Mohon tunggu...
Faiz Romzi Ahmad
Faiz Romzi Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam di Banten

Menulis adalah tanda bahwa kau pernah hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan tentang Menes, Sentra Pendidikan di Pandeglang

25 Februari 2019   02:38 Diperbarui: 25 Februari 2019   04:09 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santriwati MA Malnu Pusat Menes/ma-mathlaul-anwar-linahdlatil-ulama-malnu-pusat.business.site

Jika ditinjau dari sudut histori, Menes mempunyai segudang nilai, dari zaman megalitikum sampai kolonial jejak-jejaknya masih terdapat disini, menjadi konsumsi bagi sejarawan dan khalayak umum lainnya.

Kali ini saya akan berusaha sedikit mengupas bagaimana perkembangan lembaga pendidikan di Menes dari zaman kolonial hingga sekarang.


Awal Mula Lembaga Pendidikan Formal (1887 - 1916)

Kita menarik waktu ke tahun 1887 M saat ditetapkan sebagai ibukota afdeeling Caringin paska meletusnya Gunung Krakatau 1883 M, Menes menjadi tempat penting, tempat tinggal para pejabat pribumi, seperti patih, wedana, penghulu, asisten wedana, dan juru tulis. Perkembangan populasi penduduk Menes meningkat, oleh karena itu maka kemudian dibangun sekolah pribumi.

Dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Banten, pendidikan di Menes mengalami dinamika yang signifikan. Antusias, kesadaran, dan minat inlander untuk mengenyam pendidikan sangatlah tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat di Menes relatif tinggi terhadap pendidikan.
Lalu pendirian HIS Menes pada tahun 1915, Schakelschool di Menes pada tahun 1930, Sekolah Desa di Cening yang turut memberi peran terhadap partisipasi pendidikan di Menes.

Saya kutip dari buku Mathlaul Anwar dan Tantangan Modernitas bahwa ada dua faktor yang menyebutkan mengapa kawedanan Menes tingkat partisipasi pendidikannya lebih tinggi dibanding kawedanan lain.

Pertama, lembaga pengajaran ala Belanda memilik sejarah yang relatif tua di Menes. Di laporkan bahwa sekolah ala Belanda pertama sudah dibangun di Menes sedini 1875.

Kedua, pembaharuan sistem pengajaran dilembaga pendidikan Islam tradisional, Pesantren dan Madrasah, dua lembaga yang paling berpengaruh terhadap cara pandang dan referensi nilai masyarakat Banten, mengikuti sistem dan pola pengajaran ala Belanda, yang dilakukan oleh para Kyai pendiri Mathlaul Anwar, seperti KH. Entol Yasin, Entol Jasudin, KH Mas Abdurrahman telah berhasil secara bertahap menghilangkan keraguan dan resistensi masyarakat terhadap sistem dan lembaga pengajaran Belanda.


Seperti yang dibahas diatas bahwa sekolah untuk pribumi yang dibangun Belanda mengalami perkembangan yang pesat, karena tingkat partisipasi pendidikan masyarakat yang tinggi. 

Selain daripada itu, pendidikan tradisional berbasis pesantren dan madrasah pun demikian, Kyai-kyai lokal menyediakan sarana bagi pribumi untuk belajar memperdalam agama agar terbebas dari jurang kebodohan dan terlepas dari belenggu penjajahan.

Baik lulusan sekolah pribumi, pesantren, dan madrasah banyak dari mereka yang melakukan revolusi besar bagi tatanan sosio-kultural di Menes. Salah satunya adalah KH Entol Yasin yang mana beliau adalah selain lulusan HIS juga seorang santri yang domisili di Kananga, Menes. Kelak beliau lah salah satu tokoh inti dalam pendirian Mathlaul Anwar di Menes pada tahun 1916, rahim lembaga pendidikan formal yang kini menjamur di Menes.


Perkembangan Lembaga Pendidikan Formal (1916 - Sekarang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun