oleh : Felicita Fadhlilla, S. Pd
Penerapan kurikulum 2013 menekankan peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill. guru sebagai pendidik generasi penerus harus memiliki kemampuan individual untuk mengkombinasikan dan mengkoordinasikan kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam belajar. Pembelajaran multiliterasi merupakan pembelajaran yang dikembangkan dengan berbasis kerja ilmiah. Pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk siswa yang siap dari berbagai segi dalam menjalani kehidupan baik di sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman. Di Indonesia, kurikulum sudah mengalami perubahan beberapa kali. Kurikulum di Indonesia diberi nama sesuai dengan tahun mulai berlakunya. Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut Rencana Pelajaran Terurai. Pada tahun 1960 muncul Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar.Â
Tahun 1968 dikenal Kurikulum 1968 pengganti Kurikulum Lalu tahun 1970 muncul Kurikulum Berhitung diganti dengan pelajaran matematika modern. Tahun 1975 disebut Kurikulum 1975 yang fokus pada pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarnegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul Kurikulum Tahun 2004 dikenal Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terakhir tahun 2013 yang disebut dengan Kurikulum 2013 Perubahan kurikulum ini mempunyai dasar yang jelas.
 Perubahan ini untuk memperbaiki dan mengembangkan kurikulum sebelumnya sehingga meningkatkan kualitas pendidikan nasional. sebagai guru perlu memebkali diri  dalam menghadapi kurikulum yang selalu berubah. Salah satunya dengan pembelajaran multiliterasi. Proses pembelajaran multilireasi diharapkan peserta didik memiliki keterampilan multiliterasi. Keterampilan multiliterasi yang harus dikuasai agar mampu mendukung dan mengembangkan kompetensi-kompetensi tersebut meliputi keterampilan membaca pemahaman yang tinggi
Multiliterasi merupakan paradigma baru dalam pembelajaran literasi. Literasi sendiri sudah melebar artinya tidak terbatas pada kegiatan baca-tulis tetapi lebih kompleks pada praktik lakuturasi sosial dan budaya yang mengarahkan pembelajar untuk mengenal, memahami, mengaplikasikan, dan membudayakan nilai-nilai sosial budaya tersebut kearah yang lebih baik.Â
Bahkan, sekarang ini, literasi memunculkan dimensi yang beragam seperti literasi lingkungan, literasi sastra, literasi media, literasi teknologi, bahkan literasi moral. Pembelajaran literasi berimplikasi pada munculnya konsep multiliterasi. Literasi menurut Tomskin adalah kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Konsep multiliterasi muncul karena manusia tidak hanya membaca atau menulis, namun mereka membaca dan menulis dengan genre tertentu yang melibatkan tujuan sosial, kultural, dan politik yang menjadi tuntutan era globalisasi, maka hal ini menjadi dasar lahirnya multiliterasi dalam dunia pendidikan.
Dengan pembelajaran multiliterasi, siswa dapat mengoptimalkan keterampilan berbahasa sehingga muncul kompetensi berpikir kritis, pemahaman konseptual, kolaboratif, dan komunikatif serta menghasilkan produk dalam mewujudkan situasi pembelajaran serta bermanfaat dalam menciptakan kondisi pembelajaran berbasis inkuiri dan pembelajaran tematik integratif
Implementasi Pembelajaran Multiliterasi di Sekolah Dasar
Sejak tahun 2013, Pemerintah Indonesia menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum diharapkan dapat menghasilkan insan yang kreatif, produktif, inovatif dan afektifidengan memperkuat sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pencapaian tujuan tersebut dicapai melalui pendekatan ilmiah yang melibatkan kegiatan mengamati (mendengarkan, melihat, membaca), bertanya, berpikir, mencoba, dan mengkomunikasikan.Â