Mohon tunggu...
Fanny Wiriaatmadja
Fanny Wiriaatmadja Mohon Tunggu... profesional -

just an ordinary woman bark2talk@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rescuer vs Reskuker

27 Januari 2015   13:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Macam-macam aja polah orang-orang yg ngaku reskuker ini :
1. upload foto punya mbah gugel lalu ditambahi cerita mengharu biru ujung-ujungnya minta donasi.
2. Pungut kucing sana sini, ujung-ujungnya ngeluh diusir tetangga dan berujung minta donasi buat kontrak rumah.
3. Sibuk angkut kucing terlantar dan sakit parah, lalu buka donasi buat biaya pengobatan, ujung-ujungnya ketauan kalau fee dokter hewannya ga dibayar.
4. Terus-terusan angkut kucing lalu kucing2 ras di-breed, lalu dijual.
Bagaimana menyikapi prilaku seperti orang-orang reskuker itu ? Apakah prilakunya merugikan orang lain ? Ataukah kita cukup menutup mata dan telinga dengan dalih " yg penting kucingnya selamat" atau " kan kasian kucingnya"
Well.. Saya tau persis orang-orang yg penyayang dan bertanggungjawab pada kesejahteraan kucing2 itu banyak, kenapa saya sebut "penyayang dan bertanggungjawab" ? Karena "penyayang" saja tidak cukup. Sayang tanpa disertai tanggung jawab hanya akan membuat reskuker tersebut memindahkan tanggungjawabnya ke pihak lain.
Kawan-kawan saya yg penyayang dan bertanggungjawab pasti akan mengukur kemampuan dirinya saat memutuskan untuk mengambil kucing dari jalanan, mereka bahkan membuat opsi "buka donasi" sebagai opsi terakhir setelah segala usahanya mentok, usaha jualan pernak pernik, usaha jualan homemade cat food, dan bahkan usaha membujuk vet untuk memberikan keringanan biaya atau keringanan cara pembayaran.
Sementara reskuker itu baru saja pungut kucing kelaparan di jalan sudah buka donasi dengan cara jualan drama mengharu biru.
Lalu apakah kita tidak boleh memberi donasi ? Tentu saja itu keputusan pribadi masing-masing, hanya saja mulai melihat rekam jejak reskuker tersebut. Apakah dia termasuk "penyayang" ? " Pernyayang yg bertanggungjawab"? Atau "penjual drama?"
Kita analogikan dengan penjaja kotak amal di lampu merah, dari pesantren anu, dari masjid anu, dari panti asuhan anu, kita tidak tau pasti apakah itu kotak amal ori atau kw, dan jika kita bilang, " yg penting saya niat beramal, perkara dia menipu atau tidak saya serahkan kepada Allah". Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian kotak amal itu adalah tipu-tipu. Hasilnya masuk kantong penjahat yg memanipulasi perasaan kita. Saat melihat seorang perempuan menggendong bayi cacat dalam gendongan di lampu merah siapa yg tidak terketuk hatinya ? Padahal kita tau bahwa mafia-mafia pengemis itu ada dimana-mana, bayi-bayi diberi obat penenang agar tidur selama jam operasional, dan kalau kita memberi uang, berarti kita membiarkan mereka menyadari bahwa "drama" mereka berhasil, bahwa" anak" mereka bisa menghasilkan uang. Dan prilaku tersebut akan terus diulang..diulang..diulang..
Bukankah seharusnya bayi itu yg menumpang hidup pada orangtuanya ? Dan tentu bukan sebaliknya.
Bukankah seharusnya kucing menumpang hidup pada pemeliharanya ? Dan tentu bukan sebaliknya.
Berbuat baik itu harus, berhati halus itu harus, tapi meneliti dan observasi juga harus dilibatkan dalam prosesnya.
Salurkan kemurahan hati kalian pada pihak yang tepat, pada pihak yang membutuhkan, walau mereka tidak meminta, dan percayalah, justru mereka itu "penyayang" sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun