Mohon tunggu...
Farent B. Sagala
Farent B. Sagala Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Asisten Rumah Tangga

Manusia yang belajar di jurusan PKn. Saya orangnya sok edgy, sok lucu, hanya soklin pemutih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perjuangan Itu Dijaga, Bukan Dirusak

10 Juni 2020   07:00 Diperbarui: 10 Juni 2020   09:12 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perlakuan rasisme di Amerika Serikat memicu timbulnya pergerakan. Tidak hanya di Amerika, namun hampir seluruh dunia bergerak dalam aksi Black Lives Matter. Per tanggal tulisan ini terbit, aksi masih terjadi dimana-mana dan di berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat, pemain bola, Wali Kota Washington, bahkan Perdana Menteri Kanada ikut andil dalam aksi ini. Hal tersebut menasbihkan urgensi dari aksi ini dalam mengecam perilaku rasialisme.

Namun kesucian aksi ini dikotori oleh adanya massa aksi yang melakukan penjarahan. Beberapa toko mewah di AS menjadi korban seperti Nike, Neiman Marcus, Louis Vuitton. Bahkan aksi penjarahan sudah menjalar ke Mexiko. Sangat disayangkan apabila aksi Black Lives Matter, yang kelak akan dikenang sebagai aksi solidaritas dunia untuk melawan rasialisme harus tecoreng oleh pelaku penjarahan.

Pelaku penjarahan ini sama seperti teman organisasi yang kalo ada kegiatan ngga pernah rapat tapi tiba-tiba datang saat kegiatan, sama-sama ngeselin! Kalo Tulus punya lagu 'Manusia Kuat', saya ingin menyebut mereka Manusia Ngehe. Manusia Ngehe adalah mereka yang mencemari perjuangan dengan tindakan-tindakan kotor.

Sejarah menunjukkan bahwa Manusia Ngehe sudah hidup sangat lama. Contohnya adalah saat usaha India untuk merdeka dengan pembangkangan sipil tanpa kekerasan. Usaha itu mengakitbatkan banyak sekali korban. Salah satunya adalah kejadian pembantaian Jallianwala Bagh, yang menewaskan 1.000 orang lebih dan 2.000 orang lebih terluka saat sedang melakukan protes terhadap kolonial Inggris secara damai. 

Pergerakan ini mencapai titik puncak saat 2500 orang melakukan pemberontakan di Pabrik Garam Dharsana dengan cara 'menyerahkan diri' untuk dipukuli oleh polisi tanpa perlawanan sedikit pun. Aksi ini direkam oleh wartawan Amerika, yang memunculkan keprihatinan dunia. Setelah menunggu lama, akhirnya India merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947.

Namun beberapa saat setelah merdeka, perang saudara tumpah ruah. Konon kabarnya perang ini dipicu karena selisih antar agama. Nah, mereka ini yang melakukan perang saudara adalah manusia-manusia ngehe. Pendahulunya berkorban nyawa demi kemerdekaan, namun saat kemerdekaan sudah didapatkan malah perang saudara. Film Gandhi (1982) menggambarkan manusia ngehe pertama di India pasca kemerdekaan adalah dia yang berusaha melempar batu di perbatasan India-Pakistan sehingga memicu meletusnya Perang Khasmir Pertama.

Tenang, itu hanya pemanasan untuk sampai kepada Manusia Ngehe di Indonesia.

Indonesia sudah diperjuangkan oleh pendahulu-pendahulu kita. Pergerakan melawan penjajah terjadi dimana-mana. Mulai dari Medan Area, Bandung Lautan Api, hingga Pertempuran Surabaya, dan masih banyak lagi. Perjuangan itu sudah dimenangkan. Setelah menang, para pendiri bangsa kita menitipkan supaya Indonesia hidup rukun dalam keanekaragaman. Semua digambarkan dengan jelas melalui Pancasila.

Namun lagi-lagi ada Manusia Ngehe yang mengotori perjuangan itu. Manusia-Manusia Ngehe yang merasa Indonesia hanya miliknya beserta golongannya. Seperti persekusi warga kepada para pekerja asal perantauan di Bogor pada 2019 dengan menyebutkan dirinya pribumi. Selain itu ada orang-orang yang melarang agama tertentu beribadah. Sampai pemerintah dengan oknum polisi yang melakukan kekerasan terhadap saudara-saudara di Papua.  

Pilihan ada ditangan kita. Apakah kita akan menjadi orang yang hidup untuk melanjutkan perjuangan pendahulu kita, atau menjadi manusia ngehe yang hendak mengotorinya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun