Aksi serupa ternyata juga dilakukan di beberapa negara di dunia, dengan menyematkan tanda cinta (hati) pada bangunannya. Akan tetapi, jogja memiliki ciri khusus yang mana dilakukan serempak selama dua jam, dan dalam batas waktu yang tidak ditentukan hingga pandemi COVID-19 ini mereda.
Tebing breksi
Tidak hanya hotel, rupanya tebing breksi juga disulap menjadi tanda cinta dengan cara menyalakan lampu sebagai wujud solidaritas bersama pelaku pariwisata Yogyakarta atas pagebluk pandemi COVID-19. Lokasi wisata yang bertempat di desa Sambirejo, Kabupaten Sleman ini setiap harinya menyita banyak wisatawan dalam dan luar negeri.
Tempat yang menjadi lokasi swa foto favorit bagi pengunjung ini setiap harinya dipadati pengunjung, utamanya pada akhir pekan yang bisa mencapai angka 15000 pengunjung.
Namun, berbeda dengan kondisi sekarang. Karena pembatasan karantina wilayah yang berlaku di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya serta penutupan tempat wisata, dapat dipastikan bahwa pengunjungpun sepi dan penghasilan masyrakat menurun drastic dari sektor ini.
Corona serang industri pariwisata Yogya
Pandemi corona menyerang berbagai sektor kehidupan di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Yogyakarta yang menjadi tujuan favorit wisatawan dalam dan luar negeri pun ikut menjadi imbasnya.
Biasanya pada bulan Maret, merupakan puncak dari wisatawan asing dar Asia yang berkunjung ke Yogyakarta. Sedangkan pada bulan Juli, biasanya banyak wisatawan datang dari Kawasan benua Eropa.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa Maret memang bukan puncak kunjungan wisatawan asing. Namun, dibanding tahun-tahun sebelumnya, Maret tahun ini menurutnya paling sepi. Pencirinya, saat Maret sejumlah pelancong dari Asia mulai berdatangan sebelum puncak kedatangan wisatawan dari Eropa pada Juli.
Namun, sejak Februari 2020 jumlah wisatawan di Yogyakarta terus menurun. Saat ini bisa disaksikan dikawasan pusat Malioboro yang menjadi tujuan wisatawan terlihat sepi dan lengang.