Ketiga, riset dan teknologi. Aktivitas kedirgantaraan perlu dikembangkan agar lebih canggih dan kompleks sehingga diperlukan riset yang terfokus pada tema utama. Alokasi dana penelitian dan pengembangan perlu diperkuat.
Keempat, pengembangan talent. Malaysia berupaya untuk menyediakan pelatihan yang tepat dan memadai di seluruh bidang sesuai kebutuhan industri, salah satunya melalui peningkatan hubungan koordinasi antara industri-universitas.
Kelima, investasi dan pendanaan. Malaysia akan terus mendorong investasi strategis dari pemasok bahan mentah dan Perusahaan Aircraft General Supplies AGC), sekaligus membantu lebih banyak UKM untuk dapat masuk ke rantai pasokan.
Secara lebih detil, Malaysia menurunkan kelima fokus bidang utama ini kedalam 7 strategi dan 40 inisiatif. Ketujuh strategi tersebut yaitu, menerapkan kebijakan yang akan berdampak pada lanskap industri di masa depan, meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga yang mempunyai pengaruh langsung terhadap pertumbuhan industri, mengharmonisasikan peraturan sipil dan militer dan mempromosikan praktik ramah lingkungan, berinvestasi dalam riset dan teknologi untuk mengembangkan kemampuan baru dan meningkatkan daya saing industri, mempromosikan investasi dirgantara melalui insentif dan pendanaan yang sesuai dengan daya saing, menarik dan mempersiapkan tenaga kerja masa depan untuk Malaysia dan kawasan, serta menangkap pasar baru dan memperkuat rantai pasokan lokal.
Bagaimana dengan Indonesia? Pasar dalam negeri Indonesia cukup menjanjikan mengingat geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan dan terpisah dari daratan benua Asia, sehingga mobilitas antar pulau dan negara memerlukan transportasi udara.
Namun demikian pengembangan industri dirgantara dalam negeri menghadapi rintangan yang tidak mudah untuk diatasi, seperti masalah efisiensi biaya, keterbatasan jumlah tenaga kerja terampil, serta anggaran untuk riset dan pemanfaatan teknologi.
Upaya pemerintah dalam mendukung industri ini dapat dilihat diantaranya melalui peningkatan infrastruktur bandara di berbagai daerah di Indonesia serta penetapan Batam Aero Technic sebagai Kawasan Ekonomi Khusus untuk dapat lebih menarik investasi pada subsektor MRO. Ke depan, Indonesia perlu fokus pada lini bidang tertentu dalam industri dirgantara yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Sumber: Malaysia Aerospace Industry Blueprint 2030
Ditulis oleh: Febrianto Dias Chandra, ASN Kementerian Keuangan. Opini penulis tidak mewakili kebijakan institusi Kementerian Keuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H