Sebuah area yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan cara kata-kata yang disusun menjadi frase dan kalimat. Apa manfaatnya jika kita hanya memiliki kata-kata, meskipun banyak jumlahnya, untuk mengapresiasikan pikiran kita, kita juga perlu mengetahui rules of sequencing (peraturan yang mengatur urutan bentuk kata kerja (tenses) menurut waktu, misalnya present tense, past tense, future tense) sehingga kita dapat menyampaikan ide-ide kita kepada orang lain. Kata-kata dapat digabungkan menjadi berbagai kombinasi, sekalipun untuk menyampaikan ide yang sama. Secra teknis, studi tata bahasa (grammar) mencakup area fonologi (phonology), yakni ilmu yang mempelajari kombinasi suara-suara dalam suatu bahasa; morfologi (morphology), yakni ilmu yang mempelajari kombinasi potongan-potongan kata dan kata-kata itu sendiri sehingga menjadi unit-unit yang lebih besar, dan sintaksis (syntax), yakni ilmu yang mempelajari kombinasi kata-kata sehingga menjadi frase dan kalimat (Solso, 2007).
Kumpulan peraturan mengendalikan keteraturan bahasa disebut tata bahasa (grammar), dan tata bahasa transformasional (transformational grammar) berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk linguistic yang mungkin memepertahankan makna yang sama. Sebagai contoh:
Kucing itu dikejar anjing.
Anjing itu mengejar kucing.
Kedua kalimat itu adalah kalimat yang tepat, mengungkapkan makna yang sama, memiliki kata-kata serupa, namun berbeda dalam struktur dasarnya. Tampaknya, karakteristik permukaan (surface features) dari sebuah bahasa perlu dibedakan dengan struktur yang mendalam (deep structure) dari bahasa tersebut, dan teori-teori Chomsky disusun berdasarkan berdasarkan konsep tersebut (Solso, 2007).Terdapat tiga aspek yang menjabarkan sumbangsih teori Chomsky terhadap linguistic: struktur permukaan (surface structure), struktur dalam (deep structure), dan peraturan-peraturan tranformasional (transformational rules). Struktur permukaan adalah bagian dari suatu kalimat yang dapat dipecah-pecah (segmented) dan diberi label dengan menggunakan teknik penguraian umum (convensional parsing); stuktur dalam adalah makna dasar sebuah stuktur (Solso, 2007).
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa,dengan topic pembelajaran meliputi struktur bahasa dan berfokus pada pendeskripsian suara-suara,makna-makna,dan tata bahasa dalam percakapan. Para psikolog umumnya mempelajari cara manusia menggunakan bahasa. Ilmu yang menggabungkan kedua pendekatan tersebut yakni psikologi dan linguistic disebut psikolinguistik. Dan Psikolinguistik sendiri adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Psikolinguistik dapat diartikan pula sebagai perilaku berbahasa karena disebabkan oleh adanya interaksi dengan cara berpikir manusia. Psikolinguistik meneliti tentang perolehan,produksi,serta pemahaman terhadap bahasa. Ada beberapa struktur dasar komponen dalam psikolinguistik yang membentuk bahasa pada manusia.
Bahasa adalah alat yang paling penting untuk berkomunikasi dan bahasa menunjukkan kualitas seseorang dalam berbicara dan aktifitas komunikasi tergantung dalam beberapa faktor, yang terpenting isi dari komunikasi, acara yang meliputi sebuah komunikasi dan sebuah tempat yang mana komunikasi itu terletak. Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan menyebabkan salah pengertian antara beberapa element di stuktur social. Komunikasi yang efektif mempunyai peran yang sangat penting dalam diskusi perdebatan, dan pengertian dalam sosial umum.(Mudjia Rahardjo:2004)Adanya timbal balik antara bahasa dan pikiran, bahasa merupakan cermin budaya pemakaiannya. Lebih jauh deri tesis Sapir-Ehorf, para ahli psikolinguistik meyakini bahwa berbicara melibatkan dua dimens, yakni dimensi internal dan eksternal. Salah seorang tokoh hermeunitika Heiddegger (1889-1976) menyatakan bahwa jarak antara pikiran dan bahasa menjadi sangat dekat ketika seseorang merenung, berfikir, dan berbicara tanpa kat dan tanpa tulisan karena disaat diam yang aktif adalah bahasa pikiran yang membentang tak terbatas oleh sekat-sekat gramatika mulai dari aspek fonologis, morfologis, sampai sintaksis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H