Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah PDIP Mengajukan Puan Sebagai Cawapres?

28 Februari 2018   13:11 Diperbarui: 28 Februari 2018   13:27 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapakah cawapres Jokowi pada pilpres 2019? Beberapa nama disebut, termasuk salah satunya putri Megawati, yaitu Puan Maharani yang saat ini mejabat sebagai Menko PMK. Namun seberapa besar peluang Puan diajukan, dan jika diajukan seberapa besar peluang mampu memenangkan kontestasi pilpres?

Jika Jokowi sudah dianggap representasi PDIP, mungkin nama Puan tidak akan diajukan. Seperti pada pilpres 2014 silam, ketika nama Jusuf Kalla dipilih. Jusuf Kalla yang waktu itu adalah mantan Ketua Golkar, meski Partainya sendiri mendukung pasangan yang berbeda.

Besar kemungkinan, Cawapres Jokowi adalah bagian Golkar. Nama Airlangga Hartanto paling dekat diraba, sebab selain Ketua Umum, posisinya sebagai Menteri Perindustrian. Jokowi sangat perlu cawapres yang memiliki background ekonomi/Industri, sebab bisa jadi isu ekonomi akan menjadi isu utama. Nama lain yang mungkin juga disebut, adalah Sri Mulyani.

Akan tetapi, nama Puan tidak bisa dinafikan. Ibarat tangga, Wakil Presiden adalah tangga selanjutnya setelah Menko. Nama Puan barangkali masuk dalam pertimbangan. Sebab andai menang kembali pada pilpres 2019 nanti, akankah Puan kembali menjadi Menko? Namun yang perlu dipertimbangkan, bagaimanakah bobot elektabilitas Jokowi jika berdampingan dengan Puan?

Menariknya, Pilpres 2019 nanti akan bersamaan dengan Pileg. Berbeda misal jika Pileg dan Pilpres berlangsung secara terpisah. Ada banyak faktor tak terduga darimana datangnya suara. Bisa jadi suara PDIP sejalan dengan elektabilitas Jokowi. Itu berarti, besar kemungkinan suara Gerindra juga akan naik, bahkan bisa jadi menggeser Golkar, jika Prabowo kembali maju. Figuritas menjadi faktor penting.

Selain itu, faktor Capres dan Cawapres di beberapa daerah atau kondisi, mungkin juga tidak terlalu menentukan, sebab ada Caleg yang kuat di daerah tersebut. Sehingga, misalkan pemilih yang bersangkutan tidak ingin memilih Jokowi dan pasangannya, namun karena terpengaruh Caleg tersebut---yang satu gerbong dengan Jokowi---maka keterpilihannya tinggi.

Dengan pertimbangan semacam itu, nama Puan Maharani untuk diajukan sebagai Cawapres sangat terbuka lebar. Apalagi jika Golkar sendiri menganggap Jokowi sebagai representasi partai mereka, mengingat betapa dekatnya hubungan Golkar dan Jokowi dalam setahun belakangan ini.

Yang menjadi problem juga, sejauh manakah rakyat mengingat pilihannya? Figur eksekutif tentu paling diingat. Bahkan sebagian kita mungkin sudah lupa, siapa anggota DPR yang mewakili daerah kita, yang sebenarnya bisa kita hubungi agar menyalurkan aspirasi masyarakat, untuk kemudian diteruskan ke Pemerintah.

Sosok eksekutif tetap paling diingat, sehingga jika melihat aspek ini, tetap penting siapa cawapres Jokowi nanti, bahkan bisa sangat menentukan suara yang lain. Entah suara Partai atau Caleg yang diusung Partai tersebut. Artinya tidak terlalu berbeda, apakah Pemilu diadakan terpisah atau serentak.

Mungkin sangat mudah bagi PDIP merekomendasikan nama Puan Maharani. Akan tetapi sangat berat bagi Jokowi. Pada periode keduanya, Jokowi masih sangat memerlukan sosok sekaliber Jusuf Kalla. []

28 Februari 2018

Ahmad Fahrizal Aziz

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun