Mohon tunggu...
Kebijakan

Api Kecil

8 September 2018   01:36 Diperbarui: 8 September 2018   01:48 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Api yang besar besumber dari percikan api kecil yang tidak berhasil dipadamkan. Sejarah berbicara pada abad 17 & 18 masehi dunia digoncangkan dengan banyak paham ideologi. Perang pemahaman kemudian berlanjut menjadi perang fisik. Revolusi terjadi di berbagai belahan dunia. 

Banyak kerajaan, imperium, ataupun kesultanan tumbang dan sebagian kerajaan tersebut bertransformasi menjadi kerajaan konstitusional alias tidak memiliki kekuasaan absolut. Eropa menjadi titik awal perpecahan hingga merambah ke seluruh penjuru dunia. Perang dunia pertama dan kedua menjadi saksi pertentangan dan persekutuan antara ideologi yang berbeda dan pada akhirnya melahirkan pemenang dan pecundang.

Pemenang akan selalu medapatkan keuntungan dari kancah peperangan yang dijalani, berapa banyak sumber daya alam melimpah yang berhasil di eksploitasi, begitu juga sumber daya manusia yang meningkat menjadi bertambah piawai yang dapat melahirkan jumawa dalam jiwa. Begitupula sebaliknya pihak yang kalah akan menjadi pecundang dan dapat melahirkan mental budak, pihak yang kalah sangat mudah untuk diatur dicerai beraikan, sangat rentan tali ikatan mereka pupus dimakan angin interpretasi yang beragam.

Banyak faktor yang menyebabkan kemenangan dan kekalahan, pihak yang kalah dan terjajah terkadang memang memiliki kesempatan untuk menang, hanya saja dari sisi ideologi mereka yang kalah adalah orang yang lemah, ideologi yang mereka pegang sangat mudah terkontaminasi yang akhirnya ideologi tersebut tidaklah lagi murni, yang kemudian melahirkan perpecahan diantara para pengikut sampai berakhir kisah mereka dalam sejarah berupa kekalahan.

Perpecahan dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, pihak penjajah bisa saja memasukkan para pribumi berwajah dua, yang kakinya sebelah kiri menginjak di tanah bumi pertiwi dan kaki sebelahnya menginjak permadani bercorak biru ataupun merah bulat diantara kain putih. 

Faktor internal bersumber dari ketidakmatangan ideologi yang di anut sehingga berbagai macam interpretasi ditafsirkan yang melahirkan perdebatan dan pertentangan atau juga  ketamakan individual para pelopornya berupa tahta ataupun kepuasan berbicara dipodium untuk didengarkan.

Menang dan kalah adalah hasil dari sebuah proses dari pergulatan, baik panjang ataupun pendek dari segi waktu. Kemenangan besar biasanya dipersiapkan matang jauh hari, bisa saja yang menikmati kemenangan bukan generasi saat ini, tapi generasi 100 tahun akan datanglah yang akan menikmatinya. Mempertahankan kemenangan merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan, intervensi dari dalam dan dari luar datang menyerang bertubi-tubi, dibutuhkan ideology yang tepat kalau perlu baru untuk mempertahankan kemenangan tersebut.

Liberalisme alias pemahaman kebebasan mulai digaungkan untuk menciptakan kepercayaan masyrakat bahwa segala sesuatu yang dilakukan sah, inilah salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kemenangan dan sekaligus menyerang lebih jauh negeri yang telah merdeka secara semu. Ibarat pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlewati. 

Menyerang pemahaman negeri lain dengan menciptakan api kecil diantara mereka yang apabila tidak dapat dipadamkan, maka api itu akan membesar dan membesar sehingga tercipta kebakaran besar yang berakibat runtuhnya sebuah Negara.

Liberalisme masuk ke berbagai lini pemahaman, dari sisi agama dikenal islam liberal, dari sisi partai politik dikenal partai liberal. Yang diterikakkan adalah kebebasan tanpa batas, seperti contoh kebebasan berpendapat di muka umum ataupun media, kebebasan berhubungan ranjang baik sesama jenis maupun berbeda jenis dan lain sebagainya tanpa terikat hubungan agama maupun adat istiadat.

Gayung bersambut dari paham Liberalisme, Nasionalisme juga diteriakkan, "Aku adalah barat dan kau adalah timur, aku berwarna merah putih dan engkau berwarna hijau, diantara kita ada perbedaan warna passport, ini adalah tanah tempat lahirku serta leluhurku, sedangkan kau adalah pendatang kemarin pagi" berbagai macam bahasa diungkapkan demi mendukung semangat Nasionalisme, berbagai macam lomba dipertarungkan dengan masing-masingnya membawa nama dan bendera Negara. Terpupuk suburlah rasa nasionalisme dalam dada para rakyat ketika sang atlit membawa medali serta mengibarkan bendera di atas panggung kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun