Mohon tunggu...
Fatimah shiddiq
Fatimah shiddiq Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kelelawar, Pembawa Virus Corona Kenapa Tidak Terinfeksi

16 Agustus 2020   19:02 Diperbarui: 16 Agustus 2020   19:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemunculan virus corona dari wuhan, china pada desember 2019 hingga saat ini, membuat dunia kewalahan. Manusia kagok negara kagok. Padahal, ini bukan pertama kali dunia mengalami wabah penyakit virus. Sebelumnya telah terjadi penyakit seperti SARS, MERS dan Ebola. Yang diduga berasal dari beberapa hewan liar

Virus corona penyebab Covid-19 ini pertama kali dideteksi oleh Dr. Zhang Jixin dari provinsi Hubei,  China. Virus corona diduga tersebar melalui hewan yang dijual dipasar basah Wuhan, China. Para Peneliti mencurigai SARS-CoV-2 ini berasal dari kelelawar.

Kelelawar sendiri merupakan inang alami dari beberapa virus yang mematikan. Meskipun mematikan bagi manusia virus ini tidak memberikan dampak mematikan bagi kelelawar bahkan tampaknya kelelawar sendiripun kebal terhadap virus yang ia bawa.

Kelelawar sendiri memiliki sistem kekebalan yang terus menerus meningkat untuk pertahanan terhadap  virus. Sistem kekebalan tubuh keleawar telah berevolusi ini terbukti kelelawar menjadi rumah dari berbagai virus

Sebuah penelitian dari University of California (UC) Berkeley, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa kelelawar memiliki respons kekebalan yang kuat terhadap virus sehingga mendorong virus untuk dapat  bereplikasi lebih cepat.

Dengan demikian, ketika virus berpindah ke inang lain berupa mamalia yang sistem kekebalannya rata-rata seperti manusia, maka virus ini dapat membahayakan tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian.

Gen-gen unik pada kelelawar ini disebut Emma kemungkinan jadi kunci sistem imun kelelawar yang membuatnya kebal terhadap virus Corona. "Bila kita bisa meniru respons imun kelelawar terhadap virus, yang membuat hewan ini bisa menoleransinya, maka kita bisa mencari obatnya di alam," kata Prof Emma seperti dikutip dari BBC.

Dilansir dari The Hindu, dalam jurnal Nature Microbiology mengungkapkan mekanisme yang membuat kelelawar bisa menampung banyak virus tanpa 'sakit' dibandingkan dengan mamalia lainnya.

Kelelawar sendiri  memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan dengan mamalia darat lainnya sehingga berpotensi membawa virus lebih lama dan menginfeksi mereka terus menerus. Dengan  banyaknya jumlah virus yang menginfeksi kelelawar maka sistem kekebalan tubuh kelelawar akan mengembangkan antibodi dan membuat kelelawar menjadi resisten terhadap virus.

Kelelawar juga mampu menghindari peradangan (inflamasi) yang disebabkan oleh virus secara berlebihan, yang sering menyebabkan  hewan dan manusia terserang penyakit parah yang diakibatkan oleh virus.

Pada berbagai kasus infeksi, virus itu sendiri tidak menyebakan kematian, melainkan respon peradangan akut yang ditimbulkan oleh sistem kekebalan tubuh manusia.  Kelelawar dapat mengendalikan ini. Meski mereka terinfeksi, Kelelawar sendiri tidak menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit yang mampu dilihat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun