Berbagai macam cara calon legislatif untuk menarik perhatian konstituennya. Mulai dari pendekatan emosional dengan "blusukan" hingga memberikan bingkisan dari sembako hingga kebutuhan pokok lainnya. Cara memperoleh suara yang berbagai macam ini menjadi perhatian Panitia pengawas Pemilu (PANWASLU). Sebagai lembaga yang bertugas memantau berbagai gerak-gerik partai dan calegnya, panwaslu seharusnya lebih jeli untuk meliat keadaan yang terjadi di masyarakat.
Seiring dengan ketatnya kontestasi dalam pemilu, caleg melakukan berbagai cara demi memperoleh simpati masyarakat. Cara-cara Machevilian-pun dilakukan. Cara apapun akan ditempuh untuk mencapai tujuan mereka. Hal inilah yang terjadi di pasar Lekok.Vera Nawira Caleg DPR RI dari Partai penguasa, Partai Demokrat (04/04/2014) untuk menarik perhatian konstituennya dengan menyelipkan rokok di setiap kartu caleg. Hal tersebut dipergoki PANWASLU setempat. Menurutnya, setelah diketahui ada kecurangan, tim yang ditugaskan langsung meninggalkan pasar. Caleg yang berkontestasi di daerah pemilihan Jatim II dengan nomor urut 2 ini, menggunakan "money politic" demi menarik perhatian masyarakat.
Gambar Susilo Bambang Yudoyono (SBY) terpampang jelas di kartu saku bersandingan dengan foto Vera Nawira. Apakah dengan terpajang foto penguasa negeri ini, caleg bisa sesuka hati melanggar aturan? Ataukah memang seperti ini potret Demokrasi di negeri ini?
Dengan sistem semacam ini, masyarakat dituntut harus cerdas memilih Calon legislatif mana yang harus dipilih untuk mewakili aspirasi mereka. Jangan hanya demi sebungkus rokok ataupun uang 50.000, masyarakat mengorbankan kehidupan mereka 5 tahun. Hal yang lebih penting lagi adalah para penguasa janganlah memakai kekuasaannya untuk selalu bertindak sewenang-wenang.