Mohon tunggu...
Farizky FajriansyahIrawan
Farizky FajriansyahIrawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Univeritas Airlangga

Saya adalah Mahasiswa prodi S1 Manajemen Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Mengatasi Rasa Malas akibat Ketergantungan Gawai bagi Anak

16 Juni 2022   21:05 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:11 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gawai merupakan salah satu hasil dari adanya perkembangan teknologi di dunia ini, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Dengan adanya gawai, kita semakin dimudahkan dalam melakukan berbagai kegiatan dan juga mendapatkan berbagai hal seperti informasi, hiburan, edukasi, dan lain sebagainya sehingga keberadaan gawai ini tidak bisa dihindari dan bahkan saat ini cenderung melekat dalam kehidupan semua orang, tidak terkecuali anak-anak.

Montessori (dalam Hainstock, 1999 hal. 12) menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai 6 (enam) tahun anak mengalami masa keemasan (the golden years), masa di mana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memaksimalkan pendidikan atau pengajaran yang baik tentang berbagai hal kepada anak pada masa ini untuk memaksimalkan kemampuan dan potensi sang anak, seperti kemampuan bahasa, kognitif, gerak-motorik, moral dan sosial emosionalnya.

Sebaliknya, jika orang tua hanya membiarkan anak-anak pada masa ini bermain gawai untuk diberikan hiburan supaya tidak rewel, secara tidak langsung  anak tersebut akan cenderung hanya menyukai bermain gawai dan akan kecanduan bermain gawai. Jika hal ini terjadi, maka berbagai dampak negatif akan dirasakan oleh anak tersebut di kemudian hari.

Dilansir dari Koran SINDO, (2020) efek negatif yang terjadi di antaranya adalah paparan layar gawai yang dapat merusak otak anak sehingga berakibat buruk pada pertumbuhan otak anak. Selain itu, dampak lain yang cukup berbahaya adalah terjadinya speech delay atau keterlambatan dalam berbicara pada anak.

Selain itu, anak juga akan mengalami masalah dalam pertumbuhan fisiknya, seperti kurang gizi dan badan kurus atau justru obesitas, lalu sakit kepala, gangguan susah tidur atau insomnia, hingga ke masalah kerusakan penglihatan anak. Selanjutnya, masalah tumbuh kembang anak seperti kecemasan, merasa kesepian, mengisolasi diri, dan mood swing atau perubahan mood secara drastis juga akan dirasakan anak akibat kecanduan gawai ini.

Dari masalah-masalah tersebut juga akan menimbulkan masalah lain, seperti ketika anak sudah kecanduan bermain gawai, anak akan cenderung malas melakukan aktivitas-aktivitas produktif seperti belajar dan mengerjakan tugas sekolah dengan benar, dan cenderung menyukai kegiatan seperti bermain game online, hanya menonton konten-konten yang kurang bermanfaat/edukatif dan hanya bersifat hiburan, lalu nyaman dengan hal-hal tersebut, sehingga malas untuk belajar.

Anak akan cenderung memanfaatkan kemudahan teknologi untuk menyelesaikan tugas dengan cara instan, yakni hanya menulis soal pada Google dan Google lah yang akan mencarikan jawaban dari soal tersebut dan anak hanya menyalin dari jawaban tersebut. Padahal esensi tugas sekolah adalah untuk sarana anak melatih pemahaman dan kemampuan berpikirnya. Namun, saat ini kebanyakan anak tidak menyadari hal tersebut karena adanya kemudahan teknologi dalam mencari informasi dan pada dasarnya sudah malas melakukan kegiatan produktif akibat kecanduan gawai tersebut.

Oleh karena banyaknya efek negatif yang terjadi akibat kecanduan gawai bagi anak-anak, maka penulis akan menjelaskan tentang cara "Mengatasi Rasa Malas Akibat Ketergantungan Gawai Bagi Anak-Anak".

Menurut pandangan kami, penyebab adanya kecenderungan sikap malas dalam melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pelajar, seperti belajar, adalah karena adanya kemudahan dan kecepatan/instan dari teknologi itu sendiri. Contohnya adalah ketika siswa tersebut ingin mencari jawaban dari tugas sekolah, hanya beberapa detik setelah menuliskan soal di mesin telusur, maka jawaban akan tersedia dengan cepat sehingga siswa menjadi malas membaca buku lebih dalam untuk mencari jawaban dari soal tersebut. Padahal nilai yang penting dari sebuah penyelesaian tugas adalah bukan hanya dari cepat terselesaikan, melainkan usaha mencari jawaban dari buku keseluruhan, proses berfikir untuk mengolah informasi yang ada hingga menjadi sebuah jawaban adalah nilai yang paling penting untuk seorang siswa dalam hal penyelesaian tugas.

Ketika hal tersebut dilakukan berulang kali, bahkan menjadi kebiasaan siswa, tentu akan berbahaya karena akan menyebabkan kecanduan teknologi dimana siswa tidak akan bisa berfikir atau tidak bisa menjawab suatu permasalahan tanpa adanya teknologi.

Ciri seseorang yang mengalami kecanduan teknologi yaitu cenderung menggunakan teknologi khususnya gawai  yang berlebihan (berjam-jam dalam sehari atau bahkan bisa sepanjang hari), tidak tertarik pada aktivitas fisik karena lebih menikmati waktu dengan internet, relatif mengisolasi diri dari teman sebaya, menghindari tanggung jawab, seperti tugas sekolah, pekerjaan rumah demi menghabiskan waktu di internet sehingga menyebabkan nilai akademik turun. (Riskita, 2021)

Oleh karena itu, hal yang paling penting untuk mengatasi rasa malas yang muncul pada pelajar adalah dengan mengurangi waktu kebersamaan mereka dengan teknologi, khususnya gawai yang diganti dengan aktivitas-aktivitas atau kesibukan yang tidak kalah seru disbanding aktivitas berselancar di internet atau yang akan kami sebut sebagai "rekreasi".

Rekreasi yang kami maksud di sini adalah dengan mengatur quality-time, kapan saat untuk berselancar di internet, berkumpul dengan anggota keluarga dan teman-teman sebaya, melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga, mencari hobi, membaca buku, dan lain-lain.

Rekreasi pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah quality-time bersama keluarga. Peran keluarga, terutama orang tua sangat penting dalam hal ini. Orang tua bisa membuat perjanjian dengan anak berapa jam waktu untuk bermain gawai, belajar, berkumpul keluarga, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menjalankan hobinya di luar.

Orang tua harus bisa membangun hubungan yang baik dengan anak, yaitu dengan cara menjadi sahabatnya dengan memberikan pengarahan, pengajaran tentang kehidupan, seperti berbagi pengalaman, bagaimana cara belajar, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan cara yang komunikatif dan menyenangkan, serta memberikan contoh yang baik kepada anak agar mudah ditiru oleh sang anak.

Selain itu, melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, menata dan membersihkan rumah secara bersama-sama juga salah satu cara rekreasi karena bisa melatih anak untuk menjaga kebersihan, membuat makanan sendiri, dan tidak bergantung pada ART sehingga rasa malas akan hilang.

Setelah itu, orang tua harus senantiasa mendukung minat dan bakat anak di dalam dan luar sekolah serta terus memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh anak. Orang tua harus mengetahui anak pergi ke mana, apa yang dilakukan, dan dengan siapa ia beraktivitas. Dari hal ini diharapkan anak bisa aktif dan berproses dengan baik untuk kemajuan dirinya serta menghilangkan rasa malas yang muncul akibat kecanduan teknologi.

Berikut langkah strategis bagi orang tua dalam mengatasi masalah ini

  • Tahap pengamatan yang meliputi sesuatu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar siswa dapat dilihat dari pola kehidupan sehari hari dan pengamatnya bisa juga dari seorang guru ataupun orang tua.
    • Tahap pelaksanaan atau controlling yang perlu dilaksanakan oleh orang tua dalam kegiatan sehari-hari seorang anak dan juga haruslah terdapat kesadaran dan motivasi dari eksternal anak tersebut.
    • Tahap evaluasi, yakni melihat kembali apa yang telah dilakukan dan memantau perkembangan anak dalam hal kemalasan untuk berproses dalam belajar, apakah sudah mampu memanfaat teknologi dengan baik atau hanya mengandalkan internet untuk menyalin jawaban dari sebuah penugasan oleh guru. Hal ini perlu diberikan dengan cara-cara yang akan membuat anak atau siswa tersebut lebih ingin berproses, seperti dukungan orang tua, dukungan dari lingkungan sekitarnya, serta dibutuhkan refreshing otak jika anak telah jenuh.

Dari teknik serta solusi yang diberikan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

  • Peningkatan jumlah literatur yang dibaca oleh siswa per tahun,
    • Penurunan jumlah waktu yang digunakan untuk mengakses selain literatur,
    • Peningkatan jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat per hari (olahraga, rekreasi, melakukan pekerjaan rumah).

Jika cara di atas dilaksanakan dengan baik, kami memprediksi 75-80% akan mengurangi rasa malas pada diri pelajar. Semakin baik peran orang tua dan tenaga pengajar dalam memotivasi dan membantu pelajar maka peluang berhasil akan semakin tinggi pula.












Referensi:

Hainstock, E. G. (1999). Metode Pengajaran Montessori untuK Anak Prasekolah. Jakarta: Pustaka Delapratasa.

Koran SINDO. (2020). Waspada Dampak Buruk Gadget pada Anak. https://nasional.sindonews.com/read/121828/18/waspada-dampak-buruk-gadget-pada-anak-1596467282?showpage=all.

Riskita, A. (2021). Cara Mengatasi Kecanduan Gadget pada Remaja, Orang tua Wajb Tahu! orami.co.id.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun