Mohon tunggu...
Fahrul Rozi
Fahrul Rozi Mohon Tunggu... Penulis - Saya adalah seorang pembelajar yang ingin tahu banyak hal

Aku berkarya maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Negeri para Filsuf

23 Februari 2020   08:31 Diperbarui: 23 Februari 2020   08:32 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jean Paul Sartre (steemit.com)


Oleh : Fahrul Rozi

Indah rasanya melihat negara yang menjunjung tinggi tradisi berfilsafat seperti di Prancis. Setiap orang berpikir, setiap orang berkarya, dan setiap orang mendiskusikan hasil karyanya. Masyarakat tumbuh dengan semangat belajar yang tinggi. Masyarakat tumbuh dengan berbudaya. Prancis memang negara salinan daripada Yunani di masa lalu. 

Bagaimana ilmu-ilmu lahir yang dibidani oleh filsafat. Filsafat layaknya seorang ibu yang melahirkan anaknya lalu membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang.

Pada usia anak-anak, filsafat yang dianalogikan sebagai seorang ibu ini mengajarkan anak-anaknya untuk berpikir sendiri, menemukan bakatnya, menemukan kebebasannya. Pada usia remaja, anak-anak filsafat itu tumbuh menjadi pribadi yang kuat, namun dalam petualangannya, ia mengalami skeptis atau keragu-raguan. 

Hal itu disebabkan oleh karena anak-anak filsafat banyak menemukan kebenaran. Barulah pada usia dewasa, ia telah berani eksis dan tampil sebagai suatu  yang disebut "ilmu."

Berkaca dari masyarakat Prancis, di abad ke-19 dan abad ke-20, nampaknya Indonesia harus mengadopsi dan mengimpor tradisi berfilsafat seperti yang dilakukan oleh negara Prancis. Sebab Prancis merupakan negeri kedua setelah Yunani Kuno dengan kemajuan ilmu pengetahuannya. Prancis sendiri telah melahirkan banyak anak-anak filsafat yang sekarang banyak orang pelajari itu. 

Apa buktinya? Ilmu,  ya. . . Ilmu-ilmu yang kita pelajari sekarang misalnya : (1) sosiologi, (2), psikologi, (3), antropologi, dan ilmu-ilmu lainnya yang sifatnya positivistik lahir di Prancis, tepatnya ketika seorang filsuf bernama August Comte (1798-1857) menemukan ilmu bercorak positivistik. Sehingga pada saat itu kemajuan ilmu (baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial) sangatlah pesat.

Oleh karena itu, masyarakat kita yang sebagian besarnya men-stigmatisasi filsafat sebagai suatu hal yang "angker" ataupun "tidak umum" bahkan "aneh" dan "sulit dapat kerja," mereka yang mengatakan demikian tak lebih daripada sekumpulan orang-orang dungu yang tak mampu melakukan penalaran (reasoning). 

Mereka kerap diajak berdebat dan menolak lantaran berbagai faktor, nyatanya mereka manusia-manusia yang masuk dalam jumudisme. Jumudisme yaitu mereka yang hanya menjadi peniru-peniru karena otak mereka mengalami sublimasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun