Mohon tunggu...
Feby
Feby Mohon Tunggu... -

Mahasiswa IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aliran Jabariyah dalam Islam

25 September 2018   22:42 Diperbarui: 25 September 2018   22:56 3125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di dalam agama islam banyak sekali aliran-aliran yang dianut oleh umatnya. Salah satunya Jabariyah. Aliran ini memiliki paham bahwa kita sebagai manusia harus menerima atas hidup yang sudah ada pada qada' dan qadar dan sudah ditulis di lahul mahfud. Aliran Jabariyah baru berkembang pada abad ke-2 di Khurasan. Pandangan Jabariyah berbanding terbalik dengan Qadariyah yang mana pada aliran qadariyah manusia memiliki kebebasan atas dirinya untuk menentukan hidupnya. Pendiri Jabariyah adalah Jaham bin Shofwan. Beliau berpendapat bahwa setiap hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir dan manusia terpaksa untuk menerimanya. Manusia hanya bisa menerima keadaan dan tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam hidupnya.

Kata Jabariyah sendiri berasal kata arab "Jabara" atau "Ijbar" yang berarti paksa, terpaksa, dan memaksa. Diartikan pula sebagai alzama hu bi fi'lih yaitu berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya. Manusia tidak mempunyai kemampuan dan kebebasan untuk melakukan sesuatu atau meninggalkan suatu perbuatan. Sebaliknya manusia terpaksa melakukan perbuatan yang sudah dikehendaki dan ditetapkan Tuhan. Dalam filsafat Barat aliran ini disebut Fatalisme atau Predestination. Jadi Jabariyah dapat disimpulkan aliran sekelompok orang yang memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah undur keterpaksaan atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qada' dan qadar.

Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah terbagi atas dua kelompok utama yaitu:

  • Jabariyah murni atau ekstrim, yang dibawa oleh Jahm bin Shofwan. Paham ini beranggapan bahwa manusia tidak bisa berkehendak atas dirinya, atas apa yang akan dilakukan di dunia. Semua sudah diatur oleh tangan Tuhan tanpa ada kaitannya dengan manusia. Manusia dipaksa, sama dengan gerak yang diciptakan Tuhan dalam benda-benda mati. Oleh karena itu manusia dikatakan "berbuat" bukan dalam arti sebenarnya, tetapi dalam arti majazi atau kiasan. Apabila ada manusia yang berbuat dosa seperti mencuri, membunuh dan lain-lain itu berarti juga paksaan. Perbuatan dosa tersebut bukan kehendak sendiri tapi karena sudah timbul pada qada' dan qadar dan Tuhan telah memaksa untuk berbuat demikian.
  • Jabariyah Moderat, yang dibawa oleh Al-Husain bin Muhammad Al-Najjar yang mengatakan bahwa Allah berkehendak artinya bahwa dia tidak terpaksa atau dipaksa. Allah adalah pencipta dari segala bentuk perbuatan manusia meliputi baik buruknya manusia tetapi manusia memiliki andil untuk mewujudkan perbuatan itu, tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Dan penjelasan tersebut disebut Kasb yang dibawa oleh Dhinar bin Amru. Menurutnya bisa saja sebuah tindakan dilakukan oleh dua pelaku yaitu Tuhan dan manusia yang bekerja sama dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan manusia.

      Berikut adalah pemuka Jabariyah Murni atau Ekstrim:

  • Jahm bin Shofwan: Nama lengkapnya adalah Abu Mahrum Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari Khurasan dan tinggal di Khufah. Sebagai seorang penganut dan penyebar paham Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm diberbagai tempat seperti ke Tirmidz dan Balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi sebagai berikut:
  • 1. Manusia tidak mampu berbuat apa-apa, tidak berdaya dan tidak mempunyai pilihan
  • 2. Surrga dan neraka tidak kekal. Yang kekal hanyalah Tuhan
  • 3. Iman berarti ma'rifat atau membenarkan dalam hati
  • 4. Kalam Tuhan adalah makhluk.
  • Ja'd bin Dirham: seorang Maulana Bani Hakim berasal dari Damaskus. Doktrin pokok Ja'd secara umum sama dengan pikiran Jahm Al-Ghuraby yang menjelskan sebagai berikut:
  • 1.Al-qur'an itu adalah makhluk, oleh karena itu dia baru
  • 2.Allah tidak mempunyai sifat serupa dengan makhluk seperti melihat, berbicara dan mendengar
  • 3.Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.

Berikut adalah pemuka Jabariyah Moderat:

  • An-Najar (Husain bin Muhammad An-Najar): memiliki pengikut yang bernama An-Najariyyah atau Al-Husainiyah. Pendapat-pendapatnya sebagai berikut:
  • 1. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetpapi manusia ikut andil dalam mengambil peran dalam mewujudkan perbuatan tersebut (Kasab)
  • 2. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat, tetapi bisa memindahkan ma'rifat pada mata sehinnga dapat melihat Tuhan
  • Adh-Dhiar (Dhihar bin Amr). Pendapatnya adalah
  • 1. Manusia memiliki bagian dalam perwujudan dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya
  • 2. Mengenai Ru'yat Tuhan di akhirat, manusia bisa melihat Tuhan melalui indra keenam.

Dalil Naqli dan Dalil Aqli sebagai dasar Aliran Jabariyah

  • Dalil Naqli adalah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits:
  • 1. QS. Ash-Shafaat ayat 96: "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
  • 2. QS. Al-Anfal ayat 17: "..... dan bukan kamu melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar".
  • 3. QS. Al-Hadid ayat 22: "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
  • 4. QS. Al-Insan ayat 30: "Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
  • Dalil Aqli (alas an yang bersandar pada akal atau rasional semata)
  • 1. Makhluk tidak boleh sama dengan Tuhan
  • 2. Menolak bahwa Tuhan Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun mengakui keadaan Allah yang Maha Kuasa
  • 3. Allah yang menciptakan, jadi makhluk tidak memiliki kekuasaan
  • 4. Manusia tidak memiliki kekuasaan, manusia tidak dapat dikatakan mempunyai kemampuan (Istitha'ah)
  • 5. Perbuatan yang tampaknya lahir dari manusia bukan dari manusia karena manusia tidak memiliki kekuasaan atas hidupnya
  • 6.Semua yang terjadi pada makhluk adalah perbuatan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya penyandaran majazi.

Referensi: http://makalahterbaruku.blogspot.com

                  http://islamadalahrahmah.blogspot.com

                 http://abasawatawalla01.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun