Mohon tunggu...
Farsya Akhnabil Alifah
Farsya Akhnabil Alifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa IAIN Samarinda

Manusia yang perlu banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bhinneka Tunggal Ika Melawan Corona (Menghentikan Pertikaian dan Bersama Menghadapi Cobaan)

27 Maret 2020   10:10 Diperbarui: 27 Maret 2020   12:12 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia, merupakan salah satu negara di dunia yang menggunakan sistem demokrasi di pemerintahannya. Selain itu, Indonesia merupakan negeri yang cukup unik, karena di Indonesia terdapat berbagai macam ras, suku, bahasa, dan agamanya. Oleh sebab itu, negara Indonesia merupakan negara pluralisme. Di Indonesia memiliki enam macam agama yang telah diakui oleh pemerintah berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1 yang berbunyi, "Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)".

"Bhinneka Tunggal Ika", merupakan semboyan bangsa yang artinya adalah "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini diletakkan pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, untuk memberi semangat bersatu dalam keragaman dan bernegara serta dapat hidup berdampingan dalam perbedaan dengan damai. Walau demikian, tidak dapat kita hindari konflik-konflik antar umat beragama yang masih bisa terjadi di Indonesia pasca kemerdekaan. Hal ini dapat terjadi lantaran adanya perbedaan pendapat dan latarbelakang yang dimiliki oleh setiap orang. Salah satunya adalah konflik antar umat beragama yang terjadi di Ambon pada tahun 1999 hingga tahun 2002.

Konflik ini terjadi antara umat Islam melawan umat Kristen di Terminal Batu Merah Ambon dan menyebar ke berbagai wilayah di Maluku Tenggara dan Maluku Utara. Dilansir dari sejarahlengkap.com mengatakan bahwa peristiwa berdarah tersebut terjadi dikarenakan oleh delapan sebab yaitu, konflik antar pemuda, peperangan antar desa, peristiwa pemilihan umum, kerusuhan, gerakan jihad, kebangkitan Republik Maluku Selata (RMS), kepentingan pihak lain, dan faktor ekonomi, sosial dan politik. Peristiwa ini menyebabkan korban jiwa lebih dari 5.000 nyawa dan lebih dari setengah juta orang mengungsi akibat konflik tersebut menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu sejarah kelam antar umat beragama di Indonesia pasca kemerdekaan.

Dari video dokumentasi yang diunggah oleh pihak BBC News Indonesia di media besar YouTube.com dengan judul "Mantan tentara anak Muslim dan Kristen Ambon yang jadi duta damai". Menampilkan kedua pemuda dari sisi yang berbeda, mengisahkan masa lalu mereka sebagai warga yang ikut berkonflik pada perang Ambon. Salah satu dari mereka adalah mantan pimpinan dari "Pasukan Jihad" yang bernama Iskandar Slameth dan satunya lagi adalah mantan komandan dari tentara anak, "Pasukan Agas" yang bernama Ronald Regang.

Alasan Ronald untuk mengikuti perang berdarah tersebut ialah karena dia menganggap bahwa perang itu adalah perang suci, mereka membela agama dan tempat tinggalnya. Sementara Iskandar menyatakan alasan ikut dalam perang tersebut ialah karna dia dendam, sebab saudara sepupunya ditembak mati dihadapannya secara langsung. Hal ini membuat mereka trauma walaupun telah ditandatangani perjanjian perdamaian yang dilaksanakan pada tahun 2002.

Pada tahun 2006 kedua pemuda tersebut bertemu dalam acara lintas damai Young Ambassador for Peace. Awalnya mereka masih ragu dan curiga mendatangi acara tersebut. Mereka saling tatap mata dan tidak berani untuk menegur satu sama lain. Bahkan ketika mereka tau identitas satu sama lain, mereka hampir saja melakukan pertikaian yang dapat merenggut nyawa. Untungnya, panitia acara dapat dengan sigap menghentikan kedua pemuda tersebut sehingga, mereka terhindar dari aksi pembunuhan.

Setelahnya, mereka saling bertukar perasaan antar satu dengan lainnya. Mereka menulis di kertas lembar rasa sedih mereka, amarah mereka, dan emosi mereka. Lalu, mereka bakar semua kertas itu dan menceritakan isu-isu yang beredar antara kedua belah pihak. Dan ternyata, mereka menyadari bahwa konflik ini hanya sebatas kurang komunikasi belaka.

Menyadari hal itu membuat Ronald bangkit berdiri dan mengatakan, "kita paling sayang kamu semua, kami semua bersaudara. Kalau kamu ada masalah, saya akan ada di depan" membuat para peserta yang hadir di acara tersebut menangis termasuk Iskandar.

Lalu, Ronald mengadakan kegiatan bersama dan mengajarkan hal-hal baru, salah satunya menari. Ronald menganggap dengan berkarya, maka kita dapat membangun Ambon kembali.

Di Ambon perdamaian masih cukup rentan dan masyarakat masih tinggal dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Namun, para pemuda berkumpul dan mengikuti berbagai kegiatan bersama dengan golongan yang berbeda. Sementara Iskandar adalah seorang traveler dan sering mengajak Ronald untuk ikut berkeliling dengannya.

Mereka berdua berharap bahwa masa kelam cukup mereka saja yang merasakan dan generasi muda selanjutnya dapat memetik hikmah dari kisah mereka berdua. Karena mereka tahu bahwa kejadian yang mereka rasakan itu sangatlah pahit dan tidak ingin generasi setelahnya merasakan hal yang serupa dengan mereka. Lalu, kita sebagai generasi muda apakah dapat berdamai dan mengatasi masalah bersama layaknya kedua pemuda di atas?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun