Pragmatisme mahasiswa merupakan fenomena yang sudah lumrah terjadi. biasanya orang akan lebih menganalogikan hal tersebut dengan aktif atau tidaknya mahasiswa dalam organisasi selama ia menjalani perkuliahan. Â Akan tetapi hal tersebut bukanlah esensi dari pragmatisme dan hal tersebut bukan hanya berdasarkan peduli, aktif, dan sibuk.Â
Pragmatis berasal dari aliran filsafat yang mengajarkan bahwa nilai kebenaran adalah segala sesuatu yang membuktikan bahwa dirinya benar berdasarkan akibat dan hasil yang bermanfaat secara praktis.Â
banyak dari kita yang menilai mahasiswa berdasarkan idealis dan pragmatis berdasarkan aktif atau tidaknya ia di organisasi termasuk bahwa mahasiswa idealis memiliki pemahaman luas dan pragmatis cenderung sempit dan bersifat acuh terhadap organisasi dan mementingkan perkuliahannya saja.
Akan tetapi kita tidak pernah melihat apakah tindakan bersikap praktis dalam mengerjakan tugas berkaitan dengan tuntutan akademik merupakan sebuah sikap pragmatis. Sebagai contohnya, seorang mahasiswa mengerjakan tugas hanya sebagai formalitas untuk menunaikan tugasnya dihadapan dosen tanpa peduli apakah hasil dari tugas tersebut layak disebut sebagai hasil karya mahasiswa.Â
Hal tersebut akan lebih miris apabila melihat fakta di lapangan bahwa masih ditemukan mahasiswa yang lebih memilih untuk melakukan prokrastinasi dan menunda mengerjakan tugas lebih memilih untuk mendahulukan urusan yang tidak ada kaitannya dengan studi dan ketika sudah datang masa akhir pengumpulan dikerjakan seadanya. Terlebih lagi perilaku terima bersih ketika mendapatkan tugas kelompok yang akhirnya hanya orang tertentu dalam kelompok yang mengerjakan.
Tentu hal tersebut merupakan sikap yang pragmatis karena didasarkan pada kepraktisan. Orang tersebut lebih mengutamakan praktis dan mudah lebih baik daripada harus bersusah payah dalam mengerjakan sesuatu tidak peduli apakah hasilnya sesuai atau tidak. Hal ini semakin parah dengan bertambahnya semester.Â
Mahasiswa tingkat akhir akan jarang masuk kelas dan tentu pengawasan dari pihak kampus akan berkurang yang tentu membuat mahasiswa seakan dilepas. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa semester akhir yang kesulitan dalam mengerjakan tugas akhir karena memang pada awalnya mereka tidak peduli dan bersikap pragmatis terhadap tugas mereka dan akhirnya membuat mereka lebih memilih mengabaikan karena merasa frustasi akan pekerjaan yang dianggap sulit.
 Mahasiswa seakan seperti macan yang kehilangan induk dan tidak bisa berburu di alam liar ditambah lagi problematika dosen pembimbing yang sulit ditemui dan masalah lainnya. Hal tersebut akan membuat mereka terancam terutama dalam menyelesaikan masa studinya.
Dalam kasus ini sudah tentu diri sendirilah yang dapat menentukan. Sesungguhnya dalam setiap masalah itu ada jalan keluar dan dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Tinggal bagaimana keinginan orang tersebut untuk mau berubah karena dalam setiap persoalan itu ada jawaban. Tulisan ini sebagai pengingat dan pesan untuk kita semua termasuk diri penulis sendiri.