Mohon tunggu...
Fata Azmi
Fata Azmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Berlilmu, Bermanfaat

Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesan Amien Rais di Seminar Pra Mukhtamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48

30 Mei 2022   14:12 Diperbarui: 30 Mei 2022   14:30 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini saya berkesempatan mengikuti Seminar Pra Mukhtamar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48 di Surakarta secara virtual. Sesi 1 dalam seminar ini mengangkat tema Peran Muhammadiyah dalam Perdamaian Dunia yang dibawakan oleh tiga narasumber, Prof. M. Amien Rais, M.A.,Ph.D , Prof. Din Syamsudin, M.A.,Ph.D dan Rizal Sukma, Ph,D. 

Semua pembahasan dari ketiga narasumber sangatlah menarik untuk disimak karena menambah wawasan kebangsaan maupun pengetahuan terkait kondisi global saat ini tertutama dengan kehidupan ummat Islam di berbagai belahan dunia.

Dari ketiga narasumber saya tertarik dengan pembahasan Pak Amien Aris, setelah dua narasumber sebelumnya memaparkan pemikirannnya terkait tema seminar, Pak Amien sebagai narasumber terakhir (sebagai gong) meminjam istilah bapak moderator dalam seminar tersebut. 

Pak Amin mengingatkan kepada kita semua tentang beberapa hal, saya hanya menulis apa yang tercatat dalam catatan saya semoga tidak jauh dari subtansi apa yang disampaikan oleh Pak Amien. Pertama, Jangan sampai kita merasa lebih besar daripada sejatinya. Sebuah pesan menyentuh untuk kondisi kita saat ini di kala kita berlomba saling menyingkirkan dan merasa paling besar, pesan ini mengingatkan bahwa setiap dari kita bukanlah siapa-siapa dan apa -apa tanpa ada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

Banyak kehendak yang manusia inginkan tetapi ingatlah kehendak hanya sebatas kehendak apabila tidak diupayakan dan diikhtiarkan. Ditambahkan oleh Pak Rizal dalam sesi tanya jawab terkait hal ini, yaitu adanya gap antara yang kita inginkan dan apa yang bisa dilakukan, untuk itu agenda dan keinginan kita harus diimbangi dengan peningkatan kemapuan melalui pengembangan kapasitas, baik secara institusi ataupun personal agar tidak sekedar menjadi deklarasi indah dan pada akhirnya hanya rycicle agenda dengan agenda lain.

Kedua, Kadang untuk mengatakan yang haq adalah haq dan bathil adalah bathil adalah hal yang jarang terjadi sekarang ini. Hal ini terjadi sebab kualitas tauhid yang masih dipertanyakan, Pak Amin menyitir ungkapan Pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan "Yang namanya penyakit adalah menyukutukan tuhan kepada selainnya dan obatnya adalah tauhid kepada Allah dengan sebenar-benarnya", disampaikan pula oleh Pak Amin, kita akan berwibawa dan diridhoi hanya karena kita bergantung kepada Allah. 

Maka dari itu kuatkan apa yang ada dalam diri kita yaitu semangat untuk berjuang sembari menyampaikan ayat “Wallażīna jāhadụ fīnā  lanahdiyannahum subulan, wa innallha lama'al-musinn".

Ketiga, Jangan sering ke Istana, ungkapan ini sangat politis tentunya namun sangatlah wajar keluar dari seorang politisi senior sepert Pak Amien yang sudah merasakan pahit manisnya politik bangsa ini, tetapi ungkapan ini diucapkan sebagai rambu-rambu atau kehati-hatian bagi Persyarikatan Muhammadiyah untuk tidak tergoda dengan kepentingan kekuasaan, tetap menjadi organisasi yang menyuarakan kebenaran dan keadilan. Untuk itu Pak Amien mengingkatkan di masa kritis seperti saat ini untuk tetap dan selalu menjadi better dan stronger.

Mungkin cukup sekian catatan ringkas dari saya, tentu masih banyak yang diutarakan namun karena keterbatasan hanya ini yang dapat saya tulis. Semoga pesan Pak Amien menjadi lecutan semangat bagi setiap penerus bangsa wa bil khusus warga persyarikatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun