Mohon tunggu...
Fariz
Fariz Mohon Tunggu... Insinyur - Mahasiswa

Tidak ingin letih? Mati

Selanjutnya

Tutup

Bola

Boikot Lalu Apa?

9 November 2019   07:53 Diperbarui: 9 November 2019   07:55 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kabar gembira bagi masyarakat Indonesia. 4 gol dihantam Indonesia ke gawang Hong Kong membawa Indonesia meraih kemenangan, kejayaan yang telah lama dinantikan pecinta bola tanah air. Mereka adalah timnas U-19.

Berbeda dengan senior mereka, mereka belum terjamah oleh media. Mereka masih menganggap sepakbola sebagai passion mereka. Garuda muda belum terpengaruh glamornya kehidupan media. Memang, pekerjaan sebagai artis, baik artis di televisi maupun selebgram menawarkan mereka feedback yang lebih tinggi secara instan. Sekali terjun mereka akan ketagihan terus-terusan, kemudian tidak fokus pada bidang yang seharusnya mereka geluti dan ya..seperti biasa. Kemudian, kita akan mendengar kekalahan memalukan dari negara kecil macam Timor Lesten sudah dilatih pelatih kelas dunia macam Luis Milla sekalipun. Beginilah alasannya Presiden sangat amat menggaungkan revolusi mental. Mental pemain harus direvolusi. Tapi oleh siapa ya? PSSI?

PSSI, baru beberapa tahun disuspend FIFA, masih saja berulah. Intrik pemilihan ketum kembali terjadi untuk ke sekian kalinya. Entah apa yang menyebabkannya terjadi. Dengan suara absolut, terpilihlah seorang jenderal kepolisian untuk menungganginya. Lautan protes pun tiba. Suporter bola menuntut adanya perubahan, namun sepertinya tak ada yang menghiraukannya. Janji manis ketua membawa Timnas kembali ke kejayaannya sepertinya tidak akan terealisasi menurut pecinta bola. Pemilihan saja seperti itu apalagi pertandingan. 

Kekhawatiran match fixing lah yang paling membuat masyarakat cemas. Kalau hanya antarklub di liga mah sudah biasa, ini antarnegara! Entah benar atau tidak, namun isu Final AFF 2010 sungguh menyakitkan hati masyarakat. Semoga secepatnya Indonesia bebas dari isu ini.

Mungkin masyarakat sangat kecewa hingga muncul seruan boikot. Namun, sikap ini terlalu berlebihan. Kita harus sadari mereka, Timnas U-19, bukan seperti yang anda bayangkan. Mereka masih polos dan tulus membela negara. Kemungkinan, mereka belum tergiur uang instan. Akar masalahnya sebenarnya pada organisasi sehingga kita tidak boleh menyangkutpautkannya dengan Timnas U-19. Mendukung adalah kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Seruan memboikot sangatlah tidak baik karena akan membuat mental pemain down. Mereka telah berjuang susah payah untuk mencapai fase ini. Berbagai perjuangan telah dilakukan dan berbagai hal telah dikorbankan. Kali ini, saya mengajak orang-orang untuk tetap mendukung Timnas U-19 tanpa memedulikan PSSI. Biarlah pihak yang berwenang menyelidiki kasus ini dan kita berdoa untuk kebaikan sepakbola Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun