Mohon tunggu...
Javierra
Javierra Mohon Tunggu... Penulis

Hobi mengeksplorasi tempat-tempat baru dan memotretnya sehingga dapat dikenang dan menjadikan inspirasi dikemudian hari Contact person: 0882-6824-8115 (Fairuz), 0895-6201-44943 ( Nasrun)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI: Teman atau Lawan? Pembantu Pekerjaan atau Pengambil Lapangan Kerja?

27 April 2025   22:00 Diperbarui: 27 April 2025   22:00 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.pexels.com/photos/6153354/pexels-photo-6153354.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&w=400

Oleh: Fairuz Javier Athallah

AI: Teman atau Lawan? Pembantu Pekerjaan atau Pengambil Lapangan Kerja?

Perdebatan mengenai kehadiran Artificial Intelligence (AI) kini memasuki babak yang jauh lebih personal dan sosial. Bukan lagi soal algoritma atau jaringan neural, tapi tentang satu hal yang sangat manusiawi: pekerjaan. Di satu sisi, AI dianggap sebagai asisten yang mampu meringankan beban kerja manusia. Namun di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa teknologi ini justru mengambil alih peran manusia secara perlahan, bahkan permanen.

Ketika Mesin Mulai Bekerja Seperti Manusia

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan AI tak hanya mengubah industri teknologi, tetapi juga menjalar ke sektor pelayanan, pendidikan, bahkan jurnalistik. AI kini dapat menulis artikel, membuat karya seni, mendiagnosis penyakit, hingga memprediksi cuaca dengan akurasi tinggi.

Namun yang menggelisahkan, kemampuan itu perlahan mulai menggeser peran profesional. Contoh sederhana: chatbot menggantikan customer service, algoritma analisis data menggantikan analis junior, bahkan robot otomatis di pabrik membuat operator manusia semakin tak dibutuhkan.

Efisiensi atau Eksklusi?

Bagi korporasi, AI adalah jalan menuju efisiensi biaya. Tak ada cuti, tak ada keluhan, dan bisa bekerja 24 jam. Tapi bagi pekerja, efisiensi ini bisa berarti eksklusi---dikeluarkan dari sistem kerja karena tergantikan oleh sistem yang lebih "pintar".

Dunia kerja kini menghadapi paradoks: semakin canggih alat bantu, semakin besar ancaman terhadap keberadaan manusianya. Bagaimana kita memastikan bahwa kecanggihan ini benar-benar bersifat inklusif, bukan eksklusif?

https://images.pexels.com/photos/8438923/pexels-photo-8438923.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&w=400
https://images.pexels.com/photos/8438923/pexels-photo-8438923.jpeg?auto=compress&cs=tinysrgb&w=400

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun