Mohon tunggu...
Sri Wahyuni Saraswati
Sri Wahyuni Saraswati Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Writer

Menulis itu Mengobati. Membaca itu menghidupkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengembaraan Imajinasi yang Mengesankan

11 November 2019   09:31 Diperbarui: 11 November 2019   09:43 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ngRong, sebuah novel S .Jai

Oleh: Sri Wahyuni 

Membaca ngRong, kita segera teringat ungkapan Albert Einstein, "Logika membawamu dari A ke B. Imajinasi bisa membawamu kemana saja". Sebuah novel yang membawa kita mengembara dari satu imajinasi ke imajinasi lain. Sulit diduga dan penuh kejutan. Saat membacanya, kita seperti dibawa berselancar dalam laut imajinasi, kadang tercebur ke laut dalam dan megap-megap karena tak mampu berenang, muncul ke permukaan sejenak lalu kita akan ditarik lagi ke dalam.

Sebagai sastrawan S.Jai berhasil menyajikan realita kehidupan manusia yang penuh masalah, dipadukan dengan imajinasi untuk menarik pembaca masuk dalam kisah yang dibuatnya. Sebagaimana salah satu subbab yang ditulisnya "Hidup adalah sekumpulan masalah dan sederet gairah" (hal. 85). Ungkapan itu kemudian menjadi jantung dan nadi novel.

Randu, laki-laki yang tak pernah dipedulikan isterinya. Hidupnya terus digencar perasaan jengah, nyaris cutel itu membuatnya meminggirkan diri ke jalan pelarian. Ia memilih jalan pengasingan diri. Bertahun lamanya Randu bersembunyi bagaikan seekor orong-orong, binatang yang berumah di dalam tanah (ngrong). Lalu ia akan mengintip ke luar dengan separuh kepalanya ke permukaan tanah, untuk menyaksikan segala keanehan dunia. Sampai kemudian ia bersua dengan penyair pesisir Dewi Mus dan kekasih masa silamnya, Ratih Keswari. Bermula perjamuannya dengan Ratih di sebuah kafe, Randu mabuk puisi dan keindahan Ratih. Dalam pengasingannya, Randu menemukan rumah dalam diri Ratih dan dalam kata-kata. Randu boyongan dari isterinya yang merajalela dan membongkar bangunan yang selama ini didiami bersama. "Bagiku kau tak lain keterasinganku, tujuanku saat aku menghilangkan diriku. Kau seperti cermin bagiku sebagaimana aku cermin bagimu." (hal. 377).

Novel ini dengan halus juga mengajarkan romantisme dalam cinta melalui tokoh  Randu, laki-laki beristeri yang selalu berpikir tentang keanehan-keanehan dirinya dan Ratih Keswari seorang perempuan penyair, kekasih kata-kata. Mereka berpisah 23 tahun lalu karena masalah dan dipertemukan kembali dengan masalah yang baru pula, sama-sama telah berkeluarga.

Randu dengan kelembutan pribadinya, kesantunan dalam berbicara, dan kepandaiannya dalam berkata membuat Ratih jatuh hati. Sementara kecerdasan Ratih Keswari adalah potret perempuan romantis dengan lompatan imajinasi yang hebat. Kecerdikannya dalam berucap dan kekuatannya dalam mengingat. Setelah 23 tahun berpisah, Ratih mampu mengingat semua hal tentang Randu. Kebiasaan, tempat favorit, makanan, minuman, dan lainnya. Randu dan Ratih sama-sama memiliki kecerdasan imajinasi. Bayangkan bila keduanya saling bertemu. Jika Anda laki-laki maka akan tenggelam dalam lautan imajinasi yang diciptakan Ratih. Jika Anda perempuan maka akan menggali pelajaran tentang romantisme yang tak pernah habis darinya.

***

Embrio kekuatan novel ini terletak pada upaya S.jai menyelipkan beberapa peristiwa sejarah dalam rentetan kisah yang diperankan tokoh-tokoh ciptaanya. Menarik dan tidak membosankan. Ia mengajak pembaca untuk mengembara menengok masa silam melalui jalan keindahan, jalan imajinasi. Sebuah pengembaraan imajinasi yang mengesankan.

Dari rentetan kisah-kisah itu, pembaca mulai disedot untuk mengetahui lebih dalam tentang kisah-kisah masa silam. Mulai dari lakon ketoprak Ranggalawe, kisah seekor orong-orong dengan Sunan Kalijaga, sejarah tentang Sunan Giri, hingga sederet panjang sejarah perlawanan umat Islam untuk kemerdekaan.

Penulis juga menyinggung beberapa karya sastra terdahulu untuk menguatkan cerita yang dibuatnya, mulai dari naskah drama hingga novel. Seperti naskah drama RE karya Akhudiat, novel Kepada Apakah karya Afrizal Malna, novel Metamorfosis karya Frans Kafka, Belenggu karya Armijn Pane, dan Kotbah di Atas Bukit karya Kuntowijoyo. Membaca ngRong buah tangan S.Jai ini kita seperti membaca karya-karya di atas.

Dengan demikian, novel ini pada hakikatnya adalah pengembaraan menuju masa silam lewat pintu imajinasi. Pengembaraan imajinasi dari satu kisah ke kisah lainnya, dari karya sastra satu menuju karya sastra lainnya. Lompatan imajinasi yang mengesankan. Sebagaimana ungkapan Einstein  yang dikutip pada awal tulisan ini "imajinasi bisa membawa kita kemana saja". Membaca novel ngRong, sebuah novel S. Jai dengan pintu imajinasi yang indah akan membawa pembaca mengembara kemana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun