Tahun 2023 yang dikatakan perekonomian global akan mengalami resesi, berdasarkan hasil studi bank dunia. Resesi adalah kondisi perputaran ekonomi suatu negara yang melambat atau memburuk. Faktor utama yang menyebakan terjadinya resesi yaitu jika pertumbuhan ekonomi suatu negara yang berlangsung secara negatif selama 2 kuartal berturut beruturut dan juga pengaruh dari kebijakan bank sentral.
      Sinyal pelemahan ekonomi global mulai tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) global yang melambat di level kontraksi 48,8 di bulan November 2022 dari 49,9 pada bulan sebelumnya. Selain itu, banyak negara yang secara teknis sudah mencapai level kontraksi sejak Juli 2022. Beberapa negara di dunia yang indeks PMI-nya masih terkontraksi di bulan November, seperti China (49,4), Inggris (46,5), Amerika Serikat (47,7), Jepang ( 49) dan Jerman (46, 2). Meskipun tekanan dari sisi harga berangsur-angsur berkurang, namun memburuknya aktivitas industri global juga antara lain disebabkan oleh melemahnya indeks manufaktur dan kekhawatiran sektor industri terhadap prospek perekonomian ke depan.
      Ketika perekonomian dunia mengalami penurunan,akibat gejolak ekonomi global. Perekonomian Indonesia dapat bertahan karena meiliki prospek yang bagus. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Indonesia memprediksi Indonesia akan tetap kuat pada tahun 2023 perumbuhan ekonomi yang tetap pada angka sekitar 4,5%-5,3%, dan terus meningkat menjadi 4,7%-5,5% pada tahun 2024 hal ini disebabkan karena Konsumsi swasta, investasi dan perkembangan ekspor menopang pertumbuhan ekonomi global. Untuk mengantisipasi penurunan perekonomian yang terjadi, Bank Sentral mengambil langkah demi menjaga kestabilan perekonomian.
      Bank Sentral memiliki strategi untuk mencegah penurunan perekonomian yaitu Bank Sental 4.0, dimana strategi tersebut mendorong inovasi ekonomi digital dan Bank Indonseia memberikan pembiayaan yang bertujuan untuk memperkuat daya saing di pasar global dan untuk kepentingan nasional yaitu mengurangi kesenjangan sosial. Kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia memfokuskan untuk menjaga stabilitas. Rencana pada tahun 2023, kebijakan moneter Bank Indonesia fokus untuk menjaga kestabilkan nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi agar mencapai target sasarannya lebih cepat, sebagai  upaya untuk meminimalisir dampak efek samping dari ketidakstabilan perekonomian di seluruh dunia.
      Pemerintah harus terus menjaga dan menopang laju pertumbuhan ekonomi nasional dengan mempercepat transformasi ekonomi digital. Ekonomi digital Indonesia senilai US$77 miliar pada tahun 2022 diperkirakan akan tumbuh menjadi US$146 miliar pada tahun 2025.
      Presiden Joko Widodo memeberikan arahan agar devisa hasil ekspor disimpan lebih dahulu di dalam negeri guna memperkuat cadangan devisa, karena kinerja ekspor yang bernialai positif dalam 30 bulan beruntun memeberikan dampak surplusnya neraca yang mempertebal cadangan devisa di dalam negeri.
      Presiden Jokowi juga memerintahkan untuk meningkatkan cadangan nasional dengan menjaga dan memonitor semua komoditas seperti bahan pokok masyarakat berupa cabai, beras, bawang merah, bawang putih,  daging sapi atau lembu, telur, ayam, minyak goreng, gula  dan cabai rawit. Presiden Jokowi juga memberikan fasilitas pinjaman kepada Perum Bulog atau Persero dengan tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga pasar.
      Indonesia dapat diprediksi akan aman dalam menghadapi ancaman resesi yang akan terjadi pada tahun 2023, karena Indonesia memiliki pasar ekonomi yang besar yang dapat dikapitalisasi sehingga dapat menjadi aset besar agar tidak terdampak dalam resesi global dan persiapan Indonesia dalam mengatasi dampak dari penurunan perekonomian global, selain itu Indonesia juga dapat mengendalikan nilai inflasi dan memiliki berbagai prospek yang bagus dalam mengendalikan perekonomian negara.
FAKULTAS EKONOMI
EKONOMI PEMBANGUNAN 2022
K-5 EP