Mohon tunggu...
Faisal Sabudu
Faisal Sabudu Mohon Tunggu... Wartawan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mujiono Sang Petarung Hidup

13 Oktober 2017   22:31 Diperbarui: 13 Oktober 2017   22:48 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang petani nilam di desa Ondo-ondolu 1 Kecamatan Batui bernama Mujiono terpaksa membawa beberapa kilogram nilam dari kebunnya menuju ke tampat penjualan nilam. Mujiono yang merupakan warga desa Ondo-ondolu 1 membawa nilam tersebut dengan mamakai bahunya yang sudah tak kuat lagi untuk menahan beban nilam yang beratnya mencapai 58 kg dan ia harus berjalan dari lahan nilamnya untuk menuju ke tempat penjualan yang jauhnya 5 kilo meter.

Selain menempuh perjalanan yang jaraknya lima kilo meter, Mujiono juga menyeberangi beberapa anak sungai dan melewati gungung kecil untuk bisa menuju ke tempat penjualan tersebut, apalagi dengan kondisi fisiknya yang sudah tak kuat lagi berjalan Mujiono yang telah berumur 78 tahun ini terpaksa memikul nilam yang beratnya tak bisa disanggupi oleh pria yang sudah berusia lanjut.

Selain beban yang ia emban, Mujiono yang tak bisa berbahasa Indonesia ini sangat berupaya untuk mendapatkan hasil yang memadai untuk menghidupi istrinya yang sudah tidak berdaya, apalagi harga nilam perkilonya adalah Rp.1.500 jika sudah kering.

Paimin yang merupakan tetangga Mujiono mengakui, "Mujiono berangkat masih pagi untuk pergi ke lahannya dan ia selalu berjalan kaki. Istrinya sudah tidak bisa lagi berjalan karenanya ia terpaksa untuk ke kebun demi memberikan nafkah pada istrinya. Disetiap kepulangannya dari kebun, Mujiono sesekali membawa nilam dan menjualnya untuk membeli beras dan lauk untuk mereka berdua. Namun mereka yang mempunyai satu orang anak ini, tak lagi dihiraukan oleh anaknya yang kini berada di kota Poso.

Lahan sebagai tempat Mujiono menanam nilam adalah lahan desa Honbola yang dipinjamkan oleh Pemerintah Desa Honbola untuk ditanami nilam oleh Mujiono pada tahun 2011 hingga sekarang. Namun Mujiono selalu sedih ketika harga nilam di Ondo-ondolu semakin menurun dan dalam waktu tiga hari ia pergi pulang ke kebun untuk memanen nilam serta menjual nilam tersebut kepada penadah nilam yang ada di SPB Desa Ondo-ondolu 1.

 Mujiono melalui tetangganya berharap kepada Pemerintah agar bisa menaikan sedikit harga nilam karena jika tidak maka ia dan istrinya tidak bisa lagi makan" ujar Paimin petang itu. (Isal Obor)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun