Sedang maraknya #kabarsajadulu memang menarik kalau dibahas tapi bukan hanya dari sudut pandang kebijakan pemerintah maupun isu yang membawanya, tapi bagaimana kita harus menanggapi fenomena berpindah sementara atau merantau selamanya. Mungkin saya bukanlah seorang diaspora di negeri asing ataupun saya juga bukan pekerja migran di negeri orang. Oh ya sebelum kita beranjak lebih jauh mari kita bersama menanyakan apa memang trend #kabursajadulu ini hanya untuk orang-orang dengan pekerjaan atau kelas pendidikan tinggi saja. Warga Negara indonesia juga banyak yang pekerjaa dalam dunia pekerja kasar di luar negeri apa mereka juga masuk dalam trend ini atau hanya masuk dalam trend #terpaksakabur, ya mari di pikirkan saja dulu untuk mengunakan trend. Tapi sebelumnya menurut saya istilah dari trend tersebut tidak hanya terbatas pada jangkauan negara ini juga bisa digunakan pada regional yang lebih kecil misalnya pulau, propinsi atau bahkan kota atau kabupaten. Kebetulan sekarang diindonesia sedang ada pergantian kepala daerah jadi mungkin trend ini juga bisa jadi muncul karena ada beberapa yang merasa daerahnya tempat ia lahir kurang representatif sehingga harus pindah kalau tidak mau dibilang kabur. Saya mungkin tidak akan mencontohkan orang lain karena saya sendiri mengalaminya. Saya melakukan tidakan kabur dari kabupaten tempat saya lahir menuju kota tempat saya tinggal sekarang. Memang pada awalnya karena menempuh pendidikan yang tampatnya tidak ada di desa kelahiran. Tapi lambat laun saya merasakan ada perbedaan selain juga kareana tidak meratanya pembangunan juga karena keadaan lingkungan yang berbeda. Seperti contoh sederhananya adalah perguruan tinggi, di kabupaten yang sebagian penduduknya penghasilan utamanya dari sawah dan mulai ada industri pabrik apa memang tidak perlu di bangun perguruan tinggi yang bagus.
Memang kondisi itu terjadi ketika saya harus menempuh perguruan tinggi, karena sekarang sudah mulai banyak perguruan tinggi di kabupaten jombang yang kualitas nya baik dan banyak pilihan jurusan peminatan. Tapi kenapa tidak dari dulu terjadi perkembangan yang sama apa mungkin karena pemerataan pembangunan atau karena kondisi sumber daya manusia sebagai pembentuk lingkungan tersebut. Kalau memang begitu berarti kondisi lingkunganlah yang membentuk dan bukan sepenuhnya kebijakan pejabat publik yang menentukan perkembangan peradaban atau kemajuan suatu daerah Kalau bicara trend yang berkembang memang erat kaitan dengan kebijakan pejabat publik tingkat nasional. Namun di masyarakat sudah terjadi perpindahan yang timpang karena #kaburajadulu dilakukan masyarakat di daerah yang kurang berkembang secara sosial ekonomi menuju ke daerah ramai dengan peluang untuk mendapat penghidupan lebih tinggi. Titik beratnya bukan kepada perbedaan pembangunan antar berbagai daerah tapi bagaimana kita menanggapi trend ini yang sebenar bukan hanya berlaku kepada lingkup nasional tapi juga bisa kepada daerah didalam negeri. semisal contohnya adalah ketika seorang yang lahir di daerah kabupaten atau wilayah sangat identik bukan diprioritaskan pembangunan oleh pemerintah provinsi dalam hal pembangunan, maka secara tidak langsung pemuda diusia produktif akan memilih untuk bisa dibilang dalam arti kabur ke kota yang lebih berkembang atau kota metropolitan.
Perbedaan antara kabur keluar negeri dan kabur ke daerah yang lebih berkembang secara sosial ekonomi ini memang sedikit sama karena kecenderungannya adalah orang yang melakukan tindakan ini sama-sama menunjukan rasa putus asa terhadap sistem yang sedang berkembang di daerah asal masing-masing. Ruang lingkupnya yang berbeda menjadikanya penyikapan dirana pengamat yang berbeda. semestinya kalau kabur ke daerah terjadi pembiaran atau sikap acuh dari pemerintah kenapa kepada orang yang berdiaspora ke luar negeri juga tidak disikapi dengan sama. kenapa ada statement pejabat publik terhadap diaspora itu sebagai warga negara yang tidak nasionalis. kalau kabur keluar daerah dikatakan merantau ataupun berjuang dalam membangun bangsa sementara daerah tempat lahirnya tetap tertinggal. apa karena kebanyakan pejabat publik yang mengeluarkan statement juga merantau dari daerahnya jadi merasa tidak perlu mengeluarkan statement kurang mencintai daerah atau "nasionalisme" yang selalu mereka ucapkan untuk menyerang para diaspora yang kabur keluar negeri.
Definisi kabur aja dulu yang menjadi trend belakang ini memang hampir serupa selayaknya orang yang kabur dari daerah dalam hal ini kabupaten menuju ke kota besar. kalau kita melihatnya dari sudut pandang tidak meratanya pembangunan daerah yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan apalagi untuk kepala daerah yang baru saja terpilih. jika dipilah kembali dari kebanyakan alasan kabur luar negeri adalah bentuk protes dan membandingkan kemajuan dan penerimaan lingkungan yang baru, maka kabur dari daerah yang kurang berkembang sama saja dengan trend itu. menjadi hal yang normal untuk disampaikan ke publik protes masyarakat daerah yang kabur ke kota agar terjadi pembangunan yang baik di daerah yang tertinggal dari perkembangan yang terjadi di kota metropolitan.
Pelajaran dari trend kabur aja dulu kalau pemerintah di tingkat nasional saja sampai reaktif terhadap trend kabur keluar negeri kenapa pemerintah daerah tidak ada yang terketuk untuk memanggil kembali warganya yang "kabur" ke kota metropolitan. Apakah pemerintah daerah hanya sekedar ada dan tidak memperdulikan kritik membangun terhadap kebijakan yang dilakukan didaerah. Apa kita harus tetap diam terhadap pemerintah daerah dan hanya ramai soal pemerintah pusat saja. Haruskah kita bergerak tidak hanya terhadap isu besar tapi juga terhadap isu sektoral yang lebih berpengaruh kepada kita. Mari bertindak dan keluar dari zona nyaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI