Mohon tunggu...
Fajar Mahdi
Fajar Mahdi Mohon Tunggu... Psikolog - typing.......

nulis ini, nulis itu, nulis semuanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suronan ala Anies

4 Agustus 2022   08:49 Diperbarui: 4 Agustus 2022   08:59 6032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin, calon presiden kita Anies Baswedan punya hajat besar. Ia menikahkan putri cantiknya dengan pria bernama Ali Saleh Alhuraiby. Dari namanya saja, kita tahu mantu Anies ini bukan orang Jawa. Dia masih satu nasab dengan Anies. Sama-sama keturunan Arab.

Pesta pernikahan anak Anies digelar mewah di salah satu resort di Ancol. Tamu-tamu besar hadir. Mulai presiden, para gubernur, menteri, elit politik sampai para habaib. Meriah lah pokoknya.

Resepsi digelar selama beberapa hari. Tamu yang datang juga dibagi sesuai klasifikasi. Mereka foto dengan Anies dan mempelai, yang tampil gagah dan cantik dengan pakaian adat Jawa.

Pemilihan tema Jawa dalam pesta pernikahan itu tentu bukan asal-asalan. Sebagai calon presiden, Anies tentu ingin merebut hati wong Jowo, penduduk mayoritas di Indonesia. Siapa tahu, nanti masyarakat Jawa suka padanya. Makanya saat pesta itu, Anies pakai beskap dan berblangkon. Meski ia, keluarganya dan menantunya adalah keturunan Arab. Ia tak pakai jubah atau surban. Politik itu penuh dengan simbol, kawan!.

Tapi...eeeh ada tapinya...

Anies melakukan blunder besar. Acara pernikahan anaknya itu, yang dibalut dengan tradisi Jawa itu, justru bisa menjadi pukulan telak buat Anies. Anies akan dicap sebagai orang yang tak menghargai tradisi nusantara. Khususnya tradisi Jawa.

Lho...lho..lho...sebentar. Apa yang salah? Apa pakaian yang dikenakan Anies dan lainnya tak sesuai dengan adat Jawa? Apa rangkaian acaranya menyimpang dari tradisi Jawa?

Bukan itu kawan.

Blunder Anies adalah, ia menggelar pesta pernikahan di waktu yang tidak tepat.

Anies menggelar pesta pernikahan anaknya itu tepat di tanggal 30 Juli. Hari itu bukan sembarang hari. Itu adalah hari dimulainya bulan baru pada penanggalan Jawa. Orang menyebutnya bulan Suro. Bulan yang oleh masyarakat Jawa diyakini sebagai bulan wingit. Bulan sakral yang memiliki banyak pantangan.

Salah satu pantangan yang terkenal adalah pantangan menggelar acara pernikahan atau pesta pernikahan. Karena orang Jawa meyakini, menikah di bulan Suro hanya akan menimbulkan kesialan. Bisa terjadi perceraian, rejeki seret hingga kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun