Mohon tunggu...
Fakhraen Fasya
Fakhraen Fasya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota - UNIVERSITAS JEMBER

Seorang mahaswa dengan antusiasme ilmu perencanaan. Mendalami ilmu analisa spasial berbasis GIS.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lokasi dan Bahan Baku, Potensi Industri di Kepulauan Riau

22 Maret 2021   20:52 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:31 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam dunia industri, tidak hanya sumber bahan baku saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi. Secara logika bahan baku yang melimpah tidak akan ada gunanya jika tidak ada pengolahnya atau tempat untuk menjual. Hal ini lah yang penyebab mengapa ketika kita membicarakan pertanian inustrial, kita harus mengkaji dari hulu ke hilir. Maskud hulu disini adalah lokasi produsen atau sumber produksi atau sumber bahan baku dan hilir adalah konsumen atau pasar untuk industri tersebut.

Jika kita berbicara tentang mengkaji pertanian industrial dari segi lokasi. Kepulauan Riau merupakan salah satu studi kasus yang menarik untuk dikaji. Sebagai provinsi yang hanya memiliki 4% daratan dan 96%, tidak dapat diragukan kalau daerah ini memiliki potensi besar dibidang maritim. Potensi bahari yang dimiliki Kepulauan Riau tidak habis disitu. Secara hulu kepulauan Riau memiliki sumber bahan baku yang berlimpah. Dan dilain sisi, mempunyai keunggulan dibidang lokasi. Lokasi yang strategis ini didorong oleh pemerintah daerah untuk dengan membangun kemampuan aksesibilitas dan distribusi, hingga mempermudah investor untuk menanm modal disini.

Potensi ini dapat kita lihat jelas di beberapa daerah di Kepulauan Riau seperti Kota Batam, Kota Tanjungpinang, dan Kabupaten Bintan. Kota kota ini mendapatkan dampak sangat besar dikarenakan lokasinya. Salah satu faktor yang sangat dipengaruhi oleh potensi kota batam sendiri yang sudah sering sekali didengar sebagai pusat klaster industri dan merupakan salah satu kota yang paling strategis. Brand "Singapura" memiliki dampak yang sangat besar dengan kawasan sekitarnya. 

Teori Hotelling menjelaskan tentang persamaan jenis kegiatan ekonomi yang saling berdekatan dengan daya saing yang sehat. Contoh sederhana adalah fenomena minimarket yang sering berlokasi berdekatan. Selain itu secara geografis berbatasan dengan Selat Malaka, yang merupakan jalur pelayaran global sibuk. Efek yang diberikan oleh suatu magnet aktivitas akan berdampak kepada ruang disekitarnya. Dalam kasus ini, kepualaun riau, lebih tepatnya daerah daerah yang paling dekat dengan negara Singapura adalah Kota Batam, Kabupaten Bintan, dan Kota Tanjungpinang Dari tiga "Garis depan" yang disebutkan tadi, kota Batam lah yang terletak paling dekat dengan negara Singapura yaitu hanya sebesar 13 km.

Komitmen pemerintah dalam mendukung potensi ini dapat dilihat dari kebijakan pemerintah mengenai penetapan FTZ :

  • Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2019.
  • Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2017.
  • Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2017.

Maksudnya perdagangan bebas atau Free Trade Zone (FTZ) adalah FTZ kebijakan berupa fasilitas untuk membebaskan kawasan dari beberapa aturan adat, termasuk pajak dan retribusi. Berdasarkan kebijakan tersebut, dapat dikatakan Kota Tanjungpinang memiliki potensi besar untuk ditingkatkan sebagai lokasi pertanian industrial. Namun potensi ini masih belum dilirik oleh banyak investor. Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan investor lebih memilih investasi di Kota Batam. Namun bukan berarti tidak ada harpaan untuk Kota Tanjungpinang. Karena sejatinya FTZ merupakan keuntungan skala nasional. Kota Batam tidak bisa menjadi satu satunya tempat strategis di Kepulauan Riau. Tentunya daya tampung Kota Batam sendiri akan ada batasnya. Hanya masalah waktu sampai invetor menyadari Kota Tanjungpinang juga bagus untuk pertanian industrial

Dengan banyak nya potensi tersebut, Kepulauan Riau akan dapat dengan mudah berkembang sebagai kawasan industrial. Lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku dan kemampuan aksesibilitas menuju pasar yang lebih luas merupakan lokasi yang ideal untuk lokasi industri. Permasalahan saat ini yang dihadapi oleh sektor industri di Kepulauan Riau adalah ketergantungan bahan baku dari luar negeri. Kemampuan ekonomi daerah untuk mengelola bahan baku sendiri serta menciptakan komitmen kerja sama dengan industri di sana dapat dikatakan masih kurang. Hal ini menyebabkan bahan baku industri masih di dapatkan dari luar negeri seperti China.

Jika dengan bahan baku dari China saja kemampuan industri di Kepulauan Riau sangatlah kuat, apalagi jika bahan baku tersebut dapat di kelola dan berasal dari masyarakat lokal sendiri. Tentunya hal ini akan meningkatkan membantu mensejahterakan masayarkat lokal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun