Mohon tunggu...
fauzia nur qonita
fauzia nur qonita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi yang sedang menjalani KKN

Lahaulaa~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19 [di Lapangan]

28 Juli 2021   21:10 Diperbarui: 28 Juli 2021   21:16 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 terjadi pertama kali di Wuhan, Cina pada akhir tahun 2019. Di indonesia sendiri, munculnya virus ini menjadi fenomena pembuka untuk tahun 2020. Penyebaran virus yang cepat kemudian mengharuskan pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan baru yang disesuaikan dengan kondisi saat itu. Kebijakan ini salah satunya adalah Work From Home (WFH) bagi para pekerja dan Study From Home (SFH) bagi para pelajar di berbagai jenjang.

Kebijakan-kebijakan yang telah disusun oleh pemerintah Indonesia rupanya memberikan dampak yang beragam di berbagai ranah, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam kebijakan Study From Home (SFH) para siswa di berbagai jenjang, mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bahkan mahasiswa pun dituntut untuk mampu belajar dari rumah dengan menerapkan E-learning dan memaksimalkan fasilitas yang ada. Bagi sekolah yang sudah terbiasa menggunakan fasilitas komputer dan internet sebelum kondisi Work From Home (WFH) dan Study From Home (SFH), seperti di kota-kota besar, mungkin adaptasi yang diperlukan tidak akan sesulit sekolah yang tidak terbiasa dengan penggunaan komputer dan internet secara maksimal dan rutin. Oleh karena itu, kondisi yang ada menjadi suatu hal yang baru yang bisa saja menciptakan kendala dan tantangan baru dalam kegiatan belajar mengajar.

Kebijakan Work From Home (WFH) dan Study From Home (SFH) dalam ruang lingkup sekolah memberikan tantangan bagi sekolah secara general termasuk tokoh-tokoh di dalam sekolah tersebut, yakni para guru dan para siswa. Menurut Ibu Nurhayati, salah satu guru SMP di Kabupaten Tasikmalaya, kebijakan yang berlaku saat ini tidak memberikan banyak pengaruh pada persiapan yang harus dilakukan ketika akan mengajar, tetapi memunculkan kendala lain yang muncul ketika kegiatan pebelajaran sedang berlangsung misalnya adalah beberapa siswa tidak memiliki gadget dan tidak memiliki kuota internet. Hal ini akhirnya menghambat dan menjadi masalah pada hasil kegiatan belajar siswa tersebut, seperti terlambat atau bahkan tidak bisa mengumpulkan tugasnya. Selain itu, dijealskan pula bahwa sebagai seorang guru yang juga memiliki keterbatasan, kondisi seperti ini membuat lebih mudah lelah karena kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti memasukkan nilai dan pengecekan tugas benar-benar dilakukan satu persatu melalui media online (contoh: Whatsapp). Hal ini menjadikan waktu yang digunakan untuk pekerjaan menjadi lebih banyak. Kemudian, kendala juga terjadi untuk pemberian nilai sosial bagi para siswa. Ini menjadi suatu kedala karena lebih sulit untuk dilakukan karena proses pembelajaran tidak terawasi seluruhnya oleh guru, melainkan hanya terlihat dari hasil belajarnya saja.

Permasalahan pendidikan Indonesia yang terjadi selama masa pandemi Covid-19 tidak hanya muncul di satu jenjang saja. Namun pula terasa pada jenjang menengah atas dan kejuruan. Berdasarkan wawancara bersama Ibu Jati yang merupakan guru mata pelajaran menjahit di salah satu SMK di Kota Tasikmalaya, kondisi pandemi ini memiliki dampak yang cukup besar pada kegiatan belajar mengajar di SMK, terlebih pada mata pelajaran-mata pelajaran yang memang mengharuskan banyak dipelajari dengan praktik, misalnya mata pelajaran menjahit. Seringkali kegiatan belajar menjadi terlambat atau bahkan tidak mencapai target belajar, seperti materi A direncanakan selesai dalam empat (4) kali pertemuan, tetapi terlambat menjadi enam (6) kali atau bahkan delapan  (8) kali pertemuan. Selain itu, kegiatan yang dilakukan secara paraktik sangat terbatas waktunya, terlebih fasilitas yang ada kurang memadai misalnya alat-alat praktik yang jumlahnya terbatas dan alat-alat praktik yang rusak. Alat-alat praktik serta kegiatan- kegiatan praktik ini sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa yang bersekolah di jenjang SMK. Hal ini dikarenakan jenjang SMK memang didesain agar para siswa lebih menguasai praktek dan ditujukan untuk persiapan menghadapu dunia kerja. Di samping itu, kebanyakan karakteristik para siswa di salah satu SMK di Kota Tasikmalaya tersebut memang lebih memahami materi dengan cara pemberian demosntrasi, bukan hanya pemberian materi secara teoritis saja. Kondisi dan kebijakan yang berlaku saat ini tentunya memebrikan kendala bagi tercapainya tujuan sekolah sehingga sangat berdampak baik  bagi para guru, maupun bagi para siswa berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan dirasa menjadi kurang efisien, karena seringkali ditemukan bahwa siswa kebanyakan hanya memberikan presensi atau kehadirannya saja tetapi tidak benar-benar mendalami materi dan ketika dilakukan pengecekan catatan, hanya eberapa di antaranya yang mencatat materi bahkan ada siswa yang tidak mencatat sama sekali. Suatu hal yang dikhawatirkan oleh para guru adalah para siswa ini hanya sekadar lulus saja tanpa memiliki kemampuan yang sudah dirancang sebagai output oleh sekolah. Hal ini akan berdampak ke depannya baik bagi sekolah tersebut, maupun bagi siswa tersebut.

"Sebagai seorang guru yang hanya mengikuti saja kebijakan yang ada sambil berusaha, kami berharap bahwa kondisi ini cepat berakhir atau diciptakan kebijakan baru yang memudahkan karena selain karena kesulitan orang tua dalam mendampingi anaknya di rumah dalam belajar, juga banyak kendala lain seperti keterbatasan fasilitas di rumah dan kebutuhan sekolah-sekolah untuk melakukan praktik, sehingga kondisi seperti ini sangatlah menghambat dan menciptakan masalah baru berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran". --Ibu Jati.

Pendidikan Indonesia di tengah pandemi Covid-19 sangat perlu untuk menjadi perhatian, sebab kebijakan-kebijakan yang diberlakukan justru bisa saja menjadi ancaman bagi ketahanan pendidikan itu sendiri. Kondisi lapangan yang ada harus menjadi landasan dan bahan evaluasi pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan baru ke depannya. Paparan kondisi lapangan di dalam artikel ini dimaksudkan menjadi salah satu laporan mengenai apa yang terjadi di lapangan terkait dengan pendidikan Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun