Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ini Kisahku (4) Kencrut yang Selalu di Hatiku

7 Maret 2021   15:30 Diperbarui: 7 Maret 2021   17:01 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokex dan Kencrut (pic: rita mf jannah)

Dalam dunia hewan tidak ada istilah kekerabatan, tetapi karena kita memeliharanya maka kita membuat semacam peraturan sendiri, seperti garis silsilah dalam sertifikat piagam tentang asal usulnya, meski hewan itu sendiri tak paham maksud di dalamnya.

Demikian pula dengan kucing, sebagai majikan pemeliharanya sudah pasti kita memiliki sertifikat keturunannya, meski kadang tak semua pemilik kucing memilikinya.

Seperti Kencrut yang sudah jelas keturunannya, tentang anak-anak keturunannya hingga beberapa generasi, sampai ke cucu-cucunya.

Generasi pertama Kencrut bukanlah Nyet dan Nyot, tetapi si Tokex, satu-satunya anak Kencrut yang masih hidup dari kelahiran awal. Kucing ekor boncel dengan bulu hitam putih yang sama persis dengan Induknya.

Seiring dengan waktu, si Tokex bertambah dewasa, sekali lagi jangan lupa, dalam dunia kucing tidak ada istilah kekerabatan, mereka tidak tahu ikatan darah, itulah kenapa Tokex akhirnya jatuh cinta pada induknya sendiri, si Kencrut.

Pada awalnya Kencrut menolak dan berusaha menghindari, tapi apalah daya akhirnya toh mereka berpasangan juga. Tapi sayang, semua anak-anak Kencrut hasil perkawinan dengan Tokex mati semua, mungkin seperti resiko dalam dunia medis bahwa perkawinan sedarah bisa mengakibatkan kecacatan atau kematian tragis pada keturunannya.

Beberapa waktu setelah perkawinan Kencrut dan Tokex, lagi-lagi pembantuku teledor, lupa mengunci pintu rumah sesaat, Kencrut pergi tak pernah kembali dan tak ketahuan jasadnya.

Sekali lagi, aku menangis. 

(Bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun