Bila dulu orang-orang mendapat kabar berita melalui surat kabar yang menyajikan sebuah tulisan kejadian yang terjadi kemarin atau beberapa waktu sebelumnya. Namun sekarang dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin cepat dan pesat, kita bisa tahu sebuah kejadian yang baru saja terjadi beberapa saat yang lalu.Â
Tak butuh waktu lama bagi sebagian besar orang untuk beradaptasi denganya, terutama Generasi Milleneal yang sedari kecil dengan mudahnya mendapat akses untuk teknologi baru tersebut.Â
Kini semua orang dapat mengakses kabar berita terbaru dan ter-update kapan saja dan dimana saja dalam bentuk tulisan, audio, maupun visual dengan berbagai platform.Â
Bahkan kini muncul sebuah konsep baru yang bertajuk Citizen Journalism memungkinkan semua orang dapat membuat dan menyampaikan berita, tak harus dari kalangan Jurnalis. Namun sayangnya perkembangan teknologi dan konsep baru aktivitas jurnalistik  tersebut bukannya tidak dibarengi dengan dampak negatif.
Ini adalah beberapa Tips dari The Washington Post bisa menjadi acuan.  Yang pertama adalah  banyak orang sebenarnya tidak membaca konten yang mereka bagikan. Mereka hanya membaca judulnya.Â
Untuk mencegah menjadi penyebar hoax, hilangkanlah kebiasaan membagikan konten tanpa membaca isinya secara menyeluruh. Selain itu, orang sering tidak mempertimbangkan legitimasi sumber berita.Â
Situs berita hoax bisa muncul tiap saat, tetapi kita sebenarnya bisa menghindari jebakannya dengan bersikap lebih hati-hati melihat sebuah situs. Sikap hati-hati ini juga berlaku bagi narasumber yang mereka kutip, minimal dengan mencari referensi lanjutan di Google atau situs lain yang sudah terpercaya.Â
Lalu, orang cenderung mudah terkena bias konfirmasi orang punya kecenderungan untuk menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi diri atau kelompoknya. Hal ini membuat kita rentan membagikan konten yang sesuai dengan pandangan kita, sekalipun konten tersebut hoax.
Selain itu menurut Ketua Masyarakat Anti Hoax, ada beberapa tindakan sederhana yang dapat kita lakukan agar tidak ikutan menyebarkan hoax diantaranya adalah, pertama hati-hati dengan judul provokatif.Â
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat berita palsu itu. Kemudian, cermati alamat situs dari informasi yang diperoleh dari website, cermatilah alamat URL.Â
Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.Â