Mohon tunggu...
Farell Adzano Sasongko
Farell Adzano Sasongko Mohon Tunggu... Pelajar Labscib

Labscib

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Artificial Intelligence: Inovasi Pintar yang Membuat Hidup Lebih Mudah atau Ancaman Bagi Privasi Manusia?

7 Oktober 2025   22:00 Diperbarui: 7 Oktober 2025   21:55 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Bayangkan jika setiap hari, teknologi pintar seperti AI dapat membantu kita dari bangun pagi sampai tidur malam. Dari asisten suara di HP yang menjawab pertanyaanmu, sampai kamera pintar yang kenali wajahmu di bandara, ponsel, dan lain hal. Keren banget, bukan? Tapi, di balik semua kemudahan itu, ada pertanyaan besar: AI ini beneran inovasi cerdas yang bikin dunia lebih baik, atau justru jadi momok buat privasi kita? Di artikel ini, akan dijelaskan mengenai sisi etis dan tantangan AI. Mellihat manfaatnya yang bikin takjub, sekaligus risikonya yang bikin gelisah.

Sisi Keren: Gimana AI Bikin Hidup Kita Lebih Mantap

AI itu seperti sahabat super pintar yang tidak akan pernah capek. Di dunia kesehatan, misalnya, AI seperti IBM Watson bisa scan data pasien dan memberi hasil diagnosis lebih cepat daripada dokter biasa. Menurut WHO, hal ini dapat memotong kesalahan diagnosis hingga 30% di negara-negara seperti kita, yang berarti nyawa lebih banyak yang terselamatkan. Bayangkan, AI dapat membantu deteksi kanker lebih dini -- itu inovasi yang beneran heroik!

Tidak hanya di ranah kesehatan, di pendidikan juga AI jadi game changer. Aplikasi seperti Duolingo pake AI untuk menyesuaikan pelajaran di tingkatmu, jadi belajarnya tidak akan mudah bosan. Studi dari Carnegie Mellon mengatakan, persentase ilmu bisa naik hingga 50%. Di jalanan, mobil otonom Tesla menggunakan AI untuk menghindari tabrakan yang umunya diakibatkan oleh sopir yang rentan mengantuk. Di Indonesia sendiri, AI di Gojek membantu optimasi rute supir, bikin ekonomi digital makin hidup dan menciptakan lapangan kerja baru.

Intinya, AI ini etis banget kalau dipake buat kebaikan. Asal transparan dan adil, dia bisa jadi alat untuk menjadikan masyarakat lebih inklusif. Keren, 'kan? Seperti upgrade dari masa depan yang datang lebih cepat.

Sisi Gelap: AI yang Bikin Privasi Kita Terancam

Tapi, tunggu dulu, nggak semuanya indah. AI sering butuh data pribadi kita dalam jumlah gila-gilaan, dan itu yang bikin privasi jadi taruhan. Perusahaan raksasa kayak Google atau Facebook pake AI buat pantau kebiasaan kita: apa yang kamu like, beli, atau bahkan pikirkan. Seperti dalam kasus Cambridge Analytica tahun 2018? Data 87 juta orang Facebook dipake buat manipulasi pemilu. Itu bukti nyata bagaimana AI bisa jadi senjata buat merusak demokrasi.

Masalah lain: AI bisa menjadi bias akibat data latihannya yang tidak adil. Contohnya, sistem pengenalan wajah Amazon yang diskriminasi perempuan atau orang kulit hitam, seperti yang dibongkar riset MIT. Di China, AI Social Credit System pantau segala gerak-gerik warga lewat CCTV dan medsos, kalau "skor"-mu jelek, ini dapat berdampak pada akses layanan publik dipotong. Amnesty International mengatakan bahwa ini melanggar hak asasi manusia dasar. Di Indonesia, dengan e-KTP dan pengawasan digital, kita juga was-was, apalagi UU PDP 2022 masih baru banget dan implementasinya lagi berantakan.

Yang lebih tidak masuk akal, AI sering kayak "kotak hitam" -- susah dijelasin kenapa dia ambil keputusan. Misalnya, jika AI menolak pinjamanmu gara-gara data pribadi yang aneh, kamu tidak akan tahu alasannya. Ini bisa bikin diskriminasi makin parah, terutama untuk kelompok lemah.

Cara Menyeimbangkan: Biar AI Tetap Keren Tanpa Merusak

Jadi, bagaimana caranya agar AI tidak berlaku bak monster? Kita butuh aturan yang tegas tapi fleksibel. Uni Eropa udah duluan lewat AI Act 2023, yang bagi AI berdasarkan risiko dan wajib transparan, termasuk perlindungan data pribadi. UNESCO juga memberi berbagai macam panduan etika AI pada tahun 2021, yang menekankan keadilan dan hak untuk tahu keputusan AI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun