Mohon tunggu...
Felix Sevanov Gilbert (FSG)
Felix Sevanov Gilbert (FSG) Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Politik UPN Veteran Jakarta. Intern at Bawaslu DKI Jakarta (2021), Kementerian Sekretariat Negara (2021-2022), Kementerian Hukum dan HAM (2022-2023)

iseng menulis menyikapi fenomena, isu, dinamika yang kadang absurd tapi menarik masih pemula dan terus menjadi pemula yang selalu belajar pada pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Money

Tesla, Luhut Effect VS India, Prospek ESS, dan Deregulasi Ala OBL

18 Februari 2021   17:30 Diperbarui: 18 Februari 2021   17:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Masa depan Tesla ala Elon Musk berbasis Baterai, Model X (Sumber: autocarindia.com)

Saya jadi teringat Headline berita salah satu portal media belum lama ini. Bahasanya sih no comment namun bisa dikatakan sangatlah tendensius (waduh kek gimana yah bicaranya) intinya terlalu berlebihan mengarah pada penggiringan opini juga. Judulnya seperti ini "Maaf Pak Luhut, Tesla pilih India". Seketika saya memang kaget mendengar berita dikala Tesla yang selama ini digembar-gemborkan bahkan sejak akhir tahun lalu oleh karena Presiden Jokowi yang sempat bertelepon dengan Elon Musk selaku Bos Tesla membicarakan prospek Investasi di Indonesia dimasa depan, eh pada akhirnya malah memilih India untuk rencana industrialisasi mereka selanjutnya ditengah Era New Normal seperti ini. Apalagi Dunia kini sedang mengalami 'Great Recession' dimana negara-negara yang bonafide sekalipun sedang mengalami resesi bahkan depresi ekonomi secara hebat akibat pandemi saat ini. Ibarat kata terkesan terjun bebas begitu saja dalam waktu yang sangatlah singkat. Maka demikian, mungkin Globalis besar seperti Elon Musk sendiri kini pun sedang melihat pasar baru yang lebih menjanjikan dengan menyasar negara-negara berkembang yang mungkin secara dampak ekonomi belum begitu jatuh dibanding Negara Maju (mungkin karena kapitalisasi pasarnya tidak sebesar Liberalisasi Ekonomi layaknya Negara anggota UE or Amerika Serikat sehingga ketika indikator ekonomi jeblok semua pun jeblok). Namun kenapa harus India coba? Apa yang salah dengan Indonesia? Maka demikian, saya ingin menjelaskan tentang gagasan saya tentang fenomena seperti ini cuma bukan berarti kita kalah diawal. Mungkin kita juga punya banyak varian dalam prospek investasi kedepan. Tahu sendiri kan efek dari Omnibus Law sapu jagat yang selama ini dibanggakan oleh Negeri ini, moso Cuma segitu tajinya yahhh gamungkin lah apalagi Indonesia adalah Kekuatan Ekonomi Dunia untuk masa depan jadi tak mungkin kalah begitu saja, walaupun belum terlalu maksimal.

Elon Musk, Founder sekaligus CEO Tesla (wikidata.org)
Elon Musk, Founder sekaligus CEO Tesla (wikidata.org)

Tambang Nikel di Indonesia serta Prospek Indonesia kedepan dengan Cadangan Nikel sebagai Penunjang Listrik berbasis Baterai (theinsiderstories.com)
Tambang Nikel di Indonesia serta Prospek Indonesia kedepan dengan Cadangan Nikel sebagai Penunjang Listrik berbasis Baterai (theinsiderstories.com)

Oke, saya soroti dahulu soal gembar-gembor Tesla ketika ingin masuk ke Indonesia, saat itu banyak pihak yang mungkin berkata bahwa Tesla ini mungkin saja berpikir bahwa Indonesia punya potensi yang besar dan menjanjikan ditambah Indonesia sendiri dinilai punya kepastian hukum yang cenderung menggiurkan melalui Regulasi Sapu Jagatnya yaitu soal Deregulasi Industri seperti ini dengan harapan bahwa penyerapan modal maksimal beriringan juga dengan pertumbuhan ekonomi merata bukan sekedar Jakarta-Sentris melainkan Indonesia Sentris. Walaupun yang saya dengar memang Batang, Jawa Tengah akan menjadi ;lirikan untuk Pusat Industri Strategis dari Tesla kedepannya bahkan untuk industry lain siapapun yang ingin berinvestasi. Kalo tidak salah pertimbangan dari Pemerintah sendiri adalah bahwa mereka telah membangun sebuah infrastruktur statis yang memadai seperti Jalan Tol dalam sebuah kawasan tersebut apalagi dampak sosialnya juga belum sebegitu ramai dan kompleks seperti kawasan di Jabar dan Banten semacam Cikarang atau Tigaraksa dimana 2 tempat ini dikenal sebagai Kawasan Industri cuman karena kawasan sana UMR juga dikenal cukup tinggi maka dipilih ke kawasan yang sebenarnya potensial namun belum terlalu terjamah oleh dampak sosial efek pembangunan masif. Paling tidak mewujudkan fungsi pemerataan itu agar tenaga kerja lokal juga tidak lagi melakukan urbanisasi secara besar-besaran ke DKI dan sekitarnya. Efeknya juga menyasar pada bursa saham atau pasar modal bahkan ANTAM alias Aneka Tambang sendiri terdampak efeknya. Seketika Saham Antam dengan kode ANTM di Bursa Efek mengalami peningkatan harga bahkan banyak yang memborong mengingat prospek Antam kedepan selaku Korporasi yang menguasai masalah soal Pertambangan semacam Nikel, mengingat Listrik butuh Baterai dan Baterai sendiri butuh Nikel maka demikian jelas ibaratnya Antam akan mengalami 'panen raya' akibat proyek prestisius seperti ini. Sungguh efek yang sangatlah mengejutkan bahkan sampai banyak yang mengklaim ini juga tak lepas dari efek tangan kanan seorang Jokowi, yaitu sang Jenderal Luhut Binsar Panjaitan yaitu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Yahhh kurang lebih masyarakat juga sudah tahu lah gimana kiprah beliau dalam urusan Investasi seperti ini, ibarat kata apapun yang dibutuhkan klaimnya akan beres semua. Tak salah memang kesannya Jokowi milih orang seperti LBP ini untuk urusan seperti ini.

Cuman hal seperti ini bisa jadi janggal ditengah jalan, kebetulan saya juga membaca berita ketika Pertamina kala itu melalui Direktur Utamanya yaitu Bu Nicke Widyawati memberikan sebuah statement yang berbeda tentang Prospek Tesla menuju Tanah Air seperti ini. Seolah mengubah situasi begitu saja bahkan menimbulkan tanda tanya. Dirut Pertamina sendiri mengatakan bahwa Tesla kemungkinan tidak akan berinvestasi disini, belum selesai ia berkata maksudnya bukan untuk membangun Industri dalam hal Mobil Listrik yang mungkin media sudah menggembar-gemborkan bahwa Tesla selalu identik dengan Inovasi Mobil Listrik Masa Depannya yang sangatlah menggugah Dunia sekarang ini. Beliau berkata bahwa sejujurnya kemungkinan saja mereka bahkan Indonesia sendiri tidak terlalu mengarah untuk Industri Mobil Listrik sendiri, melainkan Pertamina sendiri optimis pada unit bisnis yang juga kebetulan akan dirilis oleh mereka guna menanggapi tantangan zaman bahwa Pertamina kedepan akan menjadi Perusahaan Energi Utama di Indonesia tidak terpaku pada eksplorasi energy fosil seperti Minyak dan Gas Bumi melainkan akan merambah pada Industri atau Pengolahan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) seperti Nikel menjadi Listrik yang dinilai Indonesia sendiri punya prospek tinggi mengingat cadangan Nikel yang saat ini sangatlah besar dan berdaya guna demi membangun Ekonomi kedepannya, sampai pada kaitan berbicara soal Solar Energy atau Matahari dimana Indonesia sebagai Negara Tropis tentu sangatlah sering disinari oleh Matahari bahkan mampu menjadi energy yang sangatlah maksimal apalagi ditandai dengan Regulasi yang sudah dinilai mendukung kedepannya tinggal implementasi. Jadi, kurang lebih yang mungkin bisa ditangkap bahwa Tesla bukan melihat pada Pasar Global untuk penggunaan Mobil Listrik sendiri, namun tak kalah penting bahwa Indonesia bisa saja menjadi motor utama dalam menggerakan laju kendaraan listrik tersebut yaitu dengan dibangunnya Energy Storage System atau Pusat Penyimpanan Energi yang diklaim bisa saja Indonesia menjadi yang terbesar. Bahkan ini sangatlah mumpuni karena kedepan ESS di Indonesia sendiri bukan sekedar menunjang energy untuk kendaraan listrik namun bisa saja instalasi listrik lain yang membutuhkan daya listrik yang semakin besar. Jadi kita memegang baterai atau mesin dari semuanya dan itu tidak kalah penting oleh karena kekuatan kita yang punya bahan baku dan kita kedepan yang kuasai Listrik Dunia kedepannya melalui Unit-Unit Usaha kita yang bisa diajak untuk mendunia tentunya. Bahkan battery cell yang akan dibangun di Indonesia kelak juga tentu sangatlah ekonomis mengingat oleh karena kemampuan kedepan yang kita miliki, maka tidak perlu sistem transmisi yang besar dan membutuhkan biaya mahal karena sumber energy sudah ada ditengah kita maka akan lebih masif lagi dalam upaya membangun Energy melalui Cell tersebut dan itu mampu merata di seluruh Indonesia. Sungguh menggiurkan bukan?

Pabrik Mobil Listrik Tesla di China (teslarati.com)
Pabrik Mobil Listrik Tesla di China (teslarati.com)

Poin pentingnya perlu diingat, bahwa Tesla tidak selamanya bergerak dalam bidang Mobil or Roket Listrik saja melainkan mereka menawarkan inovasi bisnis masa depan yang tentu mengarah pada kekuatan Ekonomi Negara Berkembang yang berbasiskan pada bahan baku hanya saja kedepannya mereka juga diajak bukan sekedar eksplorasi namun distribusi yang bermanfaat dan tentunya ada sebuah daya tawar yang dimiliki oleh tiap negara tersebut. Kembali lagi saya ingin menyoroti mengapa India pada akhirnya malah dilirik untuk Mobil Listrik seperti ini? Apakah Indonesia kurang? Menurut saya sih walaupun memang India dinilai cukup menjanjikan soal upaya Pemerintah mereka dibawah PM Narendra Modi yang sudah getol dalam mewujudkan Energi Terbarukan utamanya dalam mewujudkan Kendaraan Ramah Lingkungan salah satunya dengan Energi Listrik. Kemudian kiprah India dalam hal industrialisasi sendiri memang diakui cap jempolan utamanya dalam kendaraan bahkan mereka sendiri telah Berdikari sedangkan Indonesia sendiri masih berpaku pada Industri asing. Keberpihakan Pemerintah yang tentu sangatlah mumpuni tersebut mungkin saja telah membangun iklim kepastian sekaligus kepercayaan terhadap Investor dimasa kini. Bahkan India sendiri kalo bisa dibilang ga sejelek yang kita kira. Apalagi bicara soal posisi Industrinya yaitu di Bangalore, sebuah Kota di India yang menjelma sebagai Silicon Valley-nya Asia menjadi nilai plus dimana Startup sudah sangatlah berkembang disana apalagi asal Google melalui CEOnya yang juga orang India sangatlah berkontribusi pada kemajuan New Silicon Valley di Bangalore ini sehingga India sendiri bukan suatu pemain yang bisa dianggap remeh untuk masa sekarang ini walaupun yang kita tahu mereka selalu identik dengan kekumuhan bahkan kemiskinan. Namun bagi negara Maju dan para Globalis mereka adalah Pasar Besar, surganya para Investasi mengingat Produktivitas mereka juga dikenal cukup tinggi bahkan sudah berpengalaman untuk konteks seperti ini, yaitu Mobil Listrik berbasis Baterai. Bisa dikatakan India sendiri sudah berpikir sangatlah jauh kurang lebih dibanding Indonesia saat ini. Bahkan untuk Pasar Pabrik Baterai saja mungkin India juga akan menjadi saingan terberat Indonesia setelah Pabrik Mobilnya terbangun mengingat India sendiri sedang gencarnya memberikan Insentif Investasi terhadap pemain or pelaku Industri Global semacam Tesla dan lainnya agar makin masif membangun Industri mereka yang tentu berpengaruh sekali dalam Pertumbuhan Ekonomi India utamanya dimasa Pandemi seperti ini. Sangatlah menantang bukan bagi Indonesia?

Energy Storage System yang sedang tahap Negosiasi dan rencana dibangun di Indonesia oleh Tesla (mashable.com)
Energy Storage System yang sedang tahap Negosiasi dan rencana dibangun di Indonesia oleh Tesla (mashable.com)

Memang pada akhirnya untuk Mobil Listrik kita kemungkinan akan mengarah pada LG atau Hyundai yang sekarang ini juga tak kalah menarik dalam memberikan penawaran dalam pengembangan Industrinya atau dari Tiongkok. Indonesia mengklaim bahwa Tesla sendiri juga sangatlah belakangan untuk urusan ESS maupun Mobil Listrik dalam hal keseriusan namun itu bukan menjadi soal. Menurut saya pribadi kita juga belum menjadi pasar yang menjanjikan dimana ini membutuhkan sebuah kepastian mumpuni. Saya memahami bahwa Luhut Effect memang sangatlah berpengaruh cuma tidak terlalu menjanjikan lagi ketika banyak negara lain yang memang sudah punya kekuatan dalam hal menyiapkan insentif atau fasilitas yang membuat Investor sangatlah nyaman. Memang kita punya deregulasi oleh karena OBL yang menarik minat. Hanya saja kita juga harus perlu memperbaiki diri dalam statis maupun dinamis. Indonesia kedepan diharapkan bukan menyiapkan fasilitasnya melainkan menyiapkan produktivitasnya mengingat soal ini bukan dianggap remeh. Kita harus punya kemampuan ibarat kita sudah diberikan kolam kita harus mampu mencari ikannya bahkan sebanyak-banyaknya itu yang dilirik sebanyak yang kita dapat tentu menunjukkan kehebatan kita. Dan ini menjadi catatan bersama soal membangun sebuah potensi yang ada perlu dibutuhkan sebuah Kerja Keras. Soal Deregulasi atau prospek Sumber Daya merupakan jalan sekaligus penunjang namun bagaimana kita mampu melihat proses itu bekerja dengan sedemikian rupa. Kita juga jangan terlalu terlena akan keadaan bahwa kita juga mumpuni soal negosiasi dengan insentif namun disitulah kita terus berupaya membangun momentum untuk memperbaiki diri kedepannya. Jadi paling tidak dari berita seperti ini kita diajak untuk terus mengintrospeksi apalagi ini tantangan yang sangatlah sulit. Pandemi seperti ini kita sama-sama percaya bahwa FDI atau bahasa mudahnya sebagai Investasi Asing sangatlah menentukan keberhasilan pemulihan Ekonomi disamping upaya mereka membangun nilai tambah ekonomi terhadap industry lokal yang merata. Namun haruslah dibarengi dengan keyakinan dan kerja keras bagaimana membuat setiap insan mampu tergiur dan percaya. Mungkin kekuatan marketing juga mempengaruhi selain kemampuan dalam yang kita sudah terpendam dimiliki.

INTINYA JANGANLAH BERKECIL HATI, TETAP SEMANGAT DAN OPTIMIS BAHWA KITA PASTI BANGKIT, DAN KITA PASTI BISA HADAPI DAN LALUI SEMUA. DIMANA ADA NIAT, DISITU ADA JALAN. SEMOGA KEDEPAN SUKSES

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun