Mohon tunggu...
Farid Fadian
Farid Fadian Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Yogyakarta

Mahasiswa tingkat akhir yang sedang bingung mencoba belajar menjadi buruh tulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Membayangkan Hidup Istimewa di Jogja sebagai Mahasiswa atau Pekerja Hanyalah Utopis Semata

2 November 2022   12:15 Diperbarui: 2 November 2022   12:27 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Terbawa lagi langkahku ke sana Mantra apa entah yang istimewa Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja 

Penggalan lirik dari musisi adihitia sofyan, yang jika kita cerna begitu dalam sudut pandang sebagai turis hidup jogja yang digambarkan sebagai kemewahan dan keistimewaan, namun jika kita lihat dalam sudut pandang sebagai perantau yang mengadukan nasifnya di daerah yang katanya '' memiliki mantra yang istimewa'' mungkin akan berpikir bahwa jogja adalah daerah yang bener bener istimewa.

Hampir 4 tahun hidup di jogja sebagai mahasiswa kesengsaraan mulai terasa di kota yang katanya istimewa tersebut, mungkin jogja terkenal atas biaya hidup yang murah, para calon mahasiswa akan berbondong bondong berangkat ke jogja untuk merantau mungkin melihat segelintir orang yang merekomendasikan untuk berkuliah di jogja yang mana biaya hidup yang terjangkau.

Melihat bagaimana opini yang menggiring merantau di jogja sebagai keharusan, maka saya akan menceritakan kesengsaraan kesengsaraan yang dirasakan pasca pandemi jogja bagi saya sudah tidak memiliki keistimewaan, faktor yang membuat hidup di jogja sudah tidah se istimewa yang para pendongeng, biaya kuliah di jogja yang katanya ramah pertahun bisa kita rasakan entah itu kampus negeri atau swasta naik, begitupun dengan biaya kost atau sewa rumah.

Pertama kali melihat begitu susahnya hidup di jogja akhir akhir ini bukan tanpa sebab, jika kita melihat kondisi krisi yang dirasakan dinegara kita mungkin akan terasa jika kalian berada di jogja bayangkan UMR di kota istimewa ini hanya 1,8 juta jika kita lihat dengan berkembangan jogja saya rasa ini hanya lulucon berlakang melihat kota yang menghasilkan orang orang hebat di negeri ini UMR jogja sangat tidak adil dan praktek upah buruh murah yang dilakukan oleh perusahan perusahan di jogja.

Opertunis perantau yang memandang ke istimewaan jogja hanya hayalan semata, jogja membuka pikiran kita bahwa kehidupan yang bayang banyangi kenikmatan, keistemewaan dan kemurahan yang disajika di jogjakarta hanya utopis, para pendongeng yang membuat kita memilih jogja sebagai destinasi untuk  merantau faktanya kehidupan sebagai pekerja di jogja bukan hal didambakan bahkan banyak para sarjana lulusan universitas di jogjakarta malah memilih kerja di jakarta.

Bahkan tahun demi tahun banyak perusahan perusahan multi nasioanal atau internasional membuka kantor atau pabriknya di jogja, hal demikian bukan tanpa sebab mencari pasar buruh dengan upah murah dan berkualitas, masalah ini harus menjadi fokus bagai pemerintah daerah atau pusat menaikan UMR dan memberikan jaminan kesejahteraan bagi seluruh pekerja dengan upah yang layak jika semua tuntutan ini dipenuhi hidup di jogja sebagai pekerja adalah sebuah keistimewaan.

Terlebih jika masih terjebak dengan keistimewaan hidup di jogja mungkin tulisan ini akan sedikit memberi gambaran bagaimana nyatanya kehidupan di jogja dan gambaran bagaimana mahalnya biaya pendidikan dan murahnya upah pekerjaan disini, saya seoarang mahasiswa yang terjebak dalam ke utopisan kehidupan jogja, makna keistimewaan yang jika kita lihat hampir disetiap jalan malioboro slogan jogja istimewa itu nambak, realitas kehidupan yang dirasakan dan bagaimana penderitaan para pekerja yang upahnya sangat minim, mungkin kalian yang ingin menetap untuk berkuliah atau mencari kerja di jogja harus berpikir 2x.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun