Mohon tunggu...
FAKHRUL RIJAL
FAKHRUL RIJAL Mohon Tunggu... Kota Banda Aceh

Melintas batas, mencatat perjalanan dan menawarkan cara pandang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Batu Nisan Aceh

13 November 2020   14:30 Diperbarui: 13 November 2020   15:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muammar, S. Pd. M.Pd

Dosen Tetap  STIS Al Aziziyah Sabang

Nisan di Aceh penelitian terburu menunjukkan tiga periode Nisan Lamuri yang bentuknya mirip gading, nisan samudera pasee dan Nisan Kesultanan Aceh Darussalam. Para Ahli menyebutkan ketiga jenis Nisan ini sebagai Nisan Aceh. 

Nisan Aceh tersebar hingga ke kepulauan di Madagaskar. Ini menandakan betapa terkenalnya Nisan Aceh di masa lalu. Bustanussalatin juga menceritakan kepada kita secara lengkap arak-arakan untuk membawa Nisan Raja Iskandar Tsani tepat tujuh hari setelah Sultan dimakamkan perarakan itu benar-benar meriah dan diikuti oleh segala rakyat.

Batu Nisan Aceh menurut T Iskandar juga dikenal dengan nama Batu Meuraksa sebab ada ahli pembuatnya dari Meuraksa yang terkenal. Snouck Hurgronye juga ikut tertarik dalam meneliti asal batu nisan Aceh yang terkenal ini. Menurut Snouck (1985:485) :"Pada masa dulu orang-orang berada menggunakan Batu Nisan yang sudah dipahat untuk itu di pakai batu yang keropos yang mudah dibentuk dan dipahat dari Pulo Batee di seberang laut Ulee Lheu. 

Sampai belum lama ini penduduk Meura'sa masih sangat trampil dalam memotong batu-batu itu, sehingga batee Meura'sa sangat disukai di seluruh Aceh". ada beberapa informasi penting yang diberikan oleh Snouck pertama  sumber bahan baku Nisan Aceh diambil dari Pulo Batee (Pulau Batu), kedua pembuat batu Nisan Aceh ini ahlinya adalah kebanyakan orang Meuraksa dan yang terakhir pembuatan batu masih sangat giat hingga kemudian agresi belanda 1873 menghilangkan kemampuan pembuatan batu nisan Aceh ini. Banyaknya ahli batu yang tewas dalam perang menjadikan keahian ini menghilang. Seni Pahat Nisan Aceh kemudian hilang sampai kini.

Seni Batu Nisan Aceh tidak hanya keindahan saja namun juga ada pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada Generasi mendatang. Makam Sultan Malikussaleh di Samudera Pasai adalah Nisan terbaik yang memuat epitaf tentang siapa sang Sultan dan bagaimana masa pemerintahannya. Sultan Malikussaleh wafat pada Bulan Ramadan 696 Hijriyah (1297 M). Pada nisan Sultan Malikussaleh juga terdapat bait puisi yang sangat indah. (Ibrahim Alfian,1973:17) mencatat bunyi syair Sayyidina Ali bin Abi Thalib pada Nisan Sultan Malikussaleh:

Sesungguhnya dunia ini fana

Dunia ini tiadalah kekal

Sesungguhnya dunia ini ibarat sarang

Yang ditenun oleh laba-laba

Demi sesungguhnya memadailah buat engkau dunia ini

Wahai orang yang mencari kekuatan

Hidup hanya untuk masa pendek saja

Semua orang didunia ini tentu akan mati

Inkripsi Nisan di makam Sultan Malikussaleh adalah salah satu inkripsi yang banyak dipelajari oleh para sarjana dan ahli. Demikian juga pada Nisan lain terdapat pesan-pesan sang Tokoh dan Puisi untuk generasi mendatang baik era lamuri, Samudera Pasai dan era Kesultanan Aceh Darussalam. 

Nisan-Nisan Kesultanan Aceh Darussalam selalu menarik minat para ilmuwan dalam dan luar negeri. Nisan Aceh adalah peninggalan paling berharga untuk Aceh Darussalam masa lalu, masa kini hingga masa depan. Perkembangan akhir-akhir ini amat mencemaskan dalam keselamatan Nisan Aceh yang ditimbun atau dihancurkan atau dibuang untuk pembangunan. Maka perlu ada langkah komprehensif untuk melindungi Nisan Aceh Darussalam.

Disamping Makam Nisan Malikussaleh terdapat Makam Sultan Malik Az Zahir yang merupakan anak Sultan Malikussaleh. Juga banyak terdapat makam lain era samudera pasai dikawasan Samudera Aceh Utara. Batu Nisan  Samudera Pasai umumnya dibuat dari batu  yang amat keras. 

Namun batu yang amat keras dapat diukir sedemikian indah penuh seni ini menandakan tingginya teknologi pada zaman itu sehingga dapat mengukir kaligrafi yang sangat indah di batu Nisan.  Dikawasan Samudera juga terdapat makam Sultanah Nahrisyah (wafat 1428) salah satu makam terindah di Asia Tenggara yang memiliki batu dan ornamen yang sangat indah.

Ketika Portugis datang ke Malaka tahun 1511 Portugis menghancurkan kawasan Malaka kemudian batu nisan para raja, ulama dan tokoh malaka diambil oleh Portugis dan jadikan bahan  untuk membuat benteng. Batu Raja Malaka yang ditemukan kebanyakan mirip batu bergaya Pasai. Ini menandakan dekatnya hubungan kerajaan Samudera Pasai dengan Malaka. Dan kemungkinan Batu Nisan Raja Malaka dan Tokoh Malaka di buat dikawasan Samudera Pasai. Namun belum ada informasi dikawasan mana pembuatan batu nisan samudera pasai Zaman Kesultanan Samudera Pasai.

Di Kawasan Lamuri Kerajaan Lamuri juga berkembang maju sebagai kerajaan dagang yang mengekspor gaharu, kapur, cendana, kayu manis dll ke kawasan india, cina, persia, jazirah arab hingga ke Italia dll. Pada zaman kejayaannya kerajaan lamuri banyak dikunjungi penjelajah dunia. Batu Nisan Lamuri memiliki bentuk khas yang berdiri tegak seperti gading atau menara mesjid. Batu Nisan Lamuri juga memiliki seni keindahan yang sangat tinggi didalamnya juga terdapat puisi :

Man Talaba Dunya Fahuwa Asir

Man Talabal Akhirah Fahuwa Amir

Artinya:

Barangsiapa mengejar dunia adalah tawanan

Barangsiapa mengejar akhirat adalah pangeran

Setelah beberapa generasi Lamuri terpecah dua menjadi kawasan Kerajaan Darul Kamal dan Meukuta Alam kedua kerajaan kemudian berhasil digabungkan kembali oleh Sultan Syamsu Syah (1480-1511) bin Sultan Munawar Syah bin Sultan Mahmud Alaiddin Syah Johan Lamuri. 

Dalam sebuah tulisan tertulis kalau Sultan Syamsu Syah membangun benteng batu yang amat kuat dari Kuta Alam sampai ke Lamdingin yang terkenal dengan nama Kuta Teunambak Pidie karena Sultan Syamsu Syah juga merupakan Sultan Penguasa Pedir atau Pidie demikian tertulis dalam buku Yunus Djamil. Sultan Syamsu Syah juga ayah daripada Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530) Sultan yang mendirikan kesultanan Aceh Darussalam dan yang pertama kali melawan Portugis di Malaka.

Dalam inkripsi bacaan Claude Guillot dan Ludvik Kallus tertulis bacaan tentang makam Sultan Syamsu Syah :"Haza Qabru As Syarif Al Hasib An Nasibu Raji ila Rahmatullah Malikul Jah Syamsu Syah Bin Munawar Syah". Tapi tulisan Malikul Jah yang kami baca nampaknya adalah Malik Muazzam atau Raja Yang di Hormati namun bisa jadi memang tulisan Malikul Jah Munawar Syah bin Syamsu Syah maka perlu penelitian kembali dikawasan penting pemakaman Meukuta Alam Sultan Syamsu Syah bin Sultan Munawar Syah. 

Sultan Syamsu Syah juga moyang Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam (1607-1636) pengambilan nama Meukuta Alam menandakan kecintaan Sultan Iskandar Muda kepada nenek Moyangnya Sultan Syamsu Syah pendiri kerajaan Meukuta Alam. Adapun Nasab Sultan Iskandar Muda adalah Sultan Iskandar Muda bin Sultan Mansur Syah bin Sultan Abdul Jalil bin Sultan Alaiddin Al Kahhar bin Sultan Ali Mughayat Syah bin Sultan Syamsu Syah bin Sultan Munawar Syah bin Sultan Mahmud Alaiddin Syah Johan Lamuri.

Makam Maharaja Ibrahim terletak di samping Makam Sultan Syamsu Syah (1481-1511) yang terletak dikawasan Pango Banda Aceh. Menurut sejarah Laksamana Ibrahim adalah adik Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530) yang kemudian menjadi Panglima Perang untuk melawan Portugis yang mendirikan benteng di Kawasan Samudera Pasai. 

Dalam perang Dahsyat itu tahun 1524 Laksamana Ibrahim gugur dalam perang Syahid dan Pasai dapat dibebaskan dari Portugis kemudian beliau di makamkan di kawasan Meukuta Alam batu nisan beliau adalah Batu Nisan Samudera Pasai. Ini merupakan penghargaan kepada beliau yang telah membebaskan Samudera Pasai dari Portugis di Malaka. 

Dalam hikayat Aceh Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Kahhar (1539-1572) kemudian diangkat menjadi Sultan di Samudera setelah pamannya wafat sedangkan abangnya Sultan Salahuddin (1530-1539) menjadi Sultan Muda di Aceh Darussalam. 

Laksamana Ibrahim terkenal dengan keberaniannya langkah Militer beliau menyerang Portugis telah membuka peluang Aceh menjadi kesultanan besar di dunia kelak pada Zaman Cicit Sultan Ali Mughayat Syah yakni Sultan Iskandar Muda (1607-1636) Aceh menjadi lima besar dunia pada zamannya. Dalam tulisan Claude Guillot dan Ludvik Kallus terdapat Inkripsi yang bertuliskan :" Haza Qabru Al Mashun Al Hasib Al Karim Maharaja Ibrahim". 

Dalam jabatan Kesultanan Aceh Darussalam ada jabatan Wazir Maharaja Seri Maharaja yang merupakan perdana menteri. Dalam hikayat Aceh Sultan Alaiddin Riayat Syah Sayyidil Mukammil telah menjadikan Wazir Maharaja Seri Maharaja akan Panglima. Jadi dalam perang besar di Aceh Wazir Maharaja Seri Maharaja juga menjadi Panglima langsung dibawah Sultan. Sedangkan Laksamana Seri Perdana Menteri kadangkala juga diangkat menjadi Panglima untuk membantu Wazir Maharaja Seri Maharaja.  

Makam Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530) terletak di Kandang 12 tak jauh dari Meuligoe Darud Donya juga disana dimakamkan Sultan Salahuddin (1530-1539) dan juga dimakamkan Sultan Alaiddin Al Kahhar (1539-1572). 

Sultan Alaiddin Al Kahhar adalah sultan yang pertama kali membina hubungan resmi dengan kesultanan Turki Utsmani zaman Sultan Suleiman Al Qanuni (1520-1566). Dengan Bantuan Turki Utsmani Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menghentikan invansi portugis di Selat Malaka. Para ulama Turki berdiam di Bitai sedangkan pandai emas dan besi berdiam di Gampong Pande. 

Gampong Pande adalah kawasan Inti kesultanan Aceh Darussalam pada tahun 1205 Sultan Johan Syah menikah dengan Putri Raja Lamuri dan kemudian mendirikan kesultanan Aceh Darussalam. 

Tahun 1296 Ibukota dipindahkan oleh Sultan Mahmud Syah ke kawasan Darud Donya menurut penelitian kemungkinan pemindahan ini karena Tsunami pada zaman itu. Di kawasan Gampong Pande sampai hari terdapat ribuan batu nisan yang terbengkalai malah ada yang sengaja dibenamkan sehingga ada sebagian yang hilang dikawasan Gampong Pande juga terdapat beberapa makam Sultan Aceh Darussalam.

Zaman Keemasan Aceh dimulai pada Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang berhasil mempersatukan Wilayah Aceh seluruh kawasan Sumatera, semenanjung Melayu hingga perbatasan sulu dan fatani. Batas wilayah aceh disebutkan dalam hikayat aceh u timu oh batee puteh u barat habeh drien tukok raja. 

Ada yang mengatakan Drien Tukok Raja Kepulauan andaman dikawasan India. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat maka naiklah Sultan Iskandar Tsani (1636-1641) Sultan Iskandar Tsani kemudian mengirimkan batu nisan Aceh ke kawasan Johor dan Pahang untuk dipasang dimakam para sultan dan tokoh semenanjung Melayu. Sultan Iskandar tsani wafat digantikan Sultanah Safiatuddin (1641-1675).

Pada zaman kesultanan Aceh Darussalam Sultan Iskandar Muda dalam suratnya kepada Raja James juga menceritakan pembuatan nisannya yang dilapisi emas sedangkan raja pada masa lalu dilapisi suasa "Raja yang menyelenggarakan nisan diri daripada nisan emas yang bergelar Megat Alam yang turun dari Raja bernisan Suasa" (Mohammad Said, 1981:319). 

Nuruddin Ar Raniri menceritakan secara detil proses pembuatan Nisan Sultan Iskandar Tsani setelah tujuh hari wafatnya maka Sultanah Tajul Alam Safituddin menyuruh penghulu Ngadap Raja Udahna lela seperti ditulis sendiri oleh Nuruddin Ar Raniri dalam Bustanussalatin :"Panggilkan Keujruen Batu Raja Indera Busana" Maka Raja Indera Busanapun datang. Maka sabda yang maha mulia Kamu perbuat akan daku Raja Nisan Marhom Darussalam tujoh persegi, demikianlah perbuatannya bahwa kehendak hatiku yang belum lagi diperbuat raja-raja yang dahulu kala (Teuku Iskandar, 1966:60).

Dari tulisan Bustanussalatin kita dapat melihat beberapa hal penting yakni adanya nama Penghulu Ngadap Raja Udahna Lela ini nampaknya sama dengan pangkat Chamberlain di Kerajaan Inggris, info yang menarik lain adanya kejruen Batu yang bertugas membuat Nisan untuk anggota Kerajaan yang mangkat. Ini berbeda dengan pendapat Snouck yang mengatakan pembuatan Batu Nisan di Meuraksa semacam tempat pembuatan batu Nisan tersendiri. 

Dari Kitab Bustanussalatin  jelas Nisan di buat oleh Pihak Kerajaan dan ada penanggung jawab penuh yang bertanggung jawab langsung kepada Sultan dan Sultanah gelar yang digunakanpun cukup tinggi Raja Indra Busana ini menandakan pada massa lalu pembuat batu nisan sangat penting posisinya di Kesultanan Aceh. yang terakhir adanya permintaan Sultanah Safiatuddin agar Batu Nisan dibuat tujuh persegi seindah mungkin yang tidak pernah dibuat oleh Raja terdahulu ini menandakan betapa dalamnya cinta Sultanah Safiatuddin kepada Sultan Iskandar Tsani yang mangkat diusia muda dalam usia 29 tahun.

Bustanussalatin juga menceritakan setelah  Nisan selesai dibuat oleh Raja Indra Busana maka dipanggilah Kejruen Emas dan Keujruen Suasa untuk menyalup Nisan Sultan Iskandar Tsani dengan emas berpermata. Nuruddin Ar Raniri dalam Bustanussalatin mencatat dengan detil proses penyalupan Batu Nisan ini bahan yang disalup berupa Pudi, Ya'kut, Pirus, zamrud, baiduri, zabarjad, nila kandi, nilam pulam pusparagam dan beberapa metia, intan dan manikam yang sangat mahal sekali (Iskandar, 1966:61). 

Setelah selesai maka Nisan Sultan diarak dilihat oleh segala rakyat kemeriahan arakan ini tercatat dengan jelas dalam Bustanussalatin dan tulisan para penjelajah asing barulah kemudian Nisan diletakkan di Makam Sultan Iskandar Tsani. Kemudian juga dibuat batu badan  yang sangat Indah. Namun sayang Nisan Sultan Iskandar Tsani dan Nisan Sultan Iskandar Muda termasuk yang dihancurkan belanda setelah menguasai Istana Darod Donya dan batu Nisannya tidak diketahui lagi.

Maka penting sekali melindungi Batu Nisan Aceh sebab merupakan bukti peradaban besar aceh dimasa lalu dan bukti untuk generasi yang akan datang. Barangsiapa kehilangan sejarah maka kehilangan masa lalunya dan barangsiapa kehilangan masa lalunya maka akan kehilangan indentitasnya. Batu Nisan Aceh dan khazanah Aceh lain adalah indentitas dan bukti peradaban adanya koneksi masa lalu Aceh dan masa kini maka perlu semua pihak untuk melindungi peninggalan kesultanan Aceh Darussalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun