Mohon tunggu...
Fathy Dhiya Ulhaq
Fathy Dhiya Ulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gastrodiplomasi Indonesia terhadap Belanda pada Tahun 2019

4 Oktober 2022   19:39 Diperbarui: 4 Oktober 2022   19:47 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada era globalisasi yang sangat maju dan serba cepat seperti sekarang ini, diplomasi sendiri dilakukan tidak hanya melibatkan pemerintah resmi seperti presiden atau perdana menteri, namun masyarakat juga mengambil peran dalam diplomasi. Mengingat bahwa globalisasi pada masa kini membuka kesempatan bagi siapa saja untuk terlibat dalam aktivitas diplomasi. Contoh sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk berperan dalam diplomasi luar negeri salah satunya dengan mengenalkan budaya lokal, hal ini dapat memberikan persepsi baik atau citra positif terhadap suatu negara kepada negara lain.

Indonesia melakukan diplomasi publik terhadap Belanda dalam bentuk Diplomasi Kuliner atau yang disebut dengan Gastrodiplomasi. Cara ini diambil karena Indonesia sendiri memiliki keunggulan dibidang kuliner yang memiliki cita rasa yang kaya dan khas sehingga disukai oleh berbagai macam kalangan. Menurut poling yang pernah diadakan oleh CNN pada tahun 2011, makanan Rendang asal Indonesia menempati peringkat pertama dalam kategori "World's Most Delicious Food".

Melalui Gastrodiplomasi seperti yang dilakukan oleh KBRI Den Haag tentu saja dapat berdampak positif terhadap pariwisata dan perdagangan Indonesia. Gastrodiplomasi sendiri memiliki arti yaitu seni menyiapkan makanan dalam hubungan internasional untuk menciptakan kedamaian dan pemahaman budaya. Nation branding merupakan poin utama dari diberlakukannya Gastrodiplomasi untuk mempromosikan makanan dan juga membantu publik asing agar membiasakan diri terhadap budaya negara lain melalui kuliner.

Masakan Indonesia sudah mulai mencuri hari para pecinta kuliner dunia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya restoran Indonesia di dunia, seperti Amsterdam. Selama 350 tahun, Indonesia sempat menjadi bagian dari Belanda. Karenanya tidak sulit menemukan restoran yang menyajikan sajian khas Tanah Air di Negeri Kincir Angin ini, bahkan terdapat sekitar 1.600 restoran Indonesia yang ada di Belanda. Nyaris semua kota memiliki lebih dari satu restoran Indonesia yang otentik. Meski belum sepopuler masakan Jepang atau Italia, siapapun yang pernah mencicipi hidangan penuh rempah khas Indonesia, pasti akhirnya akan jatuh cinta.

Indonesia memiliki hubungan yang spesial dengan Belanda. Kolonialisasi yang pernah dilakukan oleh Belanda di Indonesia memengaruhi akulturasi budaya di masyarakat. Dalam meningkatkan citra positif Indonesia, dilakukanlah Diplomasi Publik melalui Gastrodiplomasi. KBRI Den Haag melihat potensi kuliner Indonesia untuk meningkatkan persepsi positif Indonesia agar berdampak terhadap aktivitas pariwisata dan perdagangan Indonesia. Gastrodiplomasi Indonesia di Belanda tentu saja melibatkan aktor non negara terutama organisasi masyarakat seperti organisasi Diaspora, Indonesia Satu dan media masa. Namun media masa masih kurang berperan secara signifikan dalam pelaksanaannya. Peran media dapat ditingkatkan seperti bekerja sama dengan media lokal di Belanda.

Gastrodiplomasi yang dipilih oleh KBRI Den Haag tentu saja tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya berbagai aktor-aktor non negara yang mendukung. Culinary Task Force, merupakan salah satu divisi dari Organisasi Indonesia Satu yang didirikan untuk membantu pelaksanaan Gastrodiplomasi di Belanda. Ini juga merupakan kesadaran masyarakat untuk membantu program pemerintah KBRI Den Haag.

Taskforce Kuliner berkomitmen untuk menjadikan keragaman kuliner Indonesia lebih dikenal dan dipromosikan. Berbagai lokakarya memasak IDN-NL pada musim gugur 2021, dipimpin oleh Koki Agus Hermawan. Bagian dari workshop ini adalah untuk berbagi keaslian masakan Indonesia dengan para peserta. Chef Agus Hermawan lahir di Jawa, ia belajar memasak dari ibunya dan mulai memasak masakan Indonesia di Belanda sekitar dua puluh tahun yang lalu. Sekarang dia adalah chef di Ron Gastrobar Indonesia, salah satu dari lima restoran terbaik milik master Chef Ron Blaauw. Selain itu, ia telah dipilih oleh Menteri Pariwisata RI sebagai Duta Kuliner Indonesia di Belanda. Hidangan khasnya, Ayam Rujak, menjadi pusat perhatian dalam menu yang dibuat secara khusus.

Dalam pelaksanaan acara lokakarya dan kompetisi memasak, Indonesia bekerjasama dengan beberapa perusahaan-perusahaan seperti Garuda Indonesia, dan perusahaan produsen dan importir makanan seperti Jan van As, Choi Kee, dan lain-lain. KBRI Den Haag juga didukung oleh organisasi seperti Indonesia Satu, Indonesian Chef Assosciation (ICA), Indonesia Netherlands Intermediary (Indonedair), dan Indokok. Organisasi-organisasi tersebut mendukung upaya Gastrodiplomasi KBRI melalui penyelenggaraan acara dan membantu memublikasikan program acara kepada masyarakat. Media juga berperan sebagai penghubung antara masyarakat dan KBRI sebagai pelaksana acara, melalui publikasi yang dilakukan lewat media sosial Facebook dan Twitter, maupun situs resmi. Selain itu, liputan-liputan aktivitas gastrodiplomasi oleh media-media elektronik berbahasa Belanda seperti indonesienu.nl maupun belindomag.nl mendukung terbentuknya opini positif atas kuliner Indonesia di masyarakat.

Tantangan yang dihadapi dalam Gastrodiplomasi Indonesia diantaranya terkait dengan permasalahan impor produk Indonesia ke Belanda. Tingkat produksi yang tidak stabil dan persaingan harga produk menyebabkan jumlah produk impor yang masuk tidak stabil sehingga harga produk-produk makanan seperti rempah dan bumbu-bumbu lainnya menjadi lebih mahal dan sulit untuk dijangkau masyarakat. Dalam kondisi resesi ekonomi yang terjadi di tahun 2014. Beberapa restoran Indonesia bahkan harus terpaksa ditutup karena tidak mampu menghadapi permasalahan ekonomi. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, KBRI berupaya untuk mendorong masuknya produk-produk Indonesia ke Belanda dengan melakukan pendekatan ke berbagai perusahaan importir produk dari Indonesia. KBRI Den Haag juga menawarkan peluang kerjasama dengan perusahaan-perusahaan importir dalam mendukung aktivitas Gastrodiplomasi Indonesia di Belanda. 

Pemilihan strategi oleh KBRI Den Haag dalam Gastrodiplomasi dapat dinilai sebagai suatu langkah dinamis yang dapat dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Sebagai kelanjutan dari promosi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia didukung oleh KBRI Den Haag kembali berpartisipasi dalam Vakantiebeurs ke-50 yang berlangsung pada 15-19 Januari 2020 di Jaarbeurs, Utrecht, Belanda. Pada 2019, acara ini sukses menarik 103.312 pengunjung dan 1.147 exhibitor dari 120 negara selama 5 hari pameran yang terdiri atas 2 hari trade day dan 3 hari consumer day.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun