Yogyakarta, 10 Juni 2025 --- Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung hilirisasi hasil riset melalui penyelenggaraan Forum Penandatanganan MoU & Business Matching yang melibatkan PT Martina Berto Tbk dan PT Global Edukasi Talenta Inkubator / GeTI (ExportHub.id Ecosystem). Acara yang digelar di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan industri, khususnya di bidang herbal dan kosmetika.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan, "UGM terus mendorong kolaborasi yang mampu menciptakan dampak nyata di masyarakat. Kolaborasi dengan mitra industri menjadi kunci agar inovasi tidak berhenti di laboratorium, melainkan sampai ke tangan konsumen." Ia menegaskan pentingnya penguatan jejaring antara kampus dan pelaku industri untuk mempercepat komersialisasi hasil riset.
Forum ini dirancang sebagai platform pertemuan antara dunia akademik dan industri untuk membahas potensi hilirisasi produk-produk inovatif dari UGM, terutama di sektor yang tengah tumbuh pesat seperti herbal dan kosmetika. Kehadiran perusahaan besar seperti PT Martina Berto dan PT GeTI (ExportHub.id Ecosystem) memperkuat posisi forum ini sebagai titik awal dari berbagai inisiatif lanjutan yang berbasis inovasi.
Penandatanganan nota kesepahaman antara UGM dan kedua mitra industri menjadi titik krusial dari forum ini. Penandatanganan tersebut menandai dimulainya kerja sama strategis dalam riset, pengembangan produk, hingga potensi produksi massal dan distribusi. Momen ini juga menjadi simbol penguatan peran kampus sebagai pusat inovasi yang terhubung erat dengan ekosistem bisnis.
Dua tokoh utama yang menjadi pembicara dalam forum ini turut memberikan sudut pandang mendalam mengenai pentingnya inovasi kampus untuk menjawab tantangan nyata dunia usaha. CEO Martha Tilaar Group, Dr. Kilala Tilaar, dalam forum ini menyampaikan keprihatinannya terkait lambatnya kemajuan sinergi riset dan industri yang telah lama dibahas:
"Tahun 2017 kita sudah membicarakan hal ini, dan kini masih membicarakan hal yang sama. Para akademisi resah bagaimana hasil riset bisa bermanfaat bagi stakeholder, sementara perusahaan mencari cara mempercepat inovasi bersama kampus. Tapi kali ini saya berjanji akan berbeda, dan dari sini saya akan mengajak bersama-sama membangun negara kita," ungkapnya.
Â
Dr. Kilala Tilaar juga menyoroti potensi kekayaan hayati Indonesia yang belum sepenuhnya dioptimalkan:
"Indonesia sesungguhnya negara yang sangat kaya, memiliki 33 ribu spesies tanaman, tetapi baru sekitar 27 ribu yang teridentifikasi. Ini menjadi tantangan bersama: bagaimana memanfaatkan anugerah Tuhan ini untuk banyak orang. Faktanya, 95 persen bahan baku industri farmasi dan 85 persen bahan baku industri kosmetik kita masih impor. Kita negara kaya tetapi tetap miskin. Ini tantangan yang harus kita dobrak bersama, baik oleh UGM maupun Martha Tilaar, agar kita bisa lebih mandiri."
Sementara itu, Amalia S. Prabowo, CEO PT GeTI (ExportHub.id Ecosystem), menyampaikan bahwa "Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari 66 juta pelaku UMKM di Indonesia, baru 15,7 persen yang menembus pasar ekspor. angka tersebut mencerminkan ruang akselerasi yang sangat besar. Ekosistem inovasi kampus harus menjawab problem nyata dunia usaha. Kuncinya bukan hanya pada produk, tetapi pada penguasaan market intelligence, trend forecasting, dan data-driven strategy. Dengan kolaborasi kuat antara regulator, akademisi, dan industri, potensi ekspor UMKM Indonesia bisa melesat jauh."
ExportHub.id Ecosystem dalam inisiasi ini mengimplementasikan sejumlah program strategis, antara lain: