"Pertemuan"
Hanya satu kata tapi memiliki banyak misteri. Misteri itu tak cukup hanya menghadirkan satu rasa. Berpuluh-puluh hingga berjuta-juta rasa hadir melengkapi sebuah pertemuan tersebut.
Bahagia, senang, penuh senyum, dan canda tawa. Perasaan-perasaan itu hadir ketika sebuah pertemuan menciptakan kesenangan dan kehangatan. Sedih, pilu, tangis, dan pedih. Perasaan-perasaan itu pun dapat pula hadir ketika sebuah pertemuan nyatanya menimbulkan luka dan berakhir perpisahan.
Dan aku masih saja terjebak pada sebuah pertanyaan, "Mengapa aku harus bertemu denganmu?"
Sebuah tanya yang sering menggangu pikiranku dan terus saja menodong untuk segera terjawab. Aku tak mengerti, aku belum menemukan jawabannya. Katanya begini:
"Terjadinya sebuah pertemuan selalu memiliki alasan di dalamnya, dan beruntung sekali ketika kamu mampu menemukan alasan itu."
Nyatanya, untuk saat ini, aku merasa belum menjadi yang beruntung itu. Aku belum menemukannya.
-Ketika Aku Menyesali Sebuah Pertemuan-
Ketika aku menyesali sebuah pertemuan, aku selalu ingin mengutuki waktu. Seolah waktu itu selalu salah, terlebih lagi ketika ia mengingatkan padaku akan sebuah ketakutan tentang perpisahan yang tercipta karena sebuah pertemuan.