Kesehatan merupakan hal yang terpenting bagi setiap insan. Semua orang tanpa terkecuali berhak untuk sehat. Tentu untuk menjadi sehat, setiap orang harus dapat menjaga kesehatan dirinya. Namun, bagaimana apabila ada orang yang sakit? Apa yang perlu dilakukan? Menjawab pertanyaan tersebut, tentulah orang yang sakit harus berobat. Semua kalangan baik dari tingkat ekonomi yang tinggi, menengah, hingga yang rendah berhak untuk mendapatkan pelayanan pengobatan yang layak. Namun dewasa ini, kita sering mendengar berita mengenai diskriminasi bagi rakyat yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Mereka sulit untuk mendapatkan pengobatan yang layak dengan iming-iming masalah biayalah sebagai penyebabnya. Hal tersebut sudah tidak asing lagi kita dengar dan banyak pula orang-orang yang mengalaminya. Namun ada yang berbeda di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Terdapat sebuah klinik swasta yang bernama Klinik Evita.
Klinik Evita ini berada di pinggir jalan. Meskipun bangunannya yang masih kecil dan sederhana, namun posisinya yang strategis berada di pinggir jalan membuat klinik ini menjadi mudah untuk dilihat semua orang yang melewatinya. Saat ditemui, tim redaksi pun bertemu dan langsung melakukan wawancara dengan pemilik klinik tersebut. Nama beliau adalah Ibu Nancy Evita Matondang atau lebih dikenal dengan sapaan Ibu Evita. Beliau merupakan lulusan FakultasKedokteran dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002. Beliau kemudian merantau dari pulau Sumatera menuju ke pulau Jawa, khususnya di kota Bogor dan bekerja di berbagai klinik swasta. Pada tahun 2009, beliau mendirikan klinik sendiri yang ada di Kecamatan Babakan Madang. Alasan beliau mendirikan klinik ini adalah karena selama bekerja di berbagai klinik swasta di berbagai daerah, beliau melihat bahwa kesehatan di kecamatan Babakan Madang ini tidak cukup baik. Banyak terdapat tempat-tempat kumuh yang sedikit pencahayaan dan udara segar. Otomatis kesehatan masyarakat di kecamatan Babakan Madang ini pun tidak baik.

Sehari-hari, Ibu Evita tidak dibantu oleh perawat-perawat lain dalam menangani para pasien yang datang berobat. Beliau sendirilah yang turun tangan langsung untuk mengobati pasien. Beliau hanya memiliki dua orang karyawan yang membantu di bagian administrasi. Klinik Evita ini buka selama 12 jam mulai pukul 08.00-21.00 WIB. Pelayanan yang terdapat di Klinik Evita ini adalah pengobatan umum dan selebihnya ditambahi dengan pemeriksaan gula darah, asam urat, kolesterol, suntik KB dan pengobatan luka. Klinik Evita ini tidak menyediakan pelayanan untuk rawat inap. Klinik Evita ini hanya menerima pasien untuk observasi pengobatan beberapa jam saja dan langsung diperbolehkan pulang. Obat-obatan yang ada di Klinik Evita ini diperoleh dari apotek-apotek yang berkerjasama dengan Klinik Evita.
Penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat yang datang berobat ke Klinik Evita adalah penyakit infeksi saluran pernapasan dan penyakit gangguan pencernaan. Pasien yang datang berobat ke Klinik Evita ini pun datang dari berbagai usia, mulai dari orang dewasa, remaja, hingga anak-anak. “Pengalaman yang pernah saya dapatkan, ada pasien yang sudah berobat ke berbagai tempat pengobatan, namun tidak sembuh juga. Akhirnya dia datang ke klinik ini karena direkomendasi oleh tukang ojek yang dia tanyai. Saya pun langsung menanganinya secara rutin setiap hari sampai dia sembuh dan saya hanya mengenakan biaya pengobatan sebesar lima belas ribu rupiah,” ungkap Ibu Evita. Beliau mengatakan hal tersebut terjadi karena basicnya bukan dari obatnya, tapi tingkat sugesti masyarakat terhadap Klinik Evita tersebut.
Selama mendirikan Klinik Evita ini, Ibu Evita tidak mengalami kesulitan. Beliau menjalin hubungan baik dengan para masyarakat. Pegawai yang bekerja di Klinik Evita ini pun diajarkan untuk menjaga sopan santun. Ibu evita juga mengungkapkan suka dan duka selama melayani pasien adalah saat ada pasien yang meminta untuk diberikan obat yang paling bagus dan mahal. Padahal pasien tersebut tidak mengetahui bahwa seberapa mahal pun obat yang diberikan tidak akan dapat membantu menyembuhkan apabila dalam diri sendiri tidak ada niat untuk menyehatkan diri. Beliau juga mengatakan bahwa obat yang diberikan oleh dokter itu belum tentu untuk menyembuhkan, namun untuk mengurangi keluhan penyakit para pasien.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI