Mohon tunggu...
fatmafairus
fatmafairus Mohon Tunggu... Kesibukan saya saat ini tengah menempuh pendidikan sarjana S1 ilmu ekonomi

Hobi saya adalah traveling bersama keluarga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Analisis Program Circular Economy : Studi Kasus Bank Sampah Malang

8 Mei 2025   05:54 Diperbarui: 8 Mei 2025   08:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masalah sampah menjadi salah satu tantangan lingkungan paling besar di berbagai kota besar di Indonesia. Kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang memproduksi ribuan ton limbah setiap harinya. Sebagian besar sampah tersebut hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), dan hanya sebagian kecil yang berhasil dipilah atau didaur ulang. Pola ekonomi tradisional --- yaitu produksi, konsumsi, lalu membuang --- kini dianggap sudah tidak relevan lagi dalam menghadapi persoalan lingkungan yang semakin kompleks.

Dalam situasi ini, muncul pendekatan baru yang dikenal sebagai ekonomi sirkular (circular economy). Pendekatan ini bertujuan untuk menghapus konsep limbah dengan mendorong pemanfaatan kembali sumber daya yang telah dipakai. Di Indonesia, konsep ini mulai diterapkan dalam berbagai bentuk program, baik oleh pemerintah, swasta, maupun komunitas warga. Salah satu contoh terbaik penerapan ekonomi sirkular di tingkat komunitas adalah Bank Sampah Malang (BSM), yang telah berhasil mengubah paradigma masyarakat dalam memandang sampah.

Deskripsi Program: Bank Sampah Malang (BSM)

Bank Sampah Malang adalah program yang dijalankan oleh masyarakat, yang bekerja seperti bank biasa, hanya saja yang ditabung adalah sampah, bukan uang. Masyarakat menyetorkan sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kertas. Sampah ini akan ditimbang, diklasifikasikan, lalu dinilai dengan harga tertentu yang masuk ke dalam "buku tabungan" milik nasabah. Hasil tabungan ini bisa dicairkan dalam bentuk uang tunai atau ditukar dengan kebutuhan sehari-hari.

BSM berawal dari sekelompok warga yang menyadari pentingnya pengelolaan limbah rumah tangga. Lambat laun, program ini tumbuh menjadi gerakan besar yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, mulai dari rumah tangga, sekolah, rumah ibadah, hingga instansi pemerintah. Mereka tidak hanya menjadi penabung sampah, tetapi juga aktif mengikuti pelatihan, edukasi, dan bahkan kegiatan kewirausahaan berbasis daur ulang.

Dalam sistem operasionalnya, BSM memiliki tim pengelola inti, relawan pemilah sampah, serta mitra industri daur ulang. Setiap bagian bekerja sama agar sistem tetap berjalan transparan dan efisien. Keberhasilan BSM terletak pada partisipasi aktif masyarakat dan kepercayaan antaranggota yang terus dibangun.

Dampak Program

1. Dampak Ekonomi

BSM membuka peluang pendapatan baru bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga dan kelompok rentan. Sampah yang dulunya dianggap tidak berguna kini bisa ditabung dan diuangkan. Tambahan penghasilan ini sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Program ini juga mendorong tumbuhnya usaha kecil menengah berbasis daur ulang. Banyak warga yang memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai ekonomi, seperti tas dari plastik bekas, dompet dari bungkus kopi, atau kerajinan tangan dari botol bekas. Bahkan, beberapa pelaku UMKM menjual produk ini secara daring dan mengikuti pameran ekonomi kreatif.

2. Dampak Lingkungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun