Mohon tunggu...
Fakkar Muayyad Billah
Fakkar Muayyad Billah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Sedang Belajar di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menelisik Madzhab Materialisme serta Menjawab Keragu-raguan Mereka

26 Maret 2021   01:24 Diperbarui: 26 Maret 2021   01:33 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah kita bahas tentang apa itu materialisme sebelumnya dan apa saja keragu-raguan mereka terhadap alam semesta ini. Materialisme itu sendiri tidak mengakui entitas-entitas nonmaterial seperti roh, hantu, setan dan malaikat. Pelaku-pelaku immaterial tidak ada. Tidak ada Tuhan atau dunia adikodrati (baca: supranatural). 

Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Lalu apakah kita mengetahui atas dasar apa para materialis ini dalam berpendapat tentang alam semesta? Maka kita sendiri harus mengenal terlebih dahulu atas dasar apa sih mereka berpendapat begitu atau madzhab apa yang mereka gunakan.

Madzhab mereka dalam membahas alam dan asal mulanya, kata mereka asal alam ini terdiri dari 2 perkara yakni subtansi terkecil yang bertebaran di ruang kosong (madah) dan pergerakan subtansi tersebut. 

Dua hal ini qodim atau azali, mereka berkata bahwa alam semesta dan isinya ini tersusun dari madah dan pergerakannya dari segi sebab akibat, bukan dari segi madah dan pergerakannya itu sendiri, mereka menggambarkan bahwa madah atau partikel terkecil ini berkumpul menjadi suatu kumpulan yang satu dengan lainnya dengan teori atau gaya yang melekat, lalu berbentuklah sebuah bola atau lingkaran serta berputarlah lingkaran ini sehingga dari situlah terdapat percikan-percikan yang terjadi dari sebab perputaran dan terciptalah matahari, maka dari perputaran itu terpisah menjadi planet-planet yang kita kenal selama ini dan terciptalah bumi yang kita tempati sekarang, dengan adanya perputaran tersebut lama kemudian terdapat kesejukkan dan terbentuklah dinding-dinding bumi serta terdapat hewan, tumbuhan dan lain-lain. Inilah pendapat atau madzhab mereka dalam bagaimana asal mula alam ini terbentuk.

Batalnya keragu-raguan materialisme atau cara kita membalas atas keragu-raguan mereka:

  • Pertama mereka berkata bahwa tidak mungkin akal kita menggambarkan sesuatu yang tidak ada, karena kepastian keberadaan itu berasal dari bagian penggambaran.
  • Kita jawab yang namanya tuhan itukan pasti lebih tau atau lebih paham atas makhluknya, karena itu sang pencipta pastinya lebih kompleks atau lebih sempurna, bagaimana bisa seorang makhluk dapat menggambarkan penciptanya dan itu mustahil.
  • Dan kita dapat juga menjawabnya coba kalian bandingkan bahwa kedudukan manusia itu dari segi pengetahuannya lebih banyak ketidaktahuannya dibanding dengan tahunya, bisa diibaratkan percikan air dari lautan atau atom dibandingkan dengan pasir
  • Kedua mereka berkata bahwa penghukuman sesuatu tidak terlepas dari suatu penggambarannya, maka sesungguhnya adanya alam dari ketiadaan itu tidak diterima.
  • Kita dapat sangkal pendapat tersebut bahwa sesungguhnya perbedaan kita dengan tuhan adalah tuhan menciptakan sesuatu dengan tanpa bahan apapun atau tidak ada bahannya, berbeda dengan manusia yang menciptakan sesuatu dengan menggunakan bahan, misal spidol, untuk menciptakan sebuah spidol manusia membutuhkan alat-alat pendukung lainnya.
  • Dan dari situlah bahwa akal manusia itu lemah dalam mengetahui sesuatu dari sebuah ketiadaan, akan tetapi itu menunjukan akal manusia tersebut tidak sempurna dan ini adalah ruang terbatas yang dimiliki makhluk.
  • Ketiga mereka berpendapat bahwa di alam semesta ini banyak yang tidak diciptakan serta tidak ada manfaatnya dan tidak ada hikmah di dalamnya, dalam hal ini menunjukan bahwa adanya alam ini tiba-tiba ada tanpa adanya perancangan.
  • Kita bisa menjawabnya dengan simple bahwa akal kita sangat terbatas tidak semuanya yang akal kita tidak mengetahui itu tidak ada manfaatnya, sebagai contoh: Ketika kita di Mesir apakah kita mengetahui secara langsung dalam keadaan apakah seseorang di Indonesia? Tentu akal kita tidak dapat menjangkaunya karena akal manusia terbatas , contoh lagi ada seseorang mengetahui hal tentang laptop tetapi ada juga yang tidak mengetahui apa itu laptop dan ini menunjukan bahwa akal kita ini sangat terbatas.

Dan dari hal ini selesai sudah keragu-raguan yang dilontarkan materialisme, dan gugurlah pendapat mereka tentang alam dan seisinya. Wallahu'alam.

Rujukan: al-qoul as-sadid fi ilm at-tauhid 1 karangan syekh mahmud abu daqiqah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun