Mohon tunggu...
M. Fakhri S
M. Fakhri S Mohon Tunggu... Lainnya - Lilin kecil ditengah lorong kegelapan.

a student at Muhammadiyah University of Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Review Buku: MENJADI MERAH GERAKAN SAREKAT ISLAM SEMARANG 1916-1920

3 Juni 2020   09:36 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:12 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Buku ini menjelaskan bagaimana keadaan Hindia Belanda (Indonesia) pada awal Abad XX yang berada dibawah tekanan kapitalisme Belanda, juga sebab berdirinya Sarekat Islam yang semula bernama Sarekat Dagang Islam, lalu bagaimana munculnya pengaruh ideologi komunis pada tubuh Sarekat Islam sehingga menyebabkan perpecahan karena perbedaan ideologi dan dari situlah awal berdirinya Partai Komunis di Hindia yang nantinya berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia. 

Berdirinya Sarekat Islam yang diprakarsai oleh H. Samanhudi ini pada mulanya bernama Sarekat Dagang Islam. Maksud dari didirikan perkumpulan ini untuk memperbaiki ekonomi kaum pribumi, yang saat itu bersaing dengan para pedagang Tionghoa, dimana para kaum Tionghoa dianggap Pemerintah Kolonial lebih tinggi derajatnya ketimbang kaum pribumi.

Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S Tjokroaminoto berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya Sarekat Islam, ideologi komunis juga mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Komunisme disebarkan ke Indonesia oleh para propagandis seperti Heenk Sneevliet yang berasal dari Belanda.

Pergerakan kaum sosialis dan buruh telah menarik simpatik para anggota SI seperti Semaoen, sehingga para anggota SI turut serta menjadi anggota Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV) dan Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP), Seiring dengan kemenangan Revolusi Rusia tahun 1917, ISDV dan VSTP semakin serius dalam membina organ pergerakan buruh di Indonesia. Pada tahap inilah, pergerakan sosialis mulai bergerak menuju cita-cita perjuangan komunisme seperti yang diperjuangkan oleh kaum Bholsevik di Rusia. (Halaman 4). 

Semaoen adalah salah satu murid Tjokroaminoto yang muncul sebagai bumiputera pertama yang menjadi propagandis serikat buruh. Pada tahun 1914, Semaoen bergabung dengan Sarekat Islam cabang Surabaya dan menjabat sebagai sekretaris. Namun setelah pertemuannya dengan Sneevliet pada tahun 1915, Semaoen pindah ke semarang atas ajakan Sneevliet dan kemudian menjadi anggota ISDV dan VSTP.

Saat kongres SI Cabang Semarang pada 1917, Semaoen terpilih sebagai Ketua SI Semarang menggantikan Mohammad Joesoef. Pergantian pengurus ini telah mengubah masyarakat yang menjadi pendukung loyal dari SI Semarang. Anggota SI Semarang mulanya saat dipimpin Mohammad Joesoef berasal dari golongan menengah dan pegawai negeri. Namun dibawah kepemimpinan Semaoen, pendukung SI didominasi oleh kaum buruh dan rakyat kecil. Pergantian pengurus ini adalah wujud pertama dari perubahan gerakan SI Semarang dari gerakan kelas menengah menjadi gerakan proletariat.

SI Semarang menjadi sangat radikal dibawah kepemimpinan Semaoen yang revolusioner. Berbagai aksi pemogokan buruh yang dimotori Semaoen semakin lama semakin memojokkan posisi Tjokroaminoto dan mengundang reaksi keras dari Tjokroaminoto sebagai hoofdbeestuur SI. Tjokroaminoto merasa terancam eksistensinya karena semakin menguatnya eksistensi Semaoen dalam mengorganisir buruh sebagai kekuatan bumiputera untuk berjuang melawan kapitalisme belanda.

Perselisihan semakin memanas saat Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB) sebagai federasi yang bernaung dibawah kendali Central Sarekat Islam (CSI) yang semula terpusat di Semarang, ditarik ke Yogyakarta oleh Agoes Salim dan Surjopranoto akibat kegagalan pemogokan menjelang tahun 1920. Penarikan PPKB dari Semarang ke Yogyakarta menandai pula dicabutnya dukungan Tjokroaminoto sebagai pemimpin besar CSI terhadap pola pergerakan buruh yang dilakukan Semaoen, karena menurut CSI, kepemimpinan Semaoen dalam PPKB telah mengalami kegagalan.

Penarikan PPKB ke Yogyakarta yang saat itu dipimpinnya membuat Semaoen terpukul. Akibat perselisihan ini membuat SI terkotak menjadi dua kubu yaitu kubu SI Semarang yang dipelopori Semaoen dan Darsono, sedangkan kubu SI Yogyakarta dipelopori Tjokroaminoto, Agoes salim dan Surjopranoto. Akhirnya pada tahun 1921, masing-masing kubu saling menunjukkan eksistensinya dalam mengusung gerakan buruh untuk melawan kapitalisme dan kolonialisme Belanda, SI Semarang dengan ideologi komunis, sedangkan SI Yogyakarta dengan ideologi Islam.

SI dibawah kepemimpinan Tjokroaminoto pada dasarnya tidak menolak Sosialis-Komunis. Bahkan dalam kongres CSI di Batavia, Tjokroaminoto mengatakan: "... Yang kita inginkan adalah: sama rasa, terlepas dari perbedaan agama. CSI ingin mengangkat persamaan semua ras di Hindia sedemikian rupa sehingga mencapai (tahap) pemerintahannya sendiri. CSI menentang KAPITALISME. CSI tidak mentolerir dominasi manusia terhadap manusia lainnya." Inilah yang memungkinkan SI menjadi lahan subur bagi ISDV untuk menyemai benih haluan Sosialis-Komunis. (Halaman 41).

Agar bisa masuk ke tubuh SI, Sneevliet memakai cara infiltrasi yang dikenal dengan nama "Strategi Blok Dalam". Dalam cara ini, anggota ISDV dijadikan anggota SI dan begitu juga sebaliknya. Taktik ini jauh lebih menguntungkan karena ISDV berhasil menanamkan pengaruh yang kuat didalam tubuh SI. Dengan cepat haluan komunis menjangkiti beberapa tokoh muda, seperti Semaoen dan Darsono SI Cabang Semarang, Alimin dan Musso di SI Cabang Batavia, dan Haji Misbah di SI Cabang Surakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun