Mohon tunggu...
Farah Muntaza
Farah Muntaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Money

Resesi Ekonomi Seolah Menjadi Problematika Baru Bagi Perekonomian Indonesia

23 Januari 2022   00:38 Diperbarui: 23 Januari 2022   00:47 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resesi Ekonomi Seolah Menjadi Problematika Baru Bagi Perekonomiam Indonesia

Pandemi Covid-19 memliki dampak yang cukup luas, tidak hanya dari sisi kesahatan namun juga berdapak terhadap terpuruknya ekonomi global sepanjang tahun 2020 sampai saat ini.  Berbagai negara di dunia melakukan mitigasi dan berkerjasama untuk menekan penyebaran covid-19  sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi. Pembatasan aktivitas seperti transportasi, karantina wilayah, pembatasan mobilitas orang menjadi contoh dari kebijakan yang diambil untuk memotong rantai perluasan COVID-19. Pembatasan yang dilakukan ternyata juga memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi yang kemudian juga berdampak pada perekonomian negara. Kasus COVID-19 menjadi perhatian setiap negara saat ini dikarenakan kasus ini tidak hanya berdampak pada krisis kesehatan, namun dalam perkembangannya kasus ini membawa dampak ekonomi yang berbeda antara satu dengan negara lain. Sehubungan dengan dampak ekonomi, secara global kasus ini akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Dampak ekonomi yang terjadi seperti penurunan aktivitas ekonomi, yang kemudian berdampak pada penurunan distribusi pendapatan serta peningkatan pengangguran. Penurunan yang tajam terhadap hal-hal tersebut dikhawatirkan akan mengakibatkan resesi ekonomi. Kondisi tersebut yang saat ini menjadi perhatian setiap negara dengan membuat serangkaian kebijakan untuk menyikapinya

Hal ini tentu saja tidak mudah bagi setiap negara untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi krisis kesehatan dan kebijakan pemulihan ekonomi dalam waktu bersamaan. Negara berkembang, misalnya, akan dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti penurunan kinerja perdagangan, infrastruktur kesehatan yang membutuhkan dukungan besar dalam menyikapi kasus COVID-19, penurunan aliran modal bahkan peningkatan utang (World Bank, 2020)

COVID-19 adalah permasalahan kesehatan, lantas bagaimana ia dapat berubah menjadi permasalahan ekonomi? Jawabannya yaitu karena lockdown menyebabkan penutupan beberapa sektor krusial. Bahkan beberapa perusahaan mengalami kebangkrutan dan terpaksa menutup bisnis, membuat banyak permasalahan baru muncul (Ozili & Arun, 2020). Potensi resesi ekonomi yang terjadi di era COVID-19 merupakan bentuk resesi yang diawali dari krisis kesehatan yang mengharuskan setiap negara untuk mengambil kebijakan yang lebih responsif seperti karantina wilayah dan sebagainya. Krisis kesehatan ini selanjutnya memberikan dampak penurunan aktivitas ekonomi yang diwarnai dengan sejumlah persoalan yang memiliki karakteristik seperti pada yang terjadi dalam sebuah resesi ekonomi.

Dampak COVID-19 dirasakan pada banyak sektor krusial suatu negara seperti ekonomi, sosial, politik, dan kesehatan. Terutama pada sektor ekonomi yang menyebabkan turunnya laju pertumbuhan perekonomian negara. Penurunan ini memunculkan timbulnya suatu ancaman serius bagi negara yaitu resesi ekonomi. Di antara negara-negara ASEAN setidaknya terdapat tiga negara yang mengalami ancaman resesi ekonomi cukup serius antara lain Indonesia, Filipina, dan Singapura. Mengingat Pandemi COVID-19 belum menemukan titik terang, maka ancaman resesi ekonomi tersebut diperkirakan masih berlanjut sampai pada waktu yang belum bisa diprediksi. Bicara mengenai resesi ekonomi, terdapat beberapa sumber dari terjadinya resesi ekonomi. Misalnya salah satu penyebab terjadinya resesi adalah terjadinya perubahan harga input yang digunakan dalam memproduksi barang dan jasa. Tentu saja perubahan harga yang menyebabkan terjadinya resesi adalah perubahan harga yang cukup tajam dibanding sebelumnya. Kenaikan harga minyak misalnya, dapat mengakibatkan kenaikan harga secara keseluruhan dan akan mengurangi permintaan. Di samping itu, kebijakan moneter atau fiskal yang kontraktif yang diterapkan oleh pemerintah untuk mengurangi inflasi juga dapat memicu resesi apabila digunakan secara berlebihan. Kebijakan yang digunakan berlebihan dapat menyebabkan penurunan permintaan barang dan jasa yang pada akhirnya mengakibatkan resesi. Secara umum, beberapa karakteristik dari resesi ekonomi seperti: 1) Secara khusus resesi ekonomi dikaitkan dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 2 persen, dan dalam kasus yang parah bisa mencapai 5 persen; 2) Terjadinya penurunan produksi industri dan investasi serta penurunan tingkat konsumsi yang besar juga dapat menjadi pemicu dari terjadinya resesi; 3) Penurunan tajam aktivitas perdagangan internasional seperti ekspor dan impor selama periode perlambatan ekonomi; dan 4) Peningkatan  pengangguran, penurunan permintaan barang dan jasa, serta adanya gejolak di pasar keuangan juga menjadi pemicu terjadinya resesi ekonomi (Classens & Kose, 2020). Di Indonesia, Pandemi COVID-19 mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, padahal Indonesia merupakan salah satu negara ASEAN yang memiliki tingkat perekonomian cukup baik di kawasan Asia Tenggara. Kontraksi ekonomi ini juga mengakibatkan penurunan persentase ekonomi yang tajam, sehingga ancaman resesi ekonomi semakin mendekati perekonomian Indonesia (World Socialist Website, 2020)
Buruknya kondisi ekonomi Indonesia menyebabkan resesi tidak hanya sebatas kemungkinan namun sudah menjadi fakta promblematika yg harus ditangani. Tidak hanya  Indonesia namun negara lain di dunia  juga mau tidak mau mengantar mereka ke jurang resesi. Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua tahun 2020 di angka minus 5,32%
Resesi adalah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi riil tumbuh negative atau dengan kata lain terjadi penurunan produk domestik bruto selama dua kuartal berturut-turut dalam satu tahun berjalan. Resesi ditandai dengan melemahnya perekonomian global dan akan mempengaruhi ekonomi domestik negara-negara di seluruh dunia. Kemungkinan suatu negara mengalami resesi semakin kuat apabila perekonomian negara tersebut memiliki ketergantungan pada perekonomian global (Miraza, 2019). Resesi ekonomi dapat menyebabkan terjadinya penurunan semua aktivitas ekonomi seperti keuntungan perusahaan, lapangan kerja dan investasi secara bersaman. Resesi ekonomi biasanya terkait dengan adanya penurunan harga (deflasi), atau sebaliknya, kenaikan harga yang tajam (inflasi) dalam proses yang disebut stagflasi. Faktor-faktor lain terjadinya resesi dapat dilihat dari beberapa hal seperti ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi, pertumbuhan ekonomi yang lambat atau menurun selama dua kuartal berturut-turut, nilai impor jauh lebih besar dibandingan nilai ekspor, dan tingkat pengangguran yang semakin tinggi

Masuknya Indonesia ke dalam kondisi resesi mengakibatkan adanya peningkatan penduduk miskin baru pada Maret 2020 lalu dengan angka mencapai 1,28 juta penduduk. Di samping itu, perilaku masyarakat untuk berbelanja juga turun karena pendapatan yang kurang tadi.

Melihat kondisi tersebut pemerintah Indonesia mengantisipasinya dengan membuat berbagai paket atau stimulus kebijakan yang memberikan kontribusi aktif untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter pemerintah yang ditujukan untuk perbaikan produktivitas, daya saing, investasi serta pertumbuhan perekonomian dunia. Selain itu, diperlukan kontribusi dari masyarakat dengan cara mendukung usaha UMKM agar dapat bertahan di masa pandemi ini dengan membeli produk-produk UMKM tersebut dimana usaha UMKM merupakan salah satu sektor yang mencapai angka 99,9% dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia sehingga memberikan kontribusi besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.Sebagai masyarakat kita bisa melakukan beberapa Tindakan yang dapat membantu mengurangi tingkat resesi yaitu dengan Menekan dan mengurangi pengeluaran merupakan salah satu hal yang harus dilakukan saat resesi. kita harus memeriksa pengeluaran bulanan dan mengidentifikasi apa saja keperluan yang tidak terlalu dibutuhkan atau mendesak.  Dengan kata lain, utamakan kebutuhan primer dan ke sampingkan dulu kebutuhan sekunder apalagi tersier. Dan juga kita dapat mengatur gaya sesuai kebutuan jadi tidak bergaya berlebihan sampai melebihi income itu juga termasuk salah satu cara kita membantu pemerintah menekan angka resesi

Seperti mendapat air di tengah gurun pasir, kondisi ekonomi Indonesia mengalami peningkatan positif meskipun terlalu awal   untuk mengatakan hal itu. Ekonomi Indonesia tumbuh negatif 0,74% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2021. Dengan demikian, Indonesia masih belum terbebas dari jurang resesi. Walau begitu, pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dari kuartal sebelumnya yang sebesar -2,19%. Berdasarkan lapangan usaha, sektor informasi dan komunikasi mencatatkan pertumbuhan paling tinggi (8,72%). Kemudian, diikuti pengadaan air (5,49%), jasa kesehatan (3,64%), dan pertanian (2,95%). Sektor pengadaan listrik dan gas serta real estat juga tumbuh 1,68% dan 0,94% Sedangkan, sektor-sektor lainnya masih terkontraksi pada tiga bulan pertama tahun ini. Sektor transportasi dan pergudangan pun menjadi yang paling rendah, yakni -13,12% ( sumber _ Data BPS)

Pemerintah tetap menguapayakan kondisi ini terus membaik, bahkan pemerintah sudah mentargetkan kenaikan ekonomi di akhir taun 2021 sehingga diharapkan Indonesia terbebas dari kondisi resesi  di tahun 2022 ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun