Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Makanan Sebagai Input, Bayangkan Outputnya?

12 Oktober 2017   13:37 Diperbarui: 3 November 2017   01:02 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: food.gov.uk

Indonesia bisa dikatakan negara yang penduduknya mayoritas  sebagai pemeluk agama Islam.  80% dari 3 ratus jutaan penduduk  Ini bukan merupakan jumlah yang sedikit  terlebih lagi penduduk di Indonesia yang pastinya akan terus bertambah setiap tahunnya.  

Banyaknya angka  jumlah penduduk , pastilah  akan diikuti seiring dengan bertambahnya  kebutuhan setiap individu , khususnya kebutuhan pokok selain sandang dan papan yaitu berupa kebutuhan pangan.  Produksi bahan makanan sudah pasti  akan terus berlangsung  tanpa jeda,  karena sudah pasti bahwa makanan  merupakan bagian paling penting bagi manusia yang masih ingin menyambung nafasnya, kira-kira begitulah kiasannya. 

Bahkan, makanan  yang kita konsumsi  juga barang tentu akan  turut  mempengaruhi  kualitas diri kita sebagai  manusia,  baik dari pandangan jasmaniah  maupun  harapan rohaniah. Tidak muluk-muluk bahwa  Harapan kita juga pasti menginginkan  lahirnya SDM yang unggul di berbagai bidang.

Belakangan  ini terdengar di telinga saya  berbagai kabar  tentang keraguan masyarakat  dalam memilih  makanan olahan yang dijual dipasaran.  Tidak sedikit dari konsumen yang jeli dalam memilih produk  masih ragu untuk menentukan  makanan yang akan dibeli. 

Penyebabnya tidak lain adalah kurangnya pengetahuan konsumen tentang bahan baku dari makanan yang akan dibeli tersebut, apalagi produk makanan kemasan yang tidak memiliki label keterangan bahan.  Ini adalah hal yang  wajar jika konsumen  kesulitan dalam menentukan pilihan dalam memilih produk  makanan yang aman dan halal untuk dikonsumsi.

berkembang zaman, maka berkembanglah  ilmu pengetahuan manusia  termasuk  perkembangan cara mengolah bahan  pangan yang semakin bervariasi.  Di pusat perbelanjaan saja sudah  bisa kita temukan banyaknya  produk makanan olahan, baik makanan pabrikan lokal maupun impor  juga tidak terlepas dari  makanan tradisional. Nyatanya kita kurang mengetahui  proses lahirnya  makanan olahan yang dibuat dari berbagai macam unsur kandungan yang kita sama sekali tidak mengetahui apakah makanan tersebut terjamin kehalalanya.

Halal adalah syarat resmi bagi seorang muslim dalam memilih makanan untuk dikonsumsi.  Sebagian masyarakat  hanya mengira bahwa makanan yang enak saja  sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan perutnya . nyatanya,  makanan yang baik dan enak  itu saja  tidak akan menambah kebaikan jika  faktor halal tidak ada.

Di Negara kita,  kehalalan produk makanan ditangani oleh  Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal ( BPJPH) .  Lembaga kementrian agama republik Indonesia  ini merupakan sebagian dari  upaya pemerintah untuk melindungi  hak konsumen di  Indonesia yang mayoritas  memeluk agama islam.

Produsen  makanan juga mulai menyadari bahwasanya faktor  halal sudah  menjadi  tuntunan dan tuntutan  pasar saat ini, sehingga mereka mendaftarkan produk mereka untuk mendapatkan  sertifikat halal dari BPJPH .

Persoalannya, tidak semua produsen setuju akan diterapkannya kewajiban sertifikasi halal.  juga banyak sekali tempat makan seperti  toko kue yang belum  jelas status kehalalannya. Kita sebagai konsumen  berhak mengetahui  bahan kandungan makanan yang kita beli apakah halal atau tidak. Tentunya kita harus lebih selektif dalam menentukan pilihan, ya sudah pasti dengan  membeli yang jelas kehalalannya . 

Untuk memudahkan masyarakat dalam memilih produk yang halal, BPJPH  mengeluarkan  panduan produk halal yang bisa diunduh melalui internet oleh siapa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun