Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tarekat Puisi Bulu Kuduk

23 Maret 2019   13:08 Diperbarui: 23 Maret 2019   13:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Illustrated by Yograph.com)

Seorang pemuisi yang "berumah dan beranak pinak dalam timbunan sajak"seperti diungkapkan Chairil Anwar, akhirnya akan tiba pada pertanyaan mendasar: PUISI INI SEBENARNYA APA?_ Jakob Sumardjo_  

Dunia perpuisian Indonesia pernah melahirkan pemuisi terkenal seperti Chairil Anwar, Amir Hamzah, dan lainnya. Hilang pemuisi yang satu karena dimakan usia, meninggal atau sebab lainnya maka bermunculan para pemuisi lainnya. Para pemuisi ini ada yang memiliki gaya dan ciri khas tersendiri, ada juga yang hampir sama dengan pemuisi sebelumnya.

Di antara pemuisi Indonesia terkenal setelah era Chairil Anwar dan kawan-kawan adalah Acep Zamzam Noor (AZN) telah berusia 69 tahun yang memilih berpuisi sebagai medan perjuangan di jagad sastra Indonesia sama seperti D Zawawi Imron, Sapardi Djoko Damono, A. Mustofa Bisri, Joko Pinurbo untuk menyebut beberapa nama.

Kini di kampungnya, Tasikmalaya mendirikan komunitas sastra yang mengajari kaum muda memasuki dunia puisi untuk beri kontribusi kepada kebudayaan, sosial dan pendidikan masyarakat.      

Tentang Acep Zamzam Noor 

Tasikmalaya adalah tempat lahir Acep Zamzam Noor bertanggal 28 Februa1960. Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya tempat ia menghabiskan masa kecil dan remaja. Selesai dari Cipasung melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di Pondok Pesantren As-Syafi'iyah, Jakarta dan selesai tahun 1980.

Bangku kuliah  (S 1) di dudukinnya di Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) dari tahun 1980-1987. Dari tahun 1991-1993 memperoleh fellowship dari Pemerintah Italia untuk tinggal dan berkarya di Perugia.

Disamping itu juga pernah mengikuti workshop seni rupa di Manila, Filipina tahun 1986 dan workshop seni grafis di Utrecht, Belanda tahun 1996. Winternatchen Poetry International di Den Haag, Belanda tahun 2004. Ubud Writers & Readers Festival di Bali tahun 2006.

Karya puisi Acep Zamzam Noor tersebar di berbagai media massa dan majalah untuk menyebut beberapa nama Majalah Sastra Horison, Jurnal Kebudayaan, Jurnal Puisi Melayu Perisa dan Dewan Sastra (Malaysia), Jurnal Puisi, Jurnal Ulumul Qur'an.

Puisi yang telah dibukukan antara lain, Di Atas Umbria (Indonesia Tera, 1999), Dongeng dari Negeri Sembako (Aksara Indonesia, 2001), Menjadi Penyair Lagi (Pustaka Azan, 2007) serta sebuah kumpulan puisi Sunda Dayeuh Matapoe (Geger Sunten, 1993) yang menjadi nominator Hadiah Rancage 1994, Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak IV (Gramedia, 1987).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun