Mohon tunggu...
farsya nabila
farsya nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Saya merupakan Mahasiswa tingkat pertama di Universitas Airlangga jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kurang Beriman atau Butuh Psikolog?

25 Juni 2022   13:58 Diperbarui: 25 Juni 2022   14:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menurut katadata.co.id Generasi Z adalah generasi peralihan dari generasi Y saat teknologi mulai berkembang. Generasi ini disebut juga sebagai Gen Z atau i-generation. Mereka yang masuk dalam generasi ini termasuk generasi up to date terhadap isu yang tersebar di media masa atau internet. Generasi Z juga merupakan harapan para masyarakat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur. Banyak masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa generasi Z merupakan generasi yang dapat menguasai teknologi dan di masa depan mereka lah yang akan menaklukannya.

Tapi di era yang sangat modern ini, tingkah laku generasi Z membuat masyarakat Indonesia khususnya para millenials geleng-geleng kepala. Apasih kelakuan mereka yang bikin para millenials geleng-geleng kepala?. Dari gaya pacaran yang gak wajar sampai minum-minum di club malam sudah di lakukan oleh beberapa para gen Z. bahkan beberapa generasi Z pun tanpa segan membantah nasihat orang tuanya, itu sebabnya banyak millenials yang beranggapan "generasi Z kurang beriman sih,makannya kelakuannya seperti itu,kalo gitu sih gaakan bisa ngelanjutin apa yang generasi kita lakuin" tapi.. apa benar,alasan dari mereka melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya umur mereka faktornya adalah kurang beriman? Kenapa disebut kurang beriman?. Mereka disebut kurang beriman karena perbuatan mereka yang disebut penyimpang dari agama.

Terkadang para Generasi Z melakukan hal itu karena mereka ingin mengalihkan perhatian dan perasaan mereka yang merasa sedih atau sedang kacau karena satu dan lain hal, dari masalah dengan teman,sekolah,dan bisa juga dari rumah mereka yang seharusnya menjadi tempat ter aman mereka. Dari sisi psikologi,bisa saja mereka mengalami penyakit mental yang mereka tidak ketahui, tapi sayangnya banyak dari mereka yang tidak mau check-up ke psikolog atau ke psikiater karena mereka memikirkan stereotip orang-orang tentang psikilog atau psikiater yaitu, jika mereka ke psikolog berarti mereka gila. Hal itu membuat mereka takut untuk ke psikolog, padahal dengan pergi ke psikolog mereka dapat mengetahui apa yang terjadi dengan mental mereka. Kehidupan dirumah yang tidak harmonis juga menjadi salah satu pemicu, mereka melihat orang tua mereka selalu bertengkar dan menimbulkan perasaan saling membenci.

Tidak banyak dari masyarakat juga bilang jika mereka mengidap mental illness artinya mereka kurang beriman. Kenyataannya banyak dari mereka yang sudah mendekatkan diri kepada tuhannya tetapi masih sering merasa cemas akan suatu hal dan merasa hidup mereka sudah tidak penting. Hal ini juga terkadang memicu perasaan cemas bagi para generasi Z yang mengidap mental illness. Mereka takut untuk pergi ke public place karena mereka terlalu cemas dengan cemoohan orang lain tentang penyakit mental yang mereka idap.

Menormalisasi check-up ke psikiater atau psikolog harus segera dilakukan. Karena kita tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan para pengidap mental illness kedepannya,mereka bisa saja melakukan hal yang tidak di sangka-sangka. Dengan konsultasi ke psikiater atau psikolog kita akan mendapatkan diagnose yang benar dan penanganan yang tepat. Memang benar adanya kurang beriman juga menjadi salah satu faktor munculnya sifat yang sedikit menyimpang, tapi tidak ada salahnya jika kita melakukan konsultasi dan dapat penanganan dari para psikiater.  Mari kita putuskan semua stereotip tentang psikolog atau psikiater.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun