Mohon tunggu...
Fathir Fatih Faturrahman
Fathir Fatih Faturrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang individu yang suka menulis opini terkait segala hal yang menarik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Harus Membebaskan, Bukan Membelenggu: Memaknai Belajar di Tengah Sistem yang Kaku

14 Juni 2025   16:50 Diperbarui: 14 Juni 2025   16:57 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/247557310761454352/

Hilangnya makna dalam dunia pendidikan

Kita duduk rapi di bangku kelas, mendengarkan, mencatat, menghafal, ujian, dan lulus. Namun, apakah kita pernah diajak untuk berpikir? Pernahkah kita diajak untuk mempertanyakan realitas? Pernahkah kita diajak untuk bertanya mengenai makna hidup, tentang siapa kita, dan untuk apa kita belajar? Sekolah, seperti apa yang dikatakan oleh Paulo Freire, telah berubah menjadi sebuah "bank". Sekolah sekedar menjadi tempat untuk menabung pengetahuan yang tidak pernah bisa dijadikan tempat untuk mencari makna kehidupan. Murid hanya dijadikan sebagai kertas kosong sedangkan guru berperan sebagai penulis. 

Pendidikan yang menindas

Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Kaum Tertindas, Paulo Freire memperkenalkan jenis "pendidikan gaya bank" sebagai sebuah konsep pendidikan yang menindas. Dalam sistem pendidikan ini, guru berperan sebagai pemberi materi, sementara murid hanya sebuah wadah kosong yang pasif. Pada konsep pendidikan ini, pengetahuan tidak dibangun bersama, tetapi ditransfer sepihak oleh guru kepada murid. Murid dianggap tidak mengetahui apa-apa dan kosong, oleh karena itu murid hanya diisi oleh pengetahuan yang diberikan guru, bukan diajak untuk berdialog. Bukankah jika para murid hanya dijadikan sebagai wadah maka mereka akan tumbuh bukan menjadi manusia?

Freire menyebutkan bahwa pendidikan gaya bank menciptakan sebuah hubungan vertikal antara guru dan murid, di mana murid sebagai pihak yang tertindas dan guru sebagai pihak yang menindas. Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa. Guru berpikir, murid terpikirkan. Guru berbicara, murid mendengarkan. Akibatnya, pada hubungan tersebut murid hanya menjadi sebuah objek kosong, bukan menjadi sebuah subjek yang belajar.

Model pendidikan yang seperti ini tidak memanusiakan manusia, di lain sisi dia menjadikan manusia sebagai sebuah objek kosong yang hanya ada untuk diisi oleh sesuatu. Model ini juga menciptakan keterasingan, keterasingan terhadap diri sendiri, terhadap pengetahuan, maupun terhadap realitas sosial. Pendidikan gaya bank telah gagal dalam membantu manusia sadar terhadap realita dan dunia. Selain itu, pendidikan gaya ini juga gagal dalam mengubah dunia.

Alternatif pendidikan yang membebaskan

Pendidikan seharusnya menjadi sebuah proses pembebasan. Menurut Freire, alternatif pendidikan yang dapat membebaskan manusia adalah pendidikan dialogis. Dalam pendidikan dialogis, guru dan murid sama-sama belajar, sama-sama mengajar, dan sama-sama berpikir. Pada pendidikan ini, hubungan antara guru dan murid merupakan hubungan yang horizontal. Kemudian pendidikan menjadi sebuah proses bersama dalam memahami realita dunia dan mengubahnya.

Freire percaya bahwa manusia bukan hanya hidup di dunia, tetapi mereka juga hidup bersama dunia. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendidikan yang memperkuat hubungan antara manusia dengan dunia. Pendidikan seharusnya bukan menghafal, tetapi memahami, menyadarkan, dan mendorong tindakan. 

Pendidikan yang dalam prosesnya terdapat dialog antara guru dan murid merupakan sebuah jalan keluar dari pendidikan gaya "bank". Proses dialog ini membebaskan pendidikan dari hubungan penindasan yang ada pada pendidikan gaya bank. Dialog di sini bukan hanya sekedar berbicara, tetapi proses perjumpaan antara kesadaran-kesadaran yang ada dan aktif. Dalam proses dialog, murid diajak untuk berpikir, merefleksikan hidupnya, bertanya, dan menyuarakan pengalaman mereka.

Rutinitas absurd pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun