup mulai jam 6 -10 pagi. Tanpa adanya mobil dan motor yang berlalu lalang, lapangan ini pun ramai dikunjungi masyarakat denpasar untuk olahraga, , jogging, main bola, bulu tangkis, meditasi, nongkrong, bersepeda, ajak jalan-jalan anjing ataupun sifatnya santai rekreasional. Tentunya bisa kita bayangkan suasananya seperti apa,tanpa adanya kendaraan bermotor, tanpa adanya kegiatan emisi tentunya suasana Car Free Day di lapangan ini bebas polusi. Menyenangkan bukan?

Lapangan Niti Mandala ini sendiri terletak di area renon, yang terkenal sebagai area perkantoran Pemerintah Provinsi Bali. Dengan lapangan terbuka seluas kurang lebih 5 – 7 hektar dan adanya museum perjuangan rakyat Bali bernama Bajra Sandi dikelilingi rumput hijau menambah daya tarik sendiri lapangan ini. Bukan hanya ramai dikunjungi saat car Free Day, lapangan ini juga cukup banyak dikunjungi oleh masyarakat Denpasar di sore hari setiap harinya. Lapangan ini bagaikan “oase” bagi masyarakat denpasar, ditengah hiruk pikuk dan hingar bingar kehidupan di Bali, masyarakat membutuhkan “obat penyegar”, masyarakat membutuhkan suasana baru yang mampu menciptakan nuansa sosial yang berbeda dan indah.

Tentunya dengan adanya ruang public berupa lapangan renon ini kita berharap masyarakat bukan saja memanfaatkannya untuk ajang berkumpul bersama, tetapi juga untuk memungkinkan adanya hubungan interaksi sosial antar elemen dan lapisan masyarakat yang hangat dan berkelanjutan (continue). Dengan adanya ruang publik ini kita bisa mengikis secara perlahan fenomena yang seakan semakin menjamur saat ini seperti fenomena apatisme, hedonism, dan individualisme.

Tentunya untuk menjamin eksistensi ruang publik ini tidak lepas dari campur tangan dari pemerintah kota khususnya. Pengembangan dan inovasi tentunya sangat diharapkan untuk menghindari tenggelamnya aktifitas didalamnya. Salah satu contoh museum Bajra Sandi yang terkesan tidak dimanfaatkan sebaik mungkin terbukti dari total pengunjung yang semakin berkurang, padahal apabila ditilik lebih dalam lagi museum ini bisa menjadi daya tarik sendiri untuk masyarakat. Selain itu, kurangnya kesadaran terhadapnya pentingnya eksistensi ruang publik masih belum hadir dalam benak masyarakat pada umumnya. Banyak masyarakat yang mengganggap ruang publik ini belum bisa memenuhi kebutuhan mereka.

Keadaan ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari mereka yang berkecimpung di bidang kajian arsitektur lingkungan dan perilaku maupun perencana tata kota. Kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin mengingat mereka mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai isu ini. Kualitas ruang publik inilah yang harus dipahami terutama dengan semakin beragamnya variasi masyarakat dan kegiatan kota serta perubahan lingkungan yang begitu cepat.

Dengan adanya perencanaan dan perancangan ruang publik yang lebih rasional dan teknis tentunya dilakukan untuk mendapatkan ruang publik yang terbangun secara optimal dan efisien. Seperti didalam bukunya (Fisher, 1984:43) S. Kaplan dan R. Kaplan menjelaskan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam tahap perencanaan dan perancangan ruang publik ini, yaitu :

  1. Keteraturan (coherence), semakin teratur semakin disukai. Taman- taman yang terpelihara rapi dan bunga-bunganya yang teratur rapi lebih disukai daripada ruang publik yang tak terawat dan banyak ditumbuhi tanaman liar.
  2. Texture, yaitu kasar lembutnya suatu pemandangan. Semakin lembut semakin disukai. Hamparan rumput hijau yang ditata bak lapangan golf akan jauh lebih menarik daripada taman yang didominasi pedestrian.
  3. Keakraban dengan lingkungan, makin dikenal suatu lingkungan, makin disukai. Dalam hal ini dibutuhkan ruang publikyang merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang mungkin dari lokasi yang strategis yang bisa dijangkau dari berbagai tempat.
  4. Keluasan ruang pandang, makin luas ruang pandang, makin disukai. Taman dengan hamparan rumput hijau dan pepohonan kan terasa lebih menyegarkan untuk dinikmati.
  5. Kemajemukan rangsang, semakin banyak elemen ataupun fasilitas yang terdapat didalamnya, makin disukai.
  6. Misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi, dalam hal ini dimanfaatkan sisi penasaran si pengunjung, seperti rasa penasaran yang timbul dengan adanya museum yang terletak persis ditengah sebuah taman.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek di atas, diharapkan perencanaan dan perancangan ruang publik kedepannya berhasil memperbaiki ruang publik dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun