Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Batalnya U-20 di Indonesia. Tergerusnya Kemerdekaan Indonesia oleh Bangsa Sendiri?

30 Maret 2023   08:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   08:29 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tulisan ini sedikit banyak mengungkap batin yang penuh keprihatinan serta dukacita mendalam. Sekaligus menggugah dan mempertanyakan seberapa besar perhatian kita dan refleksi bahwa sudah sejauh mana negara ini berbenah utamanya bangsa kita untuk lebih aware terhadap potensi besar merawat Kemerdekaan yang ada. Melalui tulisan ini harapannya banyak sekali pasang mata dan suara yang kelak bisa berpandangan untuk Sepakbola yang terbaik kedepannya. Memang kecewa ialah manusiawi namun kita harus bisa memandang pada kacamata yang luas tentang sesuatu yang salah. Ini hanya sekedar opini namun bisa menjadi 'tamparan' bagi segenap elemen bangsa yang ada untuk berpikir jernih mengapa hal ini bisa terjadi. Sesuatu yang mungkin terkesan seyogyanya menjadi mimpi malah menjadi kenyataan. Memang pahit, hanya tidak bisa terungkap melalui geram dan teriak melainkan diam seribu bahasa seolah isyarat bahwa negeri ini memang sudah selangkah bahkan beribu langkah mundur oleh karena kegagalan dan juga upaya menggerus langkah bangsa sendiri. Maka demikian bahwa sang Proklamator sudah benar bahwa apa yang terjadi dalam persoalan kegagalan Indonesia dalam persepakbolaan paling tidak baik melalui privilege sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 yang sebenarnya menjadi 'pintu masuk' bagi kita meraih prestasi. Jujur sekali, kita cenderung bodoh atas dasar 'vonis' yang diberi kepada kita. Pertanyaan terbesar, bukankah negeri ini dibangun atas dasar Persatuan. Berikut juga, bukankah Olahraga ialah 'jembatan emas' dalam rangka memperkokoh persatuan bahkan dengan adanya olahraga maka tujuan-tujuan yang dilandasi semangat dan kegigihan akan bisa tercapai. Seperti yang dibilang Kemerdekaan bangsa lain yang dijanjikan oleh sang Proklamator tersebut? Bisa menjadi refleksi.

Memang opini subyektif. Bisa jadi pandangan beragam muncul, bahwa ini ialah introspeksi bagi kita untuk tidak saling mengejut dan menyalahkan begitu saja. Kita masih punya tantangan besar, punya PR besar bahwa kita perlu memahami kegagalan dan juga kekurangan kita wabil khusus Sepakbola. Kita belum lama mengalami kejadian yang mengejutkan dunia seperti Kanjuruhan. Apa kabar? Belum lagi kompleksitas pengembangan dan penguatan sepakbola kita. Jangan sampai malah terus menerus membuat gaduh sehingga kita tertinggal. Ingat, kita juga jangan terlalu euforia bahkan seyogyanya evaluatif atas dasar kejernihan kita berpikir. Malu dengan negara yang berkonflik tersebut, yaitu Palestina. Mereka sendiri akhirnya masuk Piala Asia sama halnya Israel masuk ke Piala Dunia U-20. Indonesia? Kita hanya 'pepesan kosong' yang hanya pandai bersuara. Berarti kita tidak lebih jernih dibanding mereka, toh Palestina tidak ada bersuara dan menolak kita sebagai tuan rumah karena Israel. Soal olahraga, Profesional lah. Sangat disayangkan bahwa Negara cenderung lemah dan kurang respons, dimana semua terkesan dipolitisasi bukan berusaha teknokratis. Hanya saja, miris sekali memang kalau hanya sekedar kecewa dan sedih. Saya yakin dan percaya bahwa pihak PSSI tidak tinggal diam, jangan kuburkan asa begitu saja sekalipun kita 'mundur'. Perbaikan dan reformasi total sepakbola sebagai olahraga rakyat (meski kita tidak sekompetitif bulutangkis) juga tidak kalah penting. Peningkatan prestasi dan kaderisasi ditambah jaminan sarana prasarana memadai memang jangan sampai absen, berikut juga soal mentalitas baik pemain maupun pendukung. Semua harus diperhatikan secara matang, ekonomi secara makro juga perlu dilihat. Jangan sampai kita 'kabur' terhadap persoalan padahal sejatinya banyak mulut yang berharap pada bidang ini untuk sambung hidup. Maka demikian, mau sampai kapan kita hampa oleh karena Kemerdekaan yang lebih tergerus (lagi) oleh karena kebodohan dan kepicikan kita vokal bersuara yang cenderung palsu. Ayo Indonesia mari Instrospeksi........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun