Mohon tunggu...
Inovasi Artikel Utama

Kemana Hilangnya Lagu Anak-anak Saat Ini?

17 September 2016   14:26 Diperbarui: 17 September 2016   17:03 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pianocompany.com

Dinamis dan terus berkembang dengan cepat, itulah dua ciri dari zaman yang sekarang sedang berlangsung. Globalisasi membuat semua hal berubah dengan cepat dan tanpa batas. 

Semua lini kehidupan berubah dan berganti tanpa mengenal waktu. Ekonomi, budaya, hiburan,  teknologi, kesehatan, otomotif dan gaya hidup seolah tak ingin lepas dari kemajuan zaman. Jika kita menelik ke belakang, begitu banyak perubahan yang telah kita rasakan sekarang. Sekarang semua hal terasa lebih mudah dan cepat.

Tak mau ketinggalan, media hiburan juga terus berkembang memanjakan mereka yang butuh ‘penyegaran’ di tengah padatnya hirup pikuk rutinitas. Media hiburan yang paling umum kita jumpai tentu televisi. 

Media televisi menyuguhkan berbagai acara, mulai dari talk show, musik, reality show, dokumenter, film, berita, intruksional dan sebagainya. Yang mungkin menarik untuk digaris bawahi adalah musik. Kenapa demikian? Karena media hiburan yang satu ini adalah yang paling mudah untuk kita akses dimana pun kita berada tanpa harus meluangkan waktu untuk menonton televisi. 

Musik dapat dengan mudah kita nikmati lewat gadget di tangan kita. Berbagai genre musik, mulai dari pop, rock, jazz, blues, dan hip hop. Musik dalam dan luar negeri. Siap memanjakan telinga kita.

Musik terus mengalami evolusi sejalan dengan kemajuan zaman. Namun, ada satu fakta unik tentang perkembangan musik saat ini. Yaitu hilangnya pamor lagu anak-anak di Indonesia. Lagu anak-anak sempat booming di era 90-an dan merajai label musik di Indonesia. Kini lagu anak-anak tak lagi terdengar di media seperti pada masa keemasannya. 

Lagu anak-anak seperti Ambilkan Bulan Bu, Aku Anak Gembala, Balonku, Naik Delman, Tik Tik Bunyi Hujan, Topi Saya Bundar, Pelangi-pelangi, Bintang Kecil, Desaku dan lagu anak-anak lainnya tak hanya memberikan hiburan pada anak-anak tapi juga mendidik dan memberikan pembelajaran pada mereka.

Sayangnya, saat ini label rekaman lagu orang dewasalah yang merajai pangsa musik Indonesia. Ironis memang, melihat lagu anak-anak yang tidak mendapat tempat di indutri musik Indonesia. Entah karena album anak-anak dianggap tidak memberikan profit bagi label rekaman atau mungkin belum adanya format lagu anak-anak yang sesuai dengan industri musik Indonesia.

Mendengarkan anak lagu anak-anak zaman dulu lewat Youtube, mungkin dapat dijadikan alternatif bagi orang tua yang kehabisan akal mencarikan lagu sesuai usia mereka di masa kini. 

Pasalnya memang sulit kita temui lagu anak-anak yang beredar saat ini. Tapi bagaimana jika anak-anak ‘dipaksa’ mendengar lagu orang dewasa lewat televisi? Kita ketahui sendiri jika saat ini televisi hanya menyuguhkan lagu-lagu orang dewasa yang kebanyakan berisi tentang cinta. Bagaimana jika itu terus mereka konsumsi setiap hari?   

Padahal musik yang didengar oleh anak-anak akan sangat mempengaruhi perkembangan psikologis mereka. Mereka dipaksa tumbuh ‘dewasa’ sebelum masanya. Contoh nyata yang penulis sendiri alami yaitu keponakan penulis yang berusia 3 tahun tapi sudah menirukan salah satu lirik lagu orang dewasa yang didengarnya di televisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun