Mohon tunggu...
Fay Shalamar
Fay Shalamar Mohon Tunggu... Freelancer - Fay Shalamar adalah guru, trainer dan penulis yang memiliki berbagai macam hobi

Fay Shalamar was an new writer that's loves many literature.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru "Sajuta Dua Ratus", Sebuah Doktrinisasi Terselubung

21 Agustus 2020   09:07 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Farahdara Drian Iqlima

Guru, Pahlawan tanpa tanda jasa, katanya. Tapi lantas apakah guru harus dibayar dengan "ikhlas"? Mereka bilang, semua tahu, guru adalah pekerjaan yang mulia, yang tindak tanduknya digugu dan ditiru. Sering pun anak dengan jelas menyatakan bahwa guru adalah sebuah "copywrite", seakan anak lebih percaya pada gurunya daripada yang lain. 

"Kata Bu Guru......", begitu seorang anak berkata ketika memastikan bahwa dia dan lingkungannya harusnya mengikuti apa yang disampaikan gurunya yang lebih terpercaya. Gurunya selalu mengatakan bahwa selalu meminta bantuan dengan menggunakan kata "tolong", gurunya selalu mengatakan bahwa selalu menggunakan kata "terimakasih" ketika ada orang yang membantu walau sekecil apa pun bantuannya, gurunya selalu mengatakan bahwa selalu menggunakan kata "maaf", jika telah melakukan kesalahan atau kekhilafan, baik disengaja atau pun tidak disengaja. Guru memastikan anak tetap di jalan yang benar, jalan yang berlandaskan etika, adab, tatakrama.

Selain itu semua guru memastikan anak mencapai suatu keilmuan, dengan target-target, target yang dibuat guru dalam silabusnya. Target yang diketahui olehnya sendiri, dan dipastikan agar guru menyelesaikan targetnya lagi dan lagi setiap tahun, walau kepada anak yang berbeda. 

Sering kali, demi memberikan motivasi anak, guru mengorbankan materinya sebagai sebuah bentuk reward. Reward itu tidak dia minta ke lembaga sekolah, tapi dorongan pribadi agar anak merasa apa yang dilakukannya adalah suatu yang berharga. 

Dia rogoh koceknya sendiri, memilih dan membayar dengan senyum sambil membayangkan wajah bahagia anak-anak yang menerima rewardnya. Sesuatu yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Tapi sayang, ada ribuan guru yang sampai sekarang harus sepakat dengan doktrin "sajuta dua ratus". Apa itu? Sabar, jujur, tawakal, doa terus menerus. Pemerintah memberikan target-target yang harus dicapai guru, tapi pemerintah enggan membayar guru dengan layak. Seolah pekerjaan itu cukup dibayar dengan "ikhlas". 

Tentu, semua pekerjaan harus dilakukan dengan ikhlas, ngga cuma profesi guru, tapi semua profesi, bahkan kuli bangunan sekali pun. Hanya saja guru ini cikal bakal manusia memiliki adab, etika dan tatakrama, ketika anak melakukan suatu kesalahan, gurunya yang dipertanyakan dan dihakimi. 

Betapa berat menjadi guru dengan segala resikonya. Tapi ribuan guru harus menerima bayaran berupa kata "ikhlas". Dan itu didoktrin terus menerus, lagi dan lagi. Padahal guru ini sebuah profesi yang katanya mulia.

Kesejahteraan bagi guru sampai sekarang masih jadi mimpi mengawang-awang. Saya pun yang sudah 10 tahun melanglang buana di kancah Pendidikan ini merasakan sendiri. Tapi saya ngga kapok. Karna saya menaruh diri sebagai relawan. Meskipun demikian saya ngga suka kalau keikhlasan saya dipertanyakan demi memaksakan pekerjaan yang demi target orang lain. 

Sebagai relawan, memiliki target sendiri dan sudah bekerja itu sudah cukup disyukuri, bukan dipush. Guru bukan budak orang yang memiliki gaji layak sehingga merasa bisa memerintah guru. Relawan ini punya koordinator, tapi tidak punya atasan. Jadi tidak elok jika guru relawan ini menerima tekanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun