Sebuah Mimpi yang Menggoda
Setiap empat tahun, Piala Dunia menjadi panggung di mana bangsa-bangsa berkumpul bukan hanya untuk bersaing di lapangan hijau, tetapi juga merajut harapan, identitas, dan kebanggaan. Untuk Indonesia, negara dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia dan tradisi sepak bola yang begitu hidup, mimpi lolos ke Piala Dunia sudah lama menjadi cita-cita nasional.
Kini, memasuki Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, panggung baru terbuka bagi skuad Garuda. Namun jalan yang dihadapi tidak mudah. Indonesia kini berada di Grup B babak keempat bersama dua kekuatan besar Asia-Arab Saudi dan Irak. Pertanyaannya, seberapa besar peluang Indonesia untuk melangkah ke Amerika, Kanada, dan Meksiko tahun depan? Artikel ini mencoba menyelami realitas statistik, skenario yang mungkin terjadi, serta harapan yang masih menyala di dada para pendukung Merah Putih.
Babak Keempat: Gurita Statistik dan Realita
Untuk memahami situasi, kita perlu menilik struktur kualifikasi. Zona Asia mendapat delapan jatah langsung ke Piala Dunia 2026. Namun, tidak semua akan lolos secara otomatis-beberapa tiket tambahan diperebutkan lewat jalur play-off.
Babak keempat sendiri terdiri dari tiga grup, masing-masing berisi empat tim. Hanya juara grup yang langsung memastikan tiket ke Piala Dunia, sedangkan runner-up harus melanjutkan perjuangan di babak play-off.
Dalam Grup B, Indonesia bersaing dengan Arab Saudi dan Irak, dua tim dengan peringkat FIFA jauh di atas Indonesia. Per 2025, peringkat Indonesia berada di posisi ke-119 dunia, sedangkan Arab Saudi di sekitar 59 dan Irak di kisaran 58. Berdasarkan model prediktif dari berbagai analis sepak bola internasional, peluang Indonesia menjadi juara grup diperkirakan hanya sekitar 5-7 persen, dengan kemungkinan finis sebagai runner-up sekitar 20-23 persen. Artinya, secara statistik, peluang Indonesia untuk lolos langsung tergolong sangat kecil, tetapi dalam sepak bola, angka bukanlah segalanya.
Skenario Terburuk, Moderat, dan Optimistis
Untuk menakar peluang, kita perlu melihat tiga skenario berbeda: terburuk, moderat, dan optimistis. Dalam skenario terburuk, Indonesia gagal menampilkan performa terbaik, kalah di laga tandang, bahkan kehilangan poin di kandang karena tekanan mental dan cedera pemain kunci. Akibatnya, Indonesia finis di peringkat tiga atau empat grup dan tidak memiliki peluang ke play-off, dengan estimasi peluang lolos kurang dari 5 persen.
Dalam skenario moderat atau realistis, Indonesia bermain cukup stabil: mencuri hasil imbang di laga tandang, menang di kandang atas lawan yang lebih lemah, dan menjaga kedisiplinan taktik. Dengan asumsi pemain kunci seperti Marselino Ferdinan, Elkan Baggott, dan Rafael Struick tampil prima, Indonesia berpeluang finis di posisi runner-up grup dan melangkah ke play-off, dengan peluang lolos sekitar 15-30 persen.