Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membumikan Santri Pribumi

21 Oktober 2017   13:57 Diperbarui: 21 Oktober 2017   14:50 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar keramaian penggunaan kata "pribumi" dan juga menjelang perayaan hari santri nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober, saya terinspirasi untuk menulis sebuah essay yang menggabungkan 2 kata tersebut yaitu santri dan pribumi. Santri pribumi bagi saya bermakna santri yang harus kembali ke masyarakatnya tatkala telah menyelesaikan pendidikan di pesantren. Berkarya dan membimbing masyarakat guna mempraktekkan ajaran islam dengan baik dan benar sesuai tuntunan para ulama salafussholeh. 

Pendidikan dan pengajaran yang diberikan di pesantren menjadi bekal mereka tatkala berkiprah di masyarakat. Coba anda perhatikan berapa juta lulusan pesantren yang berkiprah di masyarakat yang memiliki peran strategis dan membangun masyarakatnya menjadi masyarakat yang memiliki pengetahuan agama. Hal ini menunjukkan bahwa, pendidikan dan pengajaran di pesantren sukses dilakukan. Fondasi ajaran-ajaran agama Islam, dari mulai ketauhidan, syari'ah, dan tasawuf (Akhlak) dipraktekkan dengan betul di pesantren. Sehingga menjadi bekal para santri untuk berkiprah di masyarakat dengan masuk pada semua lini kehidupan.

Ajaran agama Islam yang terangkum dalam al-Quran, Hadis, Ijma', dan Qiyas terealisasikan dalam bentuk nilai-nilai kepesantrenan yang di rumuskan oleh para pengasuh pesantren. Nilai-nilai tersebut seperti kesederhanaan, berdikari, kedisplinan, akhlak, dan nilai lainnya. Sehingga ajaran agama betul-betul membumi di pesantren. Pesantren menjadi tempat latihan dan mengkader santri menjadi manusia yang tangguh yang memiliki karakter kuat yang selalu diringi dengan nilai-nilai agama dan akhlakul karimah.

Membuminya nilai-nilai keislaman di pesantren dan menjadi nilai-nilai kepesantrenan membentuk jiwa santri dengan baik. Saya yang dari lahir berinteraksi dengan dunia pesantren, merasakan pendidikan madrasah diniyah yang dikelola masyarakat dan pesantren, hingga merasakan sendiri dunia pesantren dengan menjadi seorang santri dan sampai saat ini pun saya masih berinteraksi dengan kegiatan yang ada di pesantren, merasakan betul manfaatnya pendidikan dan pengajaran di pesantren ketika berinteraksi dengan masyarakat. 

Heterogennya masyarakat, menjadikan seorang santri ketika berkiprah di dalamnya menjadi bahan belajar bagaimana cara berdakwah di masyarakat dengan halus. Tidak terlalu keras, juga tidak terlalu lunak. Kalau meminjam istilah yang populer di kalangan Nahdliyin yakni tawasuth, tawazun, i'tidaldan tasamuh.

Tawasuth, artinya bagaimana seorang santri bersikap tengah-tengah (moderat), tidak ekstrim kiri juga tidak ekstrim kanan. Tindakan seperti ini dibutuhkan kedalaman ilmu dan kejernihan berpikir agak tidak memiliki tendensi apapun kecuali bersikap kepada kebaikan dan kebenaran. Kemudian Tawazun,artinya  seimbang dalam melakukan segala hal, sesuai dengan dalil naqli dan juga dalil aqli ketika memutuskan sesuatu. Lalu berikutnya adalah I'tidal, yaitu bersikap tegak dan lurus, yakni adil dalam segala hal, bersikap sesuai denga kapasitas. Lalu yang terakhir adalah sikap Tasamuh, artinya bersikap menghargai perbedaan, baik perbedaan berpendapat, maupun perbedaan dalam beragama. Tidak saling mencaci, mengejek, dan tindakan buruk lainnya yang menyebabkan persatuan dan kesatuan tercerai berai.

Pendidikan, pengajaran, dan pembelajaran di pesantren menjadi modal yang sangat penting bagi santri untuk berkarya dan berbagi di masyarakat. Yang paling penting adalah bagaimana santri bisa membumikan nilai-nilai kepesantrenan di tempat asalnya, di daerahnya masing-masing. Sehingga ketika santri tersebut berkembang di masyarakat, peran membumikan santri pribumi dengan mengamalkan ilmu yang didapatkan dari pesantren bisa membumi bersama masyarakat. Dan pada akhirnya masyarakat sekitarnya pun memiliki predikat masyarakat religius atau masyarakat santri.

Wallahua'alam.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun